where u at?
.
.
.
.
Cast:
-Dongho/Baekho of Nu'est/Nu'est W
-Jungha (OC)
-Jonghyun/JR of Nu'est/Nu'est W
-Jaehwan of Wanna one
-Sungra (?)
Tenang.. disini Ra cuman jadi figuran?
Real idea story from author.
Bergegas gadis bersurai cokelat itu mencari jalan keluar dari para pelanggan yang berbondong-bondong masuk ke dalam toko untuk mengejar satu sosok pria yang selama ini selalu ia cari-cari.
Tak perlu lama, ia mengambil sepeda maroonnya dan diarahkannya mendekat pada laki-laki itu.
Tak perlu berlama-lama ia mengayuh sepeda hingga sampailah di persimpangan pinggir kota yang ia lihat tidak ada siapapun yang melintas dijalan tersebut. Nampak ekspresi kesal dan kecewa pada wajah Jungha, mengingat wajah marah Pak Jaehwan saat meninggalkan tokonya namun tak berbuah manis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia sadar bahwa mengumpat dalam keadaan seperti ini tidak akan mengubah apapun, maka ia putuskan untuk kembali ke toko tempat ia bekerja.
Namun, mengapa hanya diatas tubuhnya cahaya matahari tak mengenai dirinya?
"Bukankah hari ini kau bekerja?"
Jung Ha PoV
Aneh sekali.
Memang tadi aku sempat terhalang oleh mobil. Tapi apa memang gerakkanku lambat?
Atau memang waktu yang berjalan cepat?
Aku sudah secepat angin menyusul mobil itu.
Aku lelah.
Kalau memang itu adalah dirimu yang aku cari selama ini. Bisakah kau muncul dan mengatakan sesuatu padaku?
Suatu saat? Agar aku tak menduga-duga.
"Bukankah hari ini kau bekerja?"
Ini!
Ini suara yang ku kenal. Angin yang membawa suara itu terasa sejuk dan damai. Namun sangat berbeda dengan iringan jantungku yang saat ini sudah berada pada titik entah rindu, marah, kesal, sedih yang bercampur jadi satu.
"Baek? Kemana saja kau selama ini?"
"Ahahaha maaf, aku mengganti nomor ponselku dan aku lupa nomor ponselmu."
"Apa yang terjadi dengan apartemen lamamu?"
"Aku sudah pindah, banyak yang harus ku pertimbangkan."
"Lalu.. mengapa kau tak mencariku?"
"Jungha.."
"Lalu apa maksudmu mengatakan kata-kata itu?"
"Kata-kata apa?"
"Kau lupa? Pabo-ya." Segera kupalingkan wajahku darinya.
Sangat gemas. Apa yang terjadi padanya hingga ia melupakan kata-kata keramat bagiku dan hubungan kita?
"Kata-kata pabo-ya?"
"Sudahlah kalau memang kau ingin kita berakhir."
Tak percaya ia pura-pura melupakannya dan mempermainkanku seperti ini. Lebih baik aku kembali.
"Jungha! Berhenti. Tunggu! Biarkan aku dengar lebih jelas lagi perkataanmu. Aku tidak mengerti!"
"Apa yang harus kau mengerti? Bukankah selama ini kau yang membuat aku harus mengerti?"
"Jungha, aku tak mengerti. Sungguh. Apa maksudmu dengan aku ingin hubungan ini berakhir? Aku tak mau hubungan ini berakhir."
"Ah sudahlah! Kata memang kata, tidak ada yang mampu mengubahnya."
"Kecuali dari orang yang mengeluarkannya kata itu barasal."
Aku tersentak. Apa maksudnya?
"Apa maksdumu?"
"Aku mengerti. Kau berfikir bahwa aku mau hubungan ini berakhir. Entah dari siapa kata-kata itu berasal. Tapi tak seperti itu, sungguh."
"Dari dirimu."
Seketika ia terdiam terlihat dari wajahnya bahwa ia benar-benar sama sekali tidak mengerti pembicaraan ini.
Apa yang ku dengar memang benar, tidak ada yang salah.
Sama sekali, tidak ada yang salah.
Sangat terlihat, ia pun kebingungan saat aku mengucapkan kata-kata itu. Sampai saat kita bertatapan.
Dan pada detik ini, sungguh detik ini!
Aku membencinya.
Lebih dari yang aku bayangkan. Aku membencinya.
"Kabel earphoneku terputus saat itu."
Author PoV
"Maka dari itu sempat banyak kata-kataku yang hilang pada saat aku mengucapkannya. dan aku mengucapkan Bisakah kau berhenti? earphoneku mau putus." Sembari ditunjukkan earphone yang putus tersebut. Entah apa alasannya ia masih menyimpan benda itu.
"Tapi mengapa yang ku dengar adalah bisakah kita putus?"
"Apa yang bisa kau perbuat dengan mic yang hampir tidak bekerja sebagaimana mestinya?"
"Ya!! Jangan banyak berbuat alasan!"
"Sayang, ada Jonghyun-hyung disana. Kau bisa menanyakannya. Dan aku mengumpat saat kabel itu terputus ia pasti ingat karena ia lah yang menghakimi kabel itu. Aku sedang mengisi daya ponselku dan tiba-tiba ia datang dalam keadaan mabuk dan menyantapnya."
Begitu jelas sangat jelas, apa yang dipikirkan gadis itu lah yang salah. Dengan berbagai kejadian yang memang kebetulan mendukung pemikirannya. Mendukung akal setan dalam dirinya. Mendukung banyak bibit-bibit stress tumbuh dalam pikiriannya hingga ia tak dapat lagi mencari suatu alasan kecil yang membuat seluruhnya menjadi hancur, hilang berkeping-keping. Namun, apalah arti suatu hubungan bila tak dilandasi rasa percaya dan keyakinan yang mendasari suatu hubungan.
Dan saat itulah, Jungha yakin.
Bahwa.
"Wae wae wae?!?!?! WAEEEEEE?!!!" (Kenapa)
Ia harus memukul kekasih Pabo nya.
Dan apa yang dilakukan kekasihnya itu?
Menggendongnya ke arah toko roti dan meninggalkan sepeda maroon yang mengantarkan jawaban pada pertemuan dua insan tersebut.