06

852 94 14
                                    

Yerin tidak ingin bangkit dari kasur.

Pada dasarnya ia memang tidak mempunyai keinginan untuk bangun.

Kedua bola mata hazelnut Yerin memperhatikan atap, mulai berpikir bahwa perjalanan hidupnya menyerupai sebuah buku tebal.

Dan ia berandai-andai, kapan ia akan mencapai halaman terakhir buku tersebut.

.

"Hari ini panas sekali, aku bisa meleleh."

Yerin menoleh ke sumber suara seraya menjilat es krim; ternyata yang barusan bersuara adalah Eunha mungil. Perempuan berambut cokelat itu hanya terdiam, kemudian ia menyodorkan es krim vanilanya.

"Kau mau?"

Sebuah senyuman muncul di wajah Eunha, menandakan bahwa ia senang dengan tawaran barusan. Ia pun menerima pencuci mulut tersebut dengan senang hati.

"Terima kasih, Yerin unnie!" Eunha berseru, dan Yerin mengangguk pelan sebagai respon.

Di kala Eunha sedang melahapi es krimnya, Yerin menyadari sesuatu.

Rambut Eunha semakin panjang.

"Eunha, rambutmu memanjang?" Tanya Yerin, pandangan melekat dengan warna hitam legam yang dapat menarik perhatian orang sekitar. Yang ditanya pun mengangguk, "Benar, untuk kali ini aku tidak ingin memotongnya."

Yerin hanya bergumam, ia paham apa yang Eunha baru saja katakan. Namun, entahlah, rasanya ganjal.

Tiga bulan yang lalu Eunha bilang ia ingin rambutnya pendek untuk jangka waktu yang cukup lama, tetapi lihatlah dirinya sekarang, mengabaikan panjang rambutnya yang kian menumbuh.

Ah, apa jangan-jangan....

"Eunbi?"

Eunbi merupakan nama asli Eunha, dan hanya orang tertentu yang bisa memanggilnya dengan nama itu. Refleks, kedua gadis tersebut mengangkat kepala dan menangkap bayangan seorang pemuda dengan beanie hitam.

Oh, bukankah itu Park Jimin dari kelas sebelah? Yerin diam, nampaknya ia baru saja menemukan sesuatu yang menarik.

"O, oppa.. Kebetulan sekali, sedang apa?" Eunha bercicit, kemudian ia melirik Yerin yang masih memperhatikan mereka berdua, matanya tajam seolah-olah ia sedang melemparkan sebuah pertanyaan, "Ada apa ini? Kau berhutang sebuah penjelasan kepadaku."

"Aku barusan membeli sepatu di toko XX, mereka sedang ada diskon besar-besaran," Ujar Jimin dengan sebuah cengiran tanpa dosa.

"Dan kau sedang apa dengan Yerin?"

"Kami dari perpustakaan, kau tahu, tugas kuliah."

Jimin terkekeh, lalu mendekati perempuan di hadapannya. Tangannya mengangkat beberapa helai rambut Eunha, "Kau tidak memotong rambutmu?"

Sebuah semburat merah muncul di pipi Eunha, "E- ah.. Itu.. Kau pernah bilang aku lebih cocok dengan rambut panjang.. Jadi.."

"Hm, memang, kau terlihat lebih manis seperti ini."

"Oke, jadi tolong jelaskan apa sebenarnya hubungan kalian saat ini."

Eunha dan Jimin terkejut akan suara Yerin yang tiba-tiba menginterupsi mereka berdua.

Kedua mata sipit Jimin kini tertutup; memamerkan sebuah eyesmile yang khas, "Kau tidak tahu? Eunbi kekasihku."

"O- OPPA!" Eunha meluncurkan beberapa tinju ke punggung Jimin, dan yang ditinju hanya tertawa pelan.

"Eunha, Kau tidak pernah memberi tahuku? What the fuck?" Alis Yerin bertaut ria, sebuah ekspresi masam muncul di wajahnya.

"M, maaf! Aku masih malu untuk memberi tahu kalian, j, jadi..." Eunha menunduk untuk beberapa kali, sementara itu Jimin memegang tangan Sang gadis, "Tenanglah, ia tidak akan marah."

Yerin memutar bola mata, "Tahu darimana kau kalau tidak akan marah?"

"Ah, kau akan marah tentang ini?" Jimin pun tertawa, lagi-lagi memamerkan eyesmilenya. Yerin menghela nafas, "Terserah kaulah,"

"Eunha, kalau begitu aku duluan ya, kau jalan saja dengan Jimin."

"E- es krimmu bagaimana?" Sungguh, Yerin bisa menebak kalau Jimin ingin sekali mencium gadis berambut hitam itu; menggemaskan.

"Ambil saja, tapi jangan kau berikan ke Jimin, dia menyebalkan." Dan Jimin berseru, "Hey! Sudah kubilang panggil aku 'oppa'!"

"Berisik, Eunha, tolong urusi kekasih tidak jelasmu." Dengan begitu, Yerin meninggalkan pasangan sejoli tersebut di tempat.

Di saat ia berjalan, ia mengedarkan padangannya; menemukan beberapa pasang kekasih. Sungguh, Yerin sebenarnya tidak begitu tertarik dengan hal-hal seperti itu, namun entah kenapa ia sempat berpikiran bagaimana jika Taehyung dan dirinya pergi jalan bersama.

Dalam hitungan detik, wajah Yerin memerah, dahi berkerut.

"Tsk, untuk apa aku memikirkan dia."

Sinar Sang Surya sangatlah cerah, dan Yerin ingin sekali menyebur ketika ia menemukan dirinya mengingat senyuman Taehyung yang tidak kalah cerah.

06 / tbc

Reincarnation || kth + jyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang