chapter 2

208 15 1
                                    

"Oh dewa! Sungguh aku tidak percaya ini",gumam pangeran Pratap saat ternyata di suruh ibunya untuk membawakan baju-baju juga kain yang indah untuk putri Ajabde.

"Aku merasa kau harus bersabar pangeran,ini perintah rani Jaiwanta. Tidak baik bukan jika kau menoleh permintaan ya",kata seseorang dengan senyuman yang tadi mendengar ucapan pangeran Pratap.

"Aku mengerti itu panglima Sushima,tapi apakah harus seperti ini? Aku rasa tidak kan? Lagi pula banyak pelayan yang bisa membawa ini semua. Kenapa harus aku?",protes pangeran Pratap.

"Hm",hanya dehem singkat dari sang panglima yang membuat pangeran Pratap mulai kesal lagi.

*****

Pangeran Pratap sekarang sudah berada di tempat yang di tunjukan sang Ibu. Hanya bertiga,yah bertiga. Pangeran Pratap,putri Ajabde juga Maharani Jaiwanta. Tampak dua wanita itu sibuk memilih kain yang bagus dalam upacara pertunangan yang akan di adakan di Mewar.

"Rani? Seharusnya ini tidak perlu,aku bisa menyiapkan diri di Bijolia saja nanti. Jika disini aku akan merepotkan seluruh anggota istana,dan juga sang Pangeran",ucap putri ajabde dengan sopan tapi harapannya melirik sang pangeran yang hanya diam memasang wajah dingin dan datar.

"Jangan pikirkan dia. Jika kau memikirkan dia kau sama saja memikirkan patung di koridor!",ucap ratu Jaiwanta sedikit menyindir juga melihat pangeran Pratap yang mata-nya membulat sempurna.

"Apa! Oh ibu,bagus sekali. Kau sama saja dengan ayah yang menganggapku patung koridor. Aku ini Putra mu ibu?",ucap pangeran Pratap yang tidak terima dengan ucapan sang ibu yang sangat menyindir.

"... ibu? Tega sekali kau menganggapku patung,masa aku yang tampan juga pintar ini disamakan dengan patung",batin pangeran Pratap dengan menangis.

"Hm,kau memang mirip patung pangeran. Tanpa ekspresi",ucap ratu Jaiwanta.

"Rani? Kasian pangeran,jangan di sindir terus atau dia akan sakit hati",ucap putri Ajabde yang menahan tawa karena sindir-menyindir antara ibu dan anak.

"Jika di lihat pangeran memang mirip patung kok,ngak punya ekspresi sama sekali. Dari dulu dia jarang tersenyum,sama saja tidak berubah",batin putri Ajabde.

Pangeran Pratap makin kesal,ingin rasanya dia kabur dari tempat itu tapi dia sudah berjanji dengan sang ibu untuk tidak kemanapun walau itu urusan yang sangat penting sekalipun. Sekarang dia harus terjebak dengan sindiran sang ibu dan calon istri yang membela walau musuh sejak kecil.

"Aku tidak tau putri Ajabde. Kenapa juga dulu aku ngidam untuk di buatkan patung rana ji",ucap ratu Jaiwanta yang mulai ceplas ceplos seenaknya dan membuat pangeran makin kesal.

"Apa!"kaget pangeran Pratap yang langsung berdiri menatap dua wanita di hadapannya.

"Pangeran duduk!",tegas ratu Jaiwanta yang langsung di turuti oleh pangeran.

"Ha? Rani mengidam dibuatkan patung rana ji? Dab hasilnya adalah pangeran yang... Ehm maaf Pangeran Pratap. Dis tidak punya ekspresi seperti patung",ucap putri Ajabde yang tersenyum lebar hampir tertawa.

"Diam kau!",kata pangeran Pratap dengan kesalnya. "Ini hidupku,ini wajahku dan sifat ku. Apa masalah untukmu ha?",ucap pangeran Pratap.

Putri Ajabde langsung menunduk diam,tapi dia masih tersenyum kecil.
Tangannya sibuk menelusuri kain yang bagus untuk dia pakai nanti. Sedangkan Ratu Jaiwanta menatap bergantian dua anak muda,putranya juga calon menantu.

A Love Story And The Last KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang