Satu persatu semua anggota saman meninggalkan gedung sekolah ini. Hanya tersisa beberapa anggota yang masih menunggu jemputan atau hanya sekadar berbincang sebelum pulang.
Senja masih duduk di pos sembari menatap layar ponsel nya yang menyala. Jari-jari kecilnya mengetik beberapa pesan pada sang penerima. Matanya masih terpaku pada tiap balasan yang diterima.
"Gimana? Bales ga?" Tanya Alda yang duduk disamping Senja.
Senja hanya menghembuskan nafas nya gusar lalu menggeleng, "Bales sih tadi, tapi sekarang gak dibales."
"Kenapa ga minta jemput Bima aja?" Tanya Alda dengan santai.
Senja hanya tersenyum lalu menggeleng lagi.
Raut wajahnya kian berubah. Suasana pun kian sepi, hanya tersisa tiga orang, termasuk Senja dan Alda yang siap menemani Senja. Padahal sebenarnya Kakanya Alda sudah menjemput sedari tadi. Hanya saja, Alda ingin menunggu Senja sampai ia dijemput.
Selang beberapa menit, motor ninja merah memasuki gerbang sekolah, disambut senyuman girang oleh Senja.
"Ayo balik." Seru seorang pria yang enggan turun dari motor nya.
Senja lalu bergegas menghampiri pria itu,"Ih lama banget ampe gua lumutan nih"
Pria tersebut langsung terkekeh melihat wajah kesal Senja, "Udah ayo naek buruan."
"Alda makasih ya lo udah nunggu gua." Ucap Senja menghampiri Alda.
"Iya selaw, ya udah gua balik juga, hati-hati ya Dam bawa motornya." Seru Alda yang langsung berlari ke depan sekolah.
Senja pun langsung naik ke motor ninja tersebut seraya ngedumel, "Ih ribet banget sih ketinggian ini motornya"
"Lu nya yang kependekan kali." Cibir Adam sambil terkekeh.
Waktu menunjukkan pukul 8 malam, sebenarnya Senja sedang kecewa sebab orang tua nya mendadak pergi rapat ke luar kota hingga ingkar janji untuk menjemput Senja.
Untunglah ia memiliki teman seperti Adam yang selalu siap jika disuruh mengantar atau menjemput Senja kemanapun. Sebenarnya, Bima ataupun Dewa juga selalu siap, tapi kali ini Senja tak ingin merepotkan mereka lagi.
"Dam lu abis jalan sama Ka Abel ya?" Tanya Senja dengan rasa kepo yang tinggi.
"Iya lah gua mah punya pacar, gak kayak elu jones." Cibir Adam meledek Senja
"Ish gua mah gak jones kali." Jawab Senja membela diri.
"Ohh iya ya kan ada Bima." Ledek nya lagi, lalu Senja menepuk bahu Adam dengan kencang.
Adam masih terus tertawa, obrolan demi obrolan tidak penting menjadi topik hangat dari dinginnya malam. Senja tak sadar jika motor Adam berhenti tepat di depan rumah pagar hitam dengan cat tembok pink pastel, rumah Senja.
"Dam, kok lu tau rumah gua sih?" Teriak Senja yang terkejut jika Adam mengetahui rumah Senja.
"Tau dari Bima lah." Jawab Adam dengan singkat sambil tersenyum.
Senja masih bingung,darimana Bima bisa mengetahui rumahnya, "Bima? tau darimana tuh anak?"
"Waktu sabtu, gua kesini sama Bima. Trus cuma ada pembantu lu, bi Asih namanya kalo gak salah iya kan?"
"Ngapain lo berdua ke rumah gua? Kan Bima tau kalo gua lagi pelantikkan anak saman, kok dia gak bilang sih?"
"Mau tau cerita nya kan? Ajak gua masuk dulu kek, aus nih aus."
"Mmmmm yaudah ayo." Ucap Senja sambil membukakan pintu gerbangnya.
Dengan terpaksa, Senja membukakan pintu untuk Adam, agar tahu semua ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Senja
Teen FictionShela Alanjani, biasa dipanggil Senja. Gadis lugu yang dikelilingi cowo-cowo aneh. Ketika sebuah persahabatan menjadi cinta dan menimbulkan pengkhianatan. "Untuk ia, yang tak pernah memanggilku; Senja."