Captivated by The God of the Dead 2 END

3.2K 288 88
                                    

Mura tidak menyangka menikah dengan Dewa Kematian ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan. Ia benar-benar diperlakukan secara istimewa, baik di Istana Ato maupun dikehidupan fana dimana laki-laki itu berkuasa atas perusahaan besar yang mendesain, memproduksi, mendistribusikan, serta menjual perhiasan dan juga jam tangan. Mura mendengus. Tentu saja pria dengan otak selicin Ato akan memanfaatkan kekuasaannya di dunia lain untuk bertahan hidup di dunia manusia. Dunia bawah terkenal dengan kekayaan batu mulianya dan sebagai satu-satunya Dewa yang memiliki istana besar disana, Ato juga berkuasa atas kekayaan alam tersebut. Bahkan ketika ia berjalan dalam wujud dewanya, tubuhnya akan meninggalkan jejak berupa batu mulia. Intan, emas, emerald, obsidian, dan batu-batuan lain yang dapat manusia gali dari dasar bumi akan tercecer menciptakan jejak sang Kematian. Mengesankan bukan? Tidak jika mengambil bebatuan yang dikeluarkan sang Dewa tanpa seizinnya justru menimbulkan bencana yang menuntunmu menuju kematian tragis.

Kembali lagi pada Mura, walaupun diperlakukan layaknya ratu sejagad—yah kenyataannya dia memang resmi menjadi ratu di jagad orang mati—oleh Ato, tetapi Dewi cantik itu tetap belum bisa menerima fakta bahwa Ato adalah suami resminya. Sure, Ato sangat tampan dan memiliki aura keseksian yang sanggup membuat Kai EXO meringkuk malu. Pria itu juga tidak seberingas yang rumor katakan. Sejauh ini, Mura hanya menyaksikan amukan Ato sekali saat salah satu kaki tangannya keliru mengambil nyawa seseorang. Dan yeah...pengalaman itu memang mengerikan mengingat suara berat Ato menggelegar diseluruh Istana hingga Mura pikir jilatan api neraka sanggup membeku setelah mendengar kalimat dinginnya.

Namun selain itu Mura merasa nyaman-nyaman saja tinggal bersama Ato walaupun ia harus menahan rasa bosan karena dunia bawah tidak memiliki pemandangan yang enak dilihat—kecuali wajah Ato. Oleh sebab itu seminggu setelah upacara pernikahan mereka digelar, ia merengek pada Ato untuk menetap di dunia manusia. Awalnya laki-laki itu tidak setuju. Perjanjiannya adalah dalam setahun mereka akan tinggal di dunia fana selama 6 bulan dan sisanya mereka habiskan di Istana bawah. Tetapi dengan raut memelasnya ia memohon pada Ato dan saat rengekannya tidak ditanggapi, Mura mulai mendiami laki-laki itu. 

Hari pertama Ato masih baik-baik saja. Hari kedua pria itu berusaha membuat pergerakan dengan menanyakan sesuatu seperti 'apakah kau sudah makan?' atau 'apakah kau ingin berjalan-jalan di taman negeri orang mati?'. Tentu Mura hanya mendengus menjawab semua pertanyaan itu. Lagipula ia tidak tertarik berkunjung ke taman negeri orang mati—yang menurut pelayan Ato merupakan satu-satunya tempat terbaik di dunia bawah. Sedikit banyak ia membenci taman itu karena dari sanalah buah penawar yang mengikatnya dengan tempat mengerikan ini dipetik.

Hari ketiga pria itu mulai melayangkan bujuk rayu, menggunakan segala pesonanya untuk membuat Mura bicara. Namun jangan remehkan wanita ketika mereka sudah bertekad, apalagi jika wanita itu seorang Dewi keras kepala seperti Mura. Sekuat apapun godaan untuk terjerumus dalam rayuan Ato, Dewi itu tetap enggan mengakhiri aksi mogok bicaranya sebelum keinginannya dikabulkan. Dan benar saja, tak sampai hari keenam Ato pun menyerah. Perjanjianpun dirubah. Biarpun hidup Mura selamanya akan tertambat pada Negeri Orang Mati, akan tetapi mereka berusaha menetap di dunia fana dengan syarat mereka akan kembali kapanpun keadaan membutuhkan dan selama musim dingin menyapa, dikala sumber mata air berubah beku, mereka akan kembali ke Istana.

Mura tidak dapat lebih bahagia karena persetujuan itu. Ia bisa mencium Ato berkali-kali karena pria itu mau merelakan hidup tenangnya di dunia bawah demi menuruti kemauannya. Bukan rahasia lagi jika Ato susah bersosialisasi. Image-nya yang menyeramkan ditambah daerah kekuasaannya yang terisolasi dari kehidupan membuat sang Dewa sangat canggung berhubungan dengan makhluk lain selain pasukan hantunya. Bahkan dengan perusahaan pembuat perhiasan berada dalam genggaman tangan, laki-laki itu jarang menampilkan diri di dunia fana. Pekerjanya berpikir bos besar mereka terlalu sibuk berkeliling dunia merajai bisnis perhiasaan disaat semua yang dilakukan Ato adalah bermuram durja di Istana megahnya yang walaupun berusaha ditata setidak menyeramkan mungkin namun tetap membuat pengunjungnya merinding.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang