"Hargai Tangan Yang Mengetik Ya".
Ruangan yang bernuansa putih dan bau obat obatan sangat menyengat dihidung, disini tempat namja bergigi kelinci tidur, sudah 110 hari dia tertidur diruangan ini. Ya, dia adalah Jeon jungkook.
Ceklek...
Seseorang membuka pintu ruangan jungkook, dia adalah hyungnya yang paling pendek, dia adalah Jeon jimin.
"Selamat pagi kookie~". Ucapnya. Tapi tak ada jawaban dari jungkook."Kookie kapan kau bangun eoh, apa kau tidak bosan tidur disini?? Cepatlah bangun,dan bersekolahlah bersamaku". Ucapnya, dan itu hanya angin lewat, tidak ada jawaban sama sekali.
Hari ini adalah hari minggu dan artinya jimin bebas pergi kemana saja, tapi dia memilih untuk menunggu adiknya.
Ceklek...
Pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang namja dengan senyum kotaknya.
"Dari mana saja kau Tae?". Tanya jimin, ya dia adalah Jeon Taehyung ,Kembaran jimin.
"Aku abis kekantin untuk membeli beberapa makanan". Jelas Taehyung, dan mulut jimin Ber'O' ria.
"Hey, kau belum sarapankan?". Tanya Taehyung dan Dibalas angguk oleh jimin. "Ini makanlah agar kau tidak sakit". Ucap Taehyung sembari memberi makanan kepada jimin.
"Gomawo~~".Ucap jimin, "oh iya tae, Hyungdeul mana? Biasanya mereka sudah disini, saat dirumah aku melihat mereka sudah tidak Ada". Sambung jimin.
"Aish, kau ini aku kan berangkat bersamamu". Ucap Taehyung. "Oh iya". Ucap jimin seraya tersenyum malu.
"Ada yang mencari kami?". Suara namja yang sangat dikenal oleh mereka.
"E-eh, hyung sejak kapan Kalian datang?". Tanya jimin, kepada mereka.
"Kami abis beli buah". Jawab jin, ya Jeon Jin. Dialah hyung tertua
"Kami juga menemani jin hyung membeli sayur". Timpal hoseok, ya Jeon Hoseok
"Itu tidak benar, kami menunggu Dimobil". Jelas namjoon, ya Jeon Namjoon.
"Bagaimana keadaan kookie?". Giliran Yoongi yang berbicara. Ya dia adalah Jeon Yoongi
"Seperti biasa hyung, tidur,dan bernafas". Balas Taehyung.
"Kookie Bogoshipda ". Gumam Yoongi, yang dapat didengar jelas oleh jimin."Sebentar lagi kookie akan sadar". Ucap jimin sambil menatap jungkook.
"Iya aku yakin itu". Timpal Taehyung.
Dan tak butuh jeda lama perkataan jimin tadi menjadi kenyataan.
"Eunghh". Jungkook mulai menggerakan jari jarinya.
"Cepat panggil dokter!". Teriak Jin dan Namjoon lari keluar ruangan.
Tak butuh waktu lama dokter datang keruangan jungkook, dan mereka disuruh keluar.
"Aku harap kookie baik baik saja". Ucap jimin sambil mengepalkan tangannya.
"Iya aku juga". Ucap Yoongi dan duduk disebelah jimin.
Ceklek...
Mereka semua langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut."Bagaimana keadaan adik saya dok?". Tanya namjoon.
"Salah satu dari kalian ikut keruangan saya". Ucap dokter tersebut. "Baiklah, aku saja". Ucap namjoon. Dan berlalu pergi bersama dokter tersebut.
Mereka hanya menunggu, mereka belum diizinkan masuk keruangan. Tak butuh waktu lama namjoon kembali dengan raut wajah sedih.
"Wae hyung??". Tanya Taehyung. "K-kookie a-amneisa". Ucap namjoon, sontak membuat mereka kaget.
"Artinya kookie hilang ingatan??". Tanya jimin, dan dibalas angguk oleh namjoon. Jimin langsung menangis, dia tak sanggup, dia tak bisa melihat kookie yang ceria lagi.
"T-tak m-mu-ngkin hikss..". Ucap Yoongi ikut menangis. Tak hanya jimin dan Yoongi yang menangis tapi mereka semua menangis.
"Sudah, kookie masih ada disini. Kita akan berusaha mengembalikan ingatannya". Ucap namjoon menyemangati dirinya dan saudara saudaranya.
Sekarang mereka diizinkan masuk. Saat mereka masuk, mereka melihat jungkook sedang memandang keluar jendela.
"Kookie". Panggil jin, sontak membuat jungkook menengok, saat jungkook menengok jungkook mengerutkan dahinya, dan akhirnya ia memutarkan badannya kearah mereka.
"Eoh, Mianhae, Siapa kalian?? Dan dimana aku??". Itulah ucapan yang keluar dari mulut jungkook, jimin yang melihat tidak kuasa menahan tangisnya ia menangsi dibelakang tubuh Taehyung.
"Kami......."
TBC
Aku hanya mengingatkan jangan lupa votmen dan follow...
Typo? Manusiawi^^
Cek home ya liat cerita yg lainnya....
^slow up^
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia [Jjk]
Fanfic𝙅𝙚𝙤𝙣 𝙅𝙪𝙣𝙜𝙠𝙤𝙤𝙠, namja bergigi kelinci yang harus menerima takdir yang berat dikarena ia harus menghadapi sebuah kecelakaan yang merenggut ingatannya dan lebih parahnya lagi, ia harus menerima kenyataan kalau orang tua nya ikut dalam kecel...