chapter 5

143 13 0
                                    

"Pangeran? Kau ini nekat sekali,untung kau tidak mati tadi? Ayah kan sudah bilang kau jangan ikut dalam urusan apapun". Raja Uday menunjuk pangeran Pratap dengan di sertai tatapan marah karena aturannya di langgar begitu saja oleh putranya.

"Sudah temanku,pangeran kan pasti ingin menyelamatkan rakyat saja,dia itu contoh yang baik. Dan sejarah ini pasti akan masuk dalam sejarah Mewar",ucap raja Mamrat

"Maafkan kami rana ji,tapi kami sudah melarang pangeran. Tapi apa daya dia malah mengancam diriku  rana ji. Yang tidak berdaya ini". Panglima Cakra menjelaskan dengan serius dan mendapat desisan dari pangeran Pratap di sertai tatapan tajam membunuh itu.

"Kau takut? Sudah berapa kali kau di ancam seperti ini? Sudah banyak kan dan ancaman dia tidak akan di lakukan terutama padamu karena kau itu sahabatnya yang mengerti dirinya". Raja Uday pun sedikit kesal pada panglima Cakra.

"Ya rana ji bisa menjamin itu? Siapa tahu nanti saat dia sudah menikah,aku kan cuma sebatas bawahan,dia akan percaya istrinya dan semoga tuan putri sabar menghadapi tingkah pangeran yang datar bagai patung".

"Ekhem...". Pangeran Pratap berdehem membuat panglima Cakra menunduk takut. "Awas kau,jika aku tidak sakit mungkin aku akan menghajar dirimu sekarang,tapi hari ini kau selamat". Batin pangeran Pratap.

"Dari pada kau membicarakan diriku? Kirim pesan ke raja muda tentang apa yang aku bicarakan tadi. Kau mengerti".

"Baik pangeran"

Panglima Cakra pun mulai menulis sepucuk surat yang berisi pertanyaan juga pembicaraan yang bersangkutan. Sedangkan panglima Sushima mengikat surat itu di kaki burung merpati. Ya merpati pos yang akan terbang menuju kerajaan Mughal,dan tidak akan butuh waktu lama.

*******

Istana Mewar,para wanita tengah gelisah karena mendengar kabar dari salah satu mata-mata yang membawa kabar bahwa pangeran Pratap terluka cukup parah. Namun itu cuma kabar buruk,dan kabar baiknya adalah kemenangan atas wilayah di Mewar yang gagal di kuasai oleh perompak. Dan wilayah itu juga berganti nama.

"Rani Jaiwanta? Apa ada kabar lagi dari mata-mata itu? Kasian pangeran terluka,sebaiknya kita suruh mereka agar cepat pulang". Ratu Hansa pun yang malah panik sendiri. Berjalan kesana kemari dan membuat ratu Jaiwanta diam melihat.

"Kau tenang lah ibu kita berdoa saja". Putri Ajabde menyahut sambil membawa nampan dan habis berdoa di kuil istana. Entah sejak telinga mendengar kabar tentang terlukanya pangeran Pratap,dirinya langsung berlari ke kuil untuk berdoa.

"Ya kau benar nak,tapi pangeran pasti butuh tabib".

"Tenang lah Hansa,kau tidak perlu berlebihan. Pangeran akan pulang nanti,putra ku itu sangat kuat dan tangguh,jujur aku juga panik tapi aku berusaha tenang dan berdoa untuk putra ku itu". Ratu Jaiwanta tersenyum kecil sambil memegang pundak ratu Hansa.

"Ibu benar dia sangat kuat",sahut putri Ajabde yang membuat dua maharani itu menatap ke arahnya,segera mungkin dia juga tersadar dan berbalik pergi tanpa bicara lagi.

"Aku rasa dia juga panik dan melebihi kita sendiri". Kata ratu Hansa.

"Ya,putrimu kurasa sangat menyukai putraku,aku tidak sabar melihat dua remaja itu bersanding di sebuah pelaminan. Setelah pertunangan minggu depan kita akan cari hari yang lebih baik untuk mengikat mereka di api suci". Ratu Jaiwanta sedikit membayangkan putra-putri mereka yang akan menikah. Bahkan bisa saja khayalan mereka akan terlampau jauh.

Putri ajabde kembali lagi di sebuah kuil kecil di sudut istana yang jarang di kunjungi pelayan atau prajurit. Ya,kuil yang dia bersihkan waktu itu adalah tempat favorit nya sekarang.

"Mahadev,aku tidak tau apa yang aku rasakan sekarang ini. Dan aku hanya bisa berkata padamu dewa. Kau pencipta alam semesta ini dan kau tercipta lebih dulu daripada wisnu dan brahma". Putri ajabde menara karangan bunga di rumah kuil itu,buatan sendiri dan sangat cantik beserta bunga segar yang dirangkai pagi- pagi sekali lalu di rendam air khusus agar tidak layu

"Dewa,bisa kau tunjukan apa yang aku rasa sekarang? Mungkin kau mengerti dewa,kau dengan dewi parvati sangat mencintai. Mungkin kah nasib diriku akan seperti kalian,harus susah payah baru senang atau tidak sama sekali". Terus menggumam dan tersenyum simpul serta di pikirannya penuh dengan bayangan wajah seseorang yang di lubuk hatinya mulai tergores perlahan dan membentuk sebuah ukiran kenangan. Pria yang bermusuhan dengan dirinya sejak kecil,namun sekarang mulai berbalik menjadi sebuah cinta. Cinta yang akan merubah segalanya dalam hidup.

"Kuil mu sudah bersih dewa,aku akan pergi terlebih dahulu". Putri Ajabde pun bangkit dan berdiri berjalan meninggalkan kuil. Tanpa disadari olehnya ada orang yang menguping dan mengintip.

"Dugaan kita benar. Putri mu sangat mencintai putraku,mereka sangat cocok sekali". Kata ratu Jaiwanta memasang senyum lebar dan bahagia begitu juga ratu Hansa

"Ya kau benar,tidak disangka sekali. Padahal sejak kecil mereka musuh,dan sekarang saling cinta. Tapi pangeran Pratap apa punya perasaan yang sama? Aku kuatir jika cinta mereka bertepuk sebelah tangan?".

"Ah tidak mungkin,kata pepatah benci bisa jadi cinta. Pangeran Pratap pasti cinta pada putri Ajabde,aku pernah lihat itu saat aku bersama mereka kemarin. Dan jangan kuatir pasti mereka cinta dan bahagia dalam keluarga ini. Kita akan tinggalkan kemewahan dan pergi untuk mengabdi pada ketaatan pada sang pencipta".

"Ya ratu Jaiwanta,dirimu benar sekali. Dan kerajaan Bijolia juga akan berpindah tangan setelah ini". Ratu Hansa memikirkan bahwa tahta suaminya tidak lama lagi akan di gantikan oleh adiknya nanti.

Dua ratu itu masih di posisi yang sama sambil memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan,apa yang akan terjadi pada putra dan putri mereka setelah ini. Sungguh di sayang kan masa depan hanya sang pencopet yang mengetahui.

*****

Rombongan prajurit,raja Uday dan Mamrat berjalan menuju istana dan di tandu pangeran Pratap masih lemah. Kondisinya tadi sempat drop dan membuat panik,untung ada tabib setempat yang bisa menolong.

"Setelah sampai istana,pangeran sebaiknya di kurung saja. Aku takut dia nekat lagi dan bisa dalam bahaya seperti ini". Raja Uday berucap pada raja Mamrat yang hanya mengerutkan dahi.

"Tapi tidak begitu juga temanku,kasian pangeran jika terkurung begitu? Lagipula dalam kondisi seperti ini dia sangat lemah,dan bisa butuh waktu lama untuk sembuh dan saat itu juga sudah waktunya pertunangan". Jelas raja Mamrat yang langsung di angguki raja Uday. Di antara tandu ada panglima Cakra dan panglima Sushima yang menjaga pangeran Pratap yang diam dan menatap dengan tatapan yang sangat mengerikan.
Datar,dingin dan bungkam. Bahkan dua panglima sudah berusaha untuk mengajak mengobrol sang pangeran tapi tidak di respon.

A Love Story And The Last KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang