Love Lesson #3

12 1 0
                                    

Hyerin's POV

Sabtu pagi yang cerah . .

Aku sedang sarapan di ruang makan saat kudengar suara bel.

Siapa yang datang pagi-pagi begini?

"Biar aku yang membuka pintu," Jihoon segera berlari keluar sebelum sempat kucegah.

Aku hanya bisa pasrah.

"Mau apa kau kesini?" Jihoon membentak seseorang didepan rumah.

Pasti Daniel! Aku harus melihatnya.

***

"Dia sudah bahagia tanpamu jadi sebaiknya kau pergi dari sini!" Jihoon masih memarahi Daniel dari dalam pagar tanpa membukanya.

"Aku ingin bertemu dengan noona-mu, bukan denganmu jadi izinkan aku bicara dengannya," Daniel tak mau kalah.

"Jihoon-ah, aku akan bicara dengannya. Kamu masuk saja, lanjutkan sarapanmu." ucapku sambil mendekati Jihoon.

"Tapi noona-"

"Masuklah."

Aku bisa melihat Daniel tersenyum penuh kemenangan saat aku memaksa Jihoon masuk.

"Daniel hyung, kalau kau membuat noona-ku menangis lagi, kau akan berurusan denganku!" ancam Jihoon sambil berjalan masuk kerumah.

"Apa yang kau inginkan? Aku mengusir Jihoon bukan berarti aku ingin bicara denganmu. Sebaiknya kau pulang!"

"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kamu libur kan hari ini?"

"Maaf tapi aku akan pergi dengannya." suara seseorang mengejutkanku.

Guanlin?

"Tak usah berpura-pura menjadi pahlawannya. Aku tahu kau bukan pacarnya. Kau mau pergi dengannya? Haha. Mana mobilmu? Kau ingin mengajaknya jalan kaki?" sahut Daniel dengan nada meremehkan.

Dari mukanya, aku tahu ia membenci Guanlin. Aku merasa tak enak pada Guanlin karena ia jadi terseret kedalam masalahku.

"Apa kau pikir jalan-jalan harus dengan mobil? Guanlin anak baik-baik, belum waktunya dia punya SIM, jadi ia tak akan membayar orang hanya untuk mendapatkan SIM sebelum waktunya." sindirku halus.

Ya, Daniel sudah memiliki SIM bahkan saat kami masih duduk di bangku SMA dan saat usianya belum genap 20 tahun. Orang tuanya yang kaya raya membuatnya mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mudah.

"Oh, jadi bocah ini jauh lebih muda darimu? Sudah kuduga." Daniel masih meremehkan Guanlin.

"Lalu kenapa? Ia lebih muda darimu tapi ia bisa bersikap dewasa. Sebaiknya kau pergi Daniel karena aku takkan kembali padamu sekeras apapun kau berusaha!" nada suaraku meninggi. Aku sedikit kesal dengannya yang merendahkan Guanlin.

"Kamu membentakku hanya karena dia? Bertahun-tahun aku bertengkar dengan orangtuaku. Bertahun-tahun aku memohon pada mereka agar bisa kembali ke Korea. Untuk apa? Aku hanya ingin bertemu denganmu, meminta maaf padamu, menjelaskan semuanya padamu. Kamu bahkan tak pernah mau mendengarkan penjelasanku. Sebenarnya siapa yang selingkuh? Siapa yang tidak setia?" Daniel terlihat frustasi.

Sejujurnya aku tak tahu harus bagaimana. Kalau ditanya apakah aku masih mencintainya? Mungkin aku masih memiliki sedikit rasa untuknya. Tapi aku takut ia akan meninggalkanku lagi.

"Mi-mianhae Daniel-ah.. Aku tak bermaksud-"

"Ani, kamu tak perlu meminta maaf. Ini memang salahku. Tapi kumohon jangan paksa aku untuk berhenti berusaha mendapatkanmu kembali.." kata Daniel sebelum pergi dari rumahku dengan mobil sport berwarna putih miliknya.

Love LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang