Rose is Red

13 3 0
                                    





'can i loving you, Baek?'



By SungRaAika
🍫

Hari ini dress yang kupakai nampak cantik di pantulan cermin. Namun entahlah, aku masih ragu untuk memberikan bunga itu padanya. Selama tiga bulan ini -bahkan- Sampai liburan pun aku tidak berhubungan dekat dengannya. Ia seperti menjauhiku. Aku malu untuk sekedar bertanya. Apalagi setelah kejadian waktu itu, suasana canggung diantara kita semakin terlihat.

Aku berniat untuk memberikan bunga itu sebagai ucapan permintaan maaf karena menolaknya kemarin. Dan ingin hubungan kita menjadi baik lagi seperti sebelumnya.

Yang kuingat terakhir dari percakapan kita setelah kejadian itu. Ia memintaku untuk menunggunya disana setelah tiga hari. Namun yang kulakukan adalah menunggunya dirumah selama tiga bulan.

Rasanya, aku takut untuk menyampaikan perasaanku yang sebenarnya. Aku takut ia akan mengira bahwa aku menerima perasaannya sebagai pelampiasan. Pelampiasan karena tak bisa memiliki Minhyun.

Namun pada kenyataannya aku benar-benar akan berusaha untuk menyukainya. Aku akan memegang janjinya. Aku akan membuatnya bahagia. Aku lelah dengan penantian ini. Mengapa aku tidak membuka hati untuk orang yang mau memberikan hatinya untukku?

Ah benar. Kalau begitu aku akan meletakkannya saja di bangku yang kita duduki waktu itu. Dengan kartu bertuliskan.




"Can i loving you, Baek?"

Suasana disini semakin canggung saat dia mengatakan isi suratku dengan lantang. Dia terlihat mematung disana. Aku hendak memberanikan diri muncul di hadapannya. Tapi sebentar, aku mengumpulkannya -memberanikan diri- terlebih dahulu.

Oh, tidak!

Dia tersenyum.


Author PoV

Baekho membaca kalimat itu dengan perasaan hati yang gembira. Seperti petani yang memanen buah dalam jumlah yang besar dan siap dijual di pasaran. Ia tersenyum, mencari seseorang yang menuliskan itu untuknya.

Sementara di tempat lain, seorang gadis cantik berpakaian dress putih berjalan perlahan. Ia mendekati punggung Baekho. Dengan perasaan takut-takut, ia memanggil.

"Baek?"

Orang yang di panggil berbalik cepat mendengar namanya disebutkan. Senyumnya semakin merekah. Penantian ia terbalas sudah. Gadis yang ia tunggu-tunggu menerimanya. Gadis yang menerima tersipu malu setelah mengatakan perasaannya. Jungha menyerah. Jungha menyerah pada hati yang berusaha mendobrak masuk pintunya.

Perlahan titik hujan turun dari langit. Perlahan namun pasti, hujan itu semakin deras seiring waktu berjalan. Kedua insan itu kini kesusahan menghalangi titik airnya. Mereka berteduh di bawah pohon tak jauh dari mereka berdiri sebelumnya.

Baekho yang mengenakan mantel yang tahan air, menghalangi hujan agar tidak mengenai keduanya.

Kini mereka dipisahkan 5 centi jarak diantara keduanya.

"Baek, maafkan aku yang membuatmu menunggu tiga bulan lamanya."

Baekho tersenyum, "menurutku, penantian itu yang tidak membuatku bosan menunggu."

Jungha menatapnya, tak mengerti.

"Dari semua pengalamanku menanti, menanti bis, menanti taksi, menanti-"

Jungha terawa, ternyata penantian itu yang dimaksud.

"Menantimu.. penantian itu yang tidak membuatku kesal menunggu." Baekho mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum.

Mata yang berbinar, senyum yang mengembang, deretan gigi yang rapih. Kini Jungha tahu benar kharisma yang dimiliki Baekho.

"Terima kasih, Baek. Kau tidak lelah menungguku."

Keduanya tersenyum. Menatap wajah masing-masing. Hingga tak terasa wajah Baekho yang dilihat Jungha semakin membesar. Mendekat. Pucuk hidung mereka kini bersentuhan.

"Bolehkah?" Baekho bertanya.

Jungha semakin melebarkan senyumnya. Mengangguk. Menyetujui apa yang akan dilakukan Baekho selanjutnya.

Kini sepasang kekasih itu saling menautkan bibirnya. Untuk sekedar memberi kehangatan pada masing-masing. Dibawah pohon yang diselimuti kedinginan air hujan, mereka tahu, apa yang seharusnya dijaga. Dan pohon itu sebagai saksi cinta diantara keduanya bersemi.

Baekho PoV

Kenangan semasa SMA-ku kini terdengar indah mengingatnya. Hingga kini kita seatap. Aku lelah bekerja seharian. Sekarang aku akan tidur disampingnya. Menggunakan tangannya yang terbentang sebagai bantal. Aku sedikit khawatir bila tangannya gepeng karena kepalaku yang berat merindukannya seharian.

"Baek."

Oh? Dia belum tidur?

"Hm? Ada apa? Beratkah?"

Dia menggeleng.

"Aku merindukanmu."

Menggemaskan wanitaku ini. Aku menangkupkan tanganku di wajahnya.

"Lalu apa yang mau kau lakukan malam ini?"

Ia menunduk, tersipu. "Aku ingin ada yang menemaniku, Baek. Selama ini kau selalu keluar kota, keluar negeri. Sehingga kita tak bisa selalu bersama. Sekalinya bersama, aku tak bisa memintamu untuk melakukannya. Karena kau begitu kelelahan. Aku takut menganggumu."

"Kau menginginkannya?"

"Semua pasangan di dunia ini menginginkannya." Ia menatapku dengan wajah kesalnya.

Aku tertawa, "hahaha, kalau begitu. Pintalah."

Ia terlihat tak mengerti dengan maksudku, "aku sudah memintanya."

"Dengan nada yang imut."

Ia membesarkan matanya, menautkan kedua alisnya. Ah, lucu sekali! Itu sudah cukup bagiku.

Aku mendekatkan wajahnya menggunakan tanganku. Mencium keningnya, pipinya, matanya, dan bibirnya. Hingga kegiatan membuat penggantiku dirumah, dilanjutkan sampai pukul satu malam.

Malam yang indah.







To be contiuned





Hehe telat. Maapinn

Selamat menunggu lagi yaaa wkwkwkw

🍫

'DongBO' (Dongho paBO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang