Mungkin. Atau mungkin Beam akan menganggap Forth membosankan jika mereka berkencan seperti orang normal daripada harus membawanya ke Jepang di suatu malam jika mereka berdua sedang ingin mencicipi rasa alkohol yang berbeda. Sepertinya minum adalah hal yang normal dalam agenda Beam sekarang – dia punya beberapa botol bir di lemari esnya. Jika bukan karena 'Kematian', kemana Beam akan berada sekarang? Melihat jembatan, menangis sampai tertidur? Berharap dia bisa mulai kembali seperti biasa?
###
"SHIT! BEAM, LARI!" Terdengar suara menggelegar di dalam apartemen, dinding-dinding bergetar dan benda-benda jatuh ke lantai dengan bunyi yang keras. Beam bergegas berdiri, membuka pintu kamar dan melihat Forth memegangi lengannya yang terluka karena sabetan pedang oleh sosok tak terlihat. Darah jatuh ke lantai kayu dari lengan Forth, yang sepertinya tidak terlalu memikirkannya saat dia meneriakkan perintah pada Beam. "Sialan. Tadi aku baru bilang apa, hah!?"
Beam membeku ketika bagian belakang kemejanya tiba-tiba dipegang erat oleh sosok yang bersinar terang. Dia terjatuh, menjulurkan tangannya ke arah Forth yang sekarang memegang sebuah pedang di telapak tangannya, mencoba meraih Beam. Sinar yang berasal dari sosok itu terlalu terang dan Beam tiba-tiba merasa lebih ringan. Perasaan yang sama saat dia berteleportasi dengan Forth, tapi itu lebih tenang. Alih-alih semuanya melengkung ke arahnya, itu semua bergeser ke atas seperti grid komputer dan memudar. Forth pergi dari pandangannya, dan dia sekarang berbaring di tanah.
Dia mengerang ketika dia duduk, berdoa agar apa pun yang terjadi saat ini hanyalah mimpi buruk. Lengannya sakit, mungkin patah atau memar yang sangat parah. Dia meraih teleponnya, tetapi ketika dia memegang sakunya, dia menyadari bahwa dia telah meninggalkannya di meja.
"Halo..?" Beam memanggil di kehampaan. Sosok wanita mulai berjalan ke arahnya, acuh tak acuh. Beam mundur dan menabrak dinding di belakangnya. Dia menekan dirinya sedekat mungkin ke dinding. Wanita itu menjadi lebih terlihat, dia mengenakan pakaian olah raga dan menata rambutnya messy bun.
"Yo, kau Beam Baramee, kan?" Dia jongkok di depannya dan mengulurkan tangannya. Beam memandang dengan waspada tangan yang ramah itu, tidak yakin apakah dia harus memercayai wanita didepannya itu. "Aku Janee, atau Tuhan, kau tahu, apa pun orang memanggilku saat ini. Aku juga mendengar beberapa orang mengira aku kupu-kupu. Aneh." Dia tersenyum pada Beam, yang masih lumpuh.
"Kenapa aku di sini ..?" Dia menghembuskan nafas saat dia melangkah mundur, dan dia bisa memiliki beberapa ruang untuk bernafas.
"Kau berteman dengan Death, duh. Aku sudah mengawasimu, dan aku tidak bisa bilang aku menyetujuinya. Aku punya banyak orang untuk diawasi. 7,53 miliar orang di dunia, bayangkan TUJUH MILIAR LEBIH! itu gila. Aku tidak tau kenapa aku harus membuang waktu berhargaku hanya untuk mengawasimu saja, dan kau pun tidak akan percaya padaku. Tapi, aku bisa merasakan pikiranmu, mengerti? Dan jatuh cinta dengan seorang Kematian??? Benar-benar TIDAK BOLEH. Maksudku, lakukan apa yang ingin kau lakukan, tapi dia sudah pernah berhubungan sebelumnya yang itu tidak berjalan baik. "
"Tunggu, tunggu, jadi kamu adalah Tuhan? Kamu wanita?" Beam mengangkat tangannya. Janee tampaknya tidak senang menjawabnya.
"Ya, itu aku. Subjek pembicaraan di sini bukan–"
"Kamu menciptakan Bumi sialan ini? Kamu ternyata ada?"
"Diam, aku benci menjawab hal-hal seperti itu. 'Kematian', dia memang punya hati yang baik, tetapi ketika kamu berakhir di Daftar Kematian milik Sooman dan Death harus membunuhmu, kau tidak akan menerimanya dengan baik. Begitu juga dengannya, tentu saja dia tidak akan bias melaksanakan tugas itu. Aku bahkan sudah mencoba menyarankannya padanya, 'Forth, tidakkah kamu menjadi begitu emosional terhadap manusia', tetapi dia selalu mengabaikanku. Tapi denganmu dia tampak begitu serius, aku sebenarnya takut. Kau melihat apa yang terjadi ketika sabitnya menyerangnya. 'Mereka' selalu mengatakan jika kau tahu bahasa mereka. Mereka juga cemburu. Aku mengkhawatirkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝓔𝓝𝓓] ɢɪᴠᴇ ᴍᴇ ʏᴏᴜʀ ꜰᴏʀᴇᴠᴇʀ [𝒯𝒶𝑒𝒯𝑒𝑒'𝓈 𝒱𝑒𝓇𝓈. 𝐵𝒶𝒽𝒶𝓈𝒶]
FanfictionBeam tidak tau harus berkata apa ketika ada lelaki tinggi berada didalam rumahnya, tersenyum dan memperkenalkan dirinya sebagai Kematian.