chapter 4

145 12 1
                                    

Bom...
Dorrrr....

Suara ledakan sangat besar membuat beberapa prajurit Mewar terpental karena ledakan mengarah ke mereka.
Pangeran Pratap,panglima Sushima juga Cakra pun berkumpul.

"Sebuah serangan pangeran",ucap panglima Cakra.

"Sebaiknya pangeran mundur saja,kami tidak mau pangeran terluka akibat melawan perompak rakyat seperti itu",ujar panglima Sushima.

Dua panglima gagah itu pun berdiri di depan pangeran Pratap. Tapi sang pangeran malah menerobos dua panglima nya itu,berdiri di depan menatap para perompak rakyat yang cukup banyak.

"Pangeran",kata panglima Sushima dan Cakra kompak saat sang pangeran maju sambil memainkan pedang di tangannya. Dua pedang sekaligus di tangan,memutar dan sangat tajam tampak dari pantulan sinar matahari.

Pangeran Pratap pun tersenyum miring. "Kalian hanya perompak rakyat yang harus di basmi,di musnahkan dan di hukum dengan berat. Di wilayah Mewar ini".

"HAHAHAHA...!!!"

Tawa mereka tampak meremehkan sang pangeran Pratap yang membuat pangeran Pratap hanya tersenyum kecil. Sinis dan tidak takut.

"Hey! Pangeran kau lebih baik mundur! Jika kau masih mau hidup!! Atau kau akan mati dan mayatmu di tangisi Ibu mu nanti,apalagi calon istrimu",seru salah seorang perompak itu. Terlihat dia adalah pimpinan perompak tersebut.

"Aku tidak takut! Demi rakyat dan tanah air ku,tidak akan ku biarkan perompak seperti kalian merajalela",ucap pangeran Pratap.

"Pangeran,kau jangan bertindak bodoh kali ini. Mereka cukup bersenjata,dan kita juga kalah jumlah sekarang. Kita bisa habis pangeran" ucap panglima Cakra

"Benar pangeran! Kita mundur dan lupa kan mereka,dan kita buat siasat baru",sahut panglima Sushima.

"Siasat?",tanya pangeran Pratap sambil menoleh ke belakang sebentar. "Aku tidak perlu siasat dan di susun berkala. Aku sudah merencanakan sebuah hal yang tidak mereka duga",kata pangeran Pratap dengan pelan namun penuh penekanan.

Menghadap ke depan menatap para perompak rakyat,jumlah mereka memang tidak terlalu banyak tapi senjata mereka adalah senjata api. Dan satu yang punya adalah kerajaan Mughal.

"Kau harus berikan aku jawaban raja Jalal? Setelah ini selesai kau harus jelaskan semua kepada diriku",gumam pangeran pratap. Mata tajam bagaikan elang,dua pedang di tangan yang siap beradu dengan lawan. Menebas saat lawan lengah dan terlena.

"Kenapa pangeran?",tanya pemimpin perompak.

"Aku hanya ingin satu syarat! Tidak ada meriam atau senjata api lainnya. Hanya ada keahlian ilmu pedang,bukankah kita sama-sama warga india",ucap pangeran Pratap menantang.

"Kau gila pangeran,perompak lebih pandai bermain pedang! Mereka lebih ahli pangeran dengan tipu daya mereka",ucap panglima Sushima dengan mata membulat terkejut. Begitu juga panglima Cakra yang hanya bisa diam tidak tau lagi cara mencegah pangeran Pratap yang tergolong keras kepala.

"Biarkan saja panglima,aku tau ucapanku",ucap pangeran Pratap santai dan perlahan melangkah maju ke depan.

"Baiklah,kamu terima syarat mu itu Pangeran. Dan aku rasa itu pilihan mu yang sangat buruk karena kau tidak tau kami perompak yang cukup lihai",ujar pemimpin perompak.

Semua perompak pun tampak menyingkirkan semua meriam,dan senjata api lainnya,juga bubuk mesiu di karung yang bisa terbakar dan meledak. Dan tinggal adu pedang yang akan terjadi.

"Kita tangani ini panglima,kita lebih pandai daripada mereka. Mereka mengandalkan jumlah maka dari itu mereka tampak pandai. Tapi sebenarnya tidak! Kita harus memutar otak",ucap pangeran Pratap.

A Love Story And The Last KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang