prolog

250 19 2
                                    

Seorang pangeran mudah tengah bersiap dengan baju zirah tempur. Berjalan dengan gagah di sertai pedang di genggaman tangannya.

"Pangeran?",panggil seorang wanita dengan lembut juga mata penuh kasih,tatapan yang di sukai oleh sang pangeran. "Kau hampir melupakan ibu? Kau hampir lupa pemujaan ini nak",ucap sang ratu bernama Jaiwanta.

"Maaf ibu,maafkan aku. Baiklah sekarang ibu bisa melakukan ritual arti padaku,dan doakan aku agar aku menang lagi dalam pertempuran ini",ucap pangeran Pratap dengan nada lembut khusus sang ibu. Sebenarnya dia kurang bisa lembut dengan perempuan tapi entah kenapa hanya pada sang ibu diri nya begitu penuh kasih.

Ratu Jaiwanta,mengoleskan bubuk suci berwarna merah pada dahi sang pangeran lalu memutar beberapa kali piring arti itu,senyuman tak luput dari bibirnya menatap sang pangeran. Putra kesayangannya yang ia banggakan dari dulu,tak terasa pangeran sudah dewasa sekarang.

"Ibu? Doakan aku",pangeran Pratap membungkuk dan menyentuh kaki sang ratu Jaiwanta. "Doa ibu sangat penting untukku dalam keadaan apapun termasuk hari ini".

"Semoga kau menang pangeran",usapan halus di kepala pangeran Pratap menyertai doa itu,doa yang terucap dari sang ibu. "Kau pasti menang pangeran,ibu yakin itu. Buat ibu bangga sekali lagi,juga Ayah mu",ucap ratu Jaiwanta.

Pangeran Pratap bangkit dari posisi membungkuk tadi lalu menatap sang ibu sejenak. Menatap lekat sekali,sungguh ibunya itu membuatnya tentram.

"Salam",ucap pangeran Pratap sambil mengaturkan kedua tangannya

"Pergilah nak",ucap ratu Jaiwanta dengan tegas juga ikhlas,pandangannya lurus ke depan menatap sang suami yang sudah menunggu putranya.

"Cepat pangeran!",triak sang raja yang sudah tidak sabar. "Kita harus segera sampai disana,sebelum matahari tenggelam",ucap sang raja sekali lagi.

Tidak menyahut,sang pangeran langsung naik ke kuda putih itu dan pergi meninggalkan area istana beserta pasukan yang cukup besar. Menuju medan pertempuran tepat dimana menang atau kalah akan di tentukan oleh adu pedang juga strategi pertempuran

"Pangeran? Apa kau yakin dengan strategi semalam?",tanya raja Uday dengan melirik sedikit putranya itu.

"Aku yakin ayah,sangat yakin bahkan mata-mata yang aku kirim sudah memberi semua informasi. Aku yakin kita akan menang dan padukan kita tidak akan berkurang banyak. Maksudku kita akan kembali juga dengan jumlah yang masih di bilang besar,mungkin hanya seperempat prajurit yang akan tewas",jelas pangeran Pratap dengan mantap membuat sang raja tersenyum puas juga kemenangan.

"Kau memang hebat",puji sang raja Uday sambil menatap ke depan,terlihat padukan lawan sudah siap. "Kita pasti menang,aku percayakan ini juga padamu pangeran".

"Hidup Mewar!",sorak pangeran Pratap dengan lantang juga tegas.

"Hidup! Hidup!",sorakan para prajurit yang ramai dan sangat kuat dengan kepercayaan pada sang pangeran.

"Mari ayah,kita selesaikan ini",ucap pangeran Pratap dengan pedang yang tajam juga berkilau,matahari masih lama tenggelamnya. Musuhnya tidak begitu kuat,dirinya percaya bahwa musuh itu akan tumbang sebelum sang surya tenggelam. "Hidup Mewar! SERANGGGGG!".

Aba-aba peperangan sudah di mulai,para prajurit serta panglima maju terlebih dahulu.
Prajurit berpedang maju terlebih dahulu,sedangkan prajurit pemanah tetap di belakang dengan. Pangeran Pratap juga dan Raja Uday maju untuk melawan musuh utama mereka. Tatapan mata yang tajam,pedang juga tajam menebas prajurit musuh yang ingin menghadangnya dengan sekali tebas 2 hingga 3 prajurit tewas.

Kejam dalam pertempuran,terkenal dengan ilmu perangnya juga segalanya itulah sang pangeran Pratap,dia yang tangguh juga kuat.

Ribuan panah melesat bagai hujan yang deras,panah tersebar dimana-mana menembus dada para musuh atau bagian tubuh lain.

"Pangeran? Kau atasi panglima kerajaan Marwar,biar aku yang urus raja Drupad",perintah sang Raja Uday setengah berteriak di tengah-tengah suara bising pedang dan teriakan para prajurit perang itu. "Setelah itu bantu aku!".

"Baiklah!",pangeran Pratap pergi dengan kudanya menuju panglima kerajaan Marwar berada,lalu adu pedang terjadi,sama kuat dan pintar
Tapi pangeran Pratap lebih lincah juga lihai

-sreeettt...-

Tebasan maut tepat di leher sang panglima,kepalanya putus menggelinding jatuh,tubuh tanpa kepala itu limbung dan ikut jatuh dari atas kudanya.

"Tamat riwayatmu",desis pangeran Pratap dengan senyum miring. "Jangan main-main dengan diriku!",ucap pangeran Pratap.

Kuda tunggangan pangeran Pratap berlalu dari tempat itu menuju sang ayah dan musuh berada membantu sang ayah yang sudah mulai kelelahan.

"Hey! Kau raja Drupad,kau akan tamat di tanganku",ucap pangeran Pratap dengan sombong,bercak darah memenuhi pedang yang makin tajam itu siap menelan satu korban lagi. Musuh.

"Kau pangeran Pratap,jangan sombong kau. Bisa saja ini adalah hari kematiannya bukan aku",ujar raja Drupad dengan tak kalah sombong menantang pangeran Pratap. "Kalian berdua akan tamat dan aku akan merebut Mewar",ucapnya sekali lagi.

Terbakar emosi yang tinggi,pedang langsung melayang beradu dengan pedang lain.
Dua lawan satu tentu saja dua lebih baik dan menang. Langit mulai gelap,pangeran Pratap memanfaatkan kesempatan

-jreeppp..-
-sreetttt...-

Tusukan di dada lalu pedang menyobek tubuh itu kebawah bagai di belah dua tapi hanya sebagian. Darah mengucur deras dari tubuh raja Drupad yang kalah dari medan tempur. Tepat matahari sudah tenggelam sekarang.

"Hentikan semuanya!",triak raja Uday dengan lantang dan semua terhenti. "Lihat! Raja kalian sudah kalah,jadi sebaiknya kalian menyerah tampa senjata! Kerajaan Marwar sudah milik Mewar sekarang". Ucap raja Uday dengan bangga.

Pangeran Pratap sekali lagi membuat bangga Mewar,juga sang ayah. Perjalanan pulang ke Mewar dengan kemenangan juga rasa bangga melanda rakyat juga seluruh isi istana besar itu.

 Perjalanan pulang ke Mewar dengan kemenangan juga rasa bangga melanda rakyat juga seluruh isi istana besar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Love Story And The Last KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang