Chapter 8

3.5K 184 39
                                    

Hargai tangan yang mengetik
.

.

.

Hari ini mereka memberanikan diri untuk keluar rumah dengan pakaian yang telah direncanakan. Mata namjoon melihat lingkungan sekitar, ternyata ada seorang pria yang mengamati mereka. Dengan cepat, ia memberi kode kepada saudara-saudaranya.

"Berlaga lah seperti yang direncanakan. Pria itu sedang mengamati kita". Mereka mengangguk paham. Mereka memutuskan untuk jalan-jalan ke taman untuk refreshing sebentar. Taehyung melirik kepada pria yang mengikuti mereka. Sekarang waktunya untuk taehyung mengorek habis pria tersebut.

"Hai paman!". Sapa taehyung dengan nada yang sengaja ia buat-buat dan jangan lupa kacamata tebal dan juga tahi lalat yang cukup besar berada di pipi kirinya. Pria tersebut terkejut dan memalingkan wajahnya kearah lain. Taehyung mengeluarkan smrik yang membuat siapapun bergidik ngeri jika melihatnya.

"Paman! Kenapa kau memalingkan wajah? Apakah aku menyeramkan? Hmmm, kenapa paman mengikuti kami?".

"B-bukan urusanmu!". Sarkas pria tersebut. Pria itu berpikir bahwa ia salah orang karena semua foto yang atasannya berikan sangatlah berbeda. "Kenapa begitu? Paman ingin bermain bersama kami? Atau paman punya masalah dengan kami?". Oh ayolah, siapa yang tidak emosi jika mendengar celotehan taehyung itu.

Pria itu menggeram lalu bangkit dari duduk dan memasuki mobil yang terparkir tak jauh dari taman tersebut. Ingin rasanga taehyung tertawa sambil berguling disana karena melihat air wajah pria itu. Tapi, ia tahan karena nanti saja ia tertawanya. Tunggu semua masalah ini selesai dan ia baru bisa tertawa sekencang-kencangnya. Ia memutuskan untuk menghampiri saudara-saudaranya yang dari tadi melihatnya dari jauh.

"Kerja bagus. Kita tinggal pancing pria itu untuk menemukan tempat Kim ahjussi disini". Ucap Namjoon. Mereka berjalan-jalan disekitaran taman yang tak ramai karena matahari tepat berada diatas kepala mereka.

"Aku ingin pulang, panasnya sudah menembus pakaianku". Keluh Yoongi. "Jujur saja, kau ingin tidur kan?". Tanya Hoseok dan dibalas cengiran oleh Yoongi. "Ah, kajja kita pulang, aku sudah lelah". Mereka pun berjalan kearah rumah.

Belum sampai didepan rumah. Jin sudah mendorong tubuh saudaranya untuk menjauh. Mereka semua memasang wajah bingung, jin menyuruh mereka diam dan perhatikan orang yang ada didepan rumah mereka.

"Apa-apaan orang itu memasang kamera dan apa itu? Sebuah mikrofon?". Mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat  "Lebih baik kita mencari tempat tinggal yang didaerah lain. Aku tak ingin terus-terusan diteror seperti ini". Ucap Hoseok.

Jin hanya menggeleng dan mengisyaratkan kepada mereka untuk masuk kerumah lewat pintu belakang. Didalam rumah mereka hanya diam karena mereka sudah tahu kalau saat ini situasi sudah tak aman lagi dan rencana penyamaran mereka tidak berjalan dengan baik. Taehyung tak henti-hentinya mengamati keluar jendela.

"Hyung, kita harus berbuat apa setelah ini? Aku mulai takut, bagaimana jika mereka benar-benar mengambil kookie?"

"Entahlah aku pun bingung harus melakukan apa. Soal kookie mereka tidak bisa menyentuhnya karena aku akan melindunginya semampuku". Jin mendekati Jungkook yang bingung karena ia masih tidak begitu paham dengan masalah yang menimpah mereka saat ini.

"Kita pulang ke seoul saja". Usul Yoongi.

Semuanya langsung menoleh kearah Yoongi "Apa? Pulang? Jungkook bisa langsung diambil oleh Ahjussi gila itu". Ucap Hoseok tak terima atas penuturan Yoongi. "Tenanglah hyung, menurutku benar dengan apa yang dikatakan oleh Yoongi hyung. Tak ada gunanya lagi kita bersembunyi, hmm.. aku ingin kalian mengikutin rencanaku". Ucap Jimin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Amnesia [Jjk] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang