Yerin mengerutkan dahi, tengah memperhatikan presentasi yang sedang diberikan oleh Sang Profesor di depan. Bukan bermaksud suudzon atau bagaimana, namun terlihat jelas sekali bahwa Sang Profesor sudah malas untuk menjelaskan materi yang dibawakannya. Yerin berpikir, kenapa profesor tersebut tidak memutuskan untuk berhenti berkerja. Apalagi dari tampangnya yang sudah tua, Yerin bisa berasumsi, Sang Profesor seharusnya beristirahat dan menikmati sisa waktu hidupnya.
Namun pada akhirnya, Yerin bukanlah seorang esper yang bisa bertelepati ataupun mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam kepala orang lain. Ia hanya seorang gadis biasa yang cepat-cepat ingin mengakhiri hidupnya tanpa menyakiti diri.
Pathetic.
Di saat yang bersamaan, pikirannya itu buyar akan sebuah seruan dari Sang Profesor bahwa ia akan mengganti slide dalam hitungan detik, dan Yerin tidak begitu peduli.
.
"Oh, hai,"
Yerin mengangkat kepala, memperhatikan figur lelaki yang kini sedang berdiri di sampingnya selagi ia mengunyah lauk yang ia pikir tidak terlalu mengunggah selera namun ia pun tersadar alasan kenapa ia membeli lauk itu lataran uang yang berada di dompetnya meringis. Seandainya Yerin dibayar setiap ia berpikiran bahwa ia ingin mati, mungkin ia sudah menjadi seorang jutawan.
"Hai." Balas Yerin, nanar menatap Sang pemuda, namun cepat-cepat kembali ke makanan yang sedang berada di depannya.
"Boleh aku duduk disini?"
Yerin terdiam. Seharusnya ia tidak mempunyai masalah dengan hal tersebut, namun di kala ia mengingat ucapan Sojung, perutnya terasa menciut. Ia merasa aneh, ia berpikiran mungkin seharusnya ia mulai menjaga jarak dengan Taehyung.
Akan tetapi apalah, kadang badan kita tidak menuruti apa yang otak kita katakan, bukan?
"Tentu."
Taehyung—Sang Pemuda yang sedari tadi berdiri di samping Yerin selagi membawa makanannya—melemparkan sebuah senyuman, "Terima kasih." Ucapnya, perlahan-lahan menghampiri kursi di hadapan Yerin dan mulai medudukinya.
"Kau pernah ditindas?" Yerin ingin sekali menceburkan dirinya di kolam terdekat.
Gadis itu tersadar akan tatapan Taehyung yang seolah-olah mereka berkata bahwa ia sedikit terkejut dengan apa yang Yerin katakan.
"Shit, sorry-"
"It's fine," Taehyung bersuara, senyuman masih melekat di bibir. Dan Yerin sedikit terintimidasi dengan fakta Taehyung masih saja tersenyum, apakah itu sebuah senyuman sarkas? Yerin tidak tahu, dan ia merasa gusar karena, wow, suara berat Taehyung menjadi semakin menggoda ketika pemuda tersebut berbicara menggunakan Bahasa Inggris.
"Benar, aku pernah ditindas," Jam Rolex yang bertengger di pergelangan tangan Taehyung membuat Yerin semakin penasaran dengan latar belakang kehidupan pemuda di hadapannya, karena, harga jam dengan merk itu bisa dibilang sangat mahal, Yerin bahkan berpikiran bahwa dengan harga seperti itu ia bisa membayar uang kuliahnya selama tiga tahun.
"Apa kau akan menjauhiku karena hal tersebut?" Sebuah tawaan rendah namun terdengar menyakitkan terlontar dari mulut Taehyung. Yerin sangat yakin, bibirnya tertutup rapat, ia tidak mempunyai ide apapun untuk merespon Sang Pemuda. Keringat perlahan-lahan menetes di pelipis, Yerin ingin cepat-cepat waktu istirahat selesai dan kembali menyibukkan diri dengan presentasi sialan yang diberikan Sang Profesor.
"Tidak, untuk apa juga aku menjauhimu."
Kalimat tersebut lebih terdengar seperti sebuah ungkapan daripada sebuah pertanyaan, dan Taehyung cukup tertegun akan hal itu. Lagi-lagi sebuah tawaan terlontar dari mulut kotak khasnya, namun kali ini tawanya terdengar lebih ringan dari sebelumnya.
"Aku harap kau berkata begitu bukan karena ketampananku seperti apa yang perempuan lain lakukan." Ujar Taehyung yang masih tersenyum, tangan sibuk memutar-mutar sendok di dalam mangkuknya.
"Tentu saja tidak, bodoh." Ini pertama kalinya Yerin berguyon ria dengan Taehyung, dan ia hanya berharap pemuda tersebut tidak merasa tersinggung.
"Kau orang yang menarik, Jung Yerin."
Yerin bersumpah, untuk sedetik, atau tiga detik, ia baru saja merasa dunia berhenti berputar. Namun Yerin tidak akan memberi tahu hal itu karena ia tidak ingin dianggap dramatis oleh Taehyung.
Jadi ia diam saja, membiarkan bibir terkatup rapat, kemudian melanjutkan aktifitas makannya.
05 / tbc
i have a math examination tomorrow but guess who wrote a fanfic instead.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation || kth + jyr
Fanfiction"Kehidupan itu merupakan suatu anugerah, tidakkah kau memikirkan hal yang sama?" [Start: 18.11.17] #157 in Taerin