"Ternyata lebih kreak dari yang diperkirakan".
Seminggu sudah aku bersekolah disekolah ini. Dan hampir semua aku sudah hapal dengan nama nama teman sekelasku.
Dan sekarang aku dan wina mempunyai teman sebangku baru yaitu nove aswita. Kami memanggilnya nove. Dia berperawakan tinggi, badan agak berisi dan hitam sperti aku.
Tadinya nove cuma kenal sama aku dan minta ijin agar dia bisa pindah tempat duduk dibangku aku dan wina. Aku sih mau aja tapi aku bilang sama wina juga dong. Dan akhirnya wina setuju. Jadilah kami duduk bertiga.
Dan kami bertiga bercerita tentang kami masing - masing. Pada akhirnya kami bersepakat menjadi sahabat dikala susah dan senang.
"Diantara kita siapa yang jomblo?". Yah si nove malah tanya seperti itu.
"Ciah mentang -mentang kalian berdua ada pacarnya jadi gitu nanyanya". Aku menjawab dengan sebel sebenarnya tapi lucu menurut mereka.
"Hahaha ya elah di anti maenstrim kali ya menurutmu aduhh uda di itu muka jangan dijelek2inlah". Nah si wina tambah ansurb kan mojok2in makin lama.
"Emang aku salah nanya di. Kan gak salah aku tanyak pacar kalau aku tadi tanyak no kolormu berapa barulah itu anti maenstrim hahaha". Ini lagi nove kawan gilak.
"Anjay kalian ya. Gini2 amat aku punya teman macem kalian". Gerutuku pada mereka karena kesel.
Aku baru tau kalau wina dan nove mempunyai sifat yang sama2 jengkelin menurutku. Tapi apalah daya aku harus sabar ngadepi temen absurd seperti mereka selama satu smester. Gak kebayang sabarnya seperti apa.
Sepulang sekolah aku sendiri dan lebih malangnya lagi jalan kaki.
Ya namanya anak kos harus hemat hemat. Gak boleh boros itu sih kata mamaku dikampung.
"Eh didit pulang kok sendiri mana gandengannya gak ada lagi gak malu sama truk yang gandengan setiap saat". Teriak anak cowok dibelakangku dan aku menoleh tapi sebel bukan main karena anak bocah belagu ini.
Aku males nanggepi bocah kurang belai ini jadi aku hanya diam dan berjalan terus.
"Yaelah dit dit gini amat sih sama cogan. Awaslah ntar naksir sama aku gak kuterima cintamu padaku". Bahasa anak alaynya kumat beni pradika.
Anak satu sekolah denganku dan masih smp.
Tapi gayanya uda setarap dengan anak SMA.
Sebenarnya aku tidak mengenal beni. Tapi karena kosku satu komplek dengan kosnya beni. Jadi dengan terpaksa setiap hari bakalan ketemu sama bocah satu ini."Ben kamu lebih baik dan lebih berfaedah mendingan duluan deh sana". Aku menunjuk jalan kearah pulang pada beni anak bocah alay.
"Ya dit dit kamu mah tega sama aku". Makin keki aku sama muka sok imutnya beni.
Kalau boleh tabok. Taboklah tu muka betul."Tegalah. Uda sana". Suruhku pada beni agar pulang duluan.
"Bener nih aku duluan. Ntar dit dit rindu ntar gak kuat loh didit". Ujarnya lagi pada ku buat aku sebel.
"Sok mirip dilan yah. Gak ada sisi dari mananya pun mirip sama dilan. Uda pulang gih sana". Ucapku pada beni dan mendorongnya agar pulang duluan.
"Bye bye didit jangan lupa segalanya ya termasuk BERAK". Aku terbengok karena teriakannya beni bocah kurang ajar.
Betapa malunya aku karena banyak yang melihat. Aku langsung lari karena malu pada teman sekolah yang dibelakangku.
#Dikamar kos
Betapa lelah badan dan jiwa raga ini. Tapi nggak masalah karena aku bakalan bertemu dengan teman sejatiku setiap malam siapa lagi kalau bukan bantal dan guling.

KAMU SEDANG MEMBACA
sekolah punya cerita
Novela JuvenilMasa masa yang sangat indah itu ketika masa SMA ataupun SMK. Ya masa masa tersebutlah yang sangat bahagia. Karena masa masa tersebut menemukan jati diri, menemukan seorang sahabat teman dan apalgi mengalami peristiwa yang sangat membahagiakan dan m...