Hai, everyone!
Masih mau lanjut???? Nah, di chapter ini, Ron dan keluarganya sudah pindah ke rumah baru. Tapi.. ada yang masih disembunyikan Ron sendirian. Langsung saja yang pada penasaran.
Happy reading!
---------------------------------------------------
Hugo dan Lily masuk pada sebuah arena bermain anak. Lokasinya berada di salah satu pusat perbelanjaan Muggle. Harry mengajak kedua anak itu untuk sekadar bermain santai setelah mereka sibuk membeli buku cerita dan perlengkapan melukis, khusus untuk Hugo. Harry menukarkan beberapa uang Mugglenya untuk digantikan dengan sejumlah koin permainan yang akan digunakan oleh Lily dan Hugo.
"Dad yakin?" tanya Lily saat melihat koin-koin yang baru ia terima.
"Asalkan kau tak bilang Mummy, sayang. Kau juga Hugo. Bagaimana? Kalau tak mau, bisa Dad kembalikan—"
"Jangan!" Lily meraih tangan ayahnya lantas memeluknya erat. Bibirnya mengecup cepat pipi Harry lantas berkata, "I love you, Dad!"
"I love you too, princess."
Hugo ikut memeluk dan mencium Harry di pipi yang berbeda. "Thanks, Uncle Harry," katanya. Bersama Lily, ia berlari menuju arena penuh dengan mesin permainan.
Biasanya, anak-anak akan diberi jatah tertentu saat akan bermain. Hanya beberapa koin saja. Tapi, hari ini Harry memberikan lebih untuk Lily dan tentu saja pada Hugo. Dua kali lipat dari biasanya. Bagaimana tidak Lily bisa begitu senangnya hari ini.
Harry memilih masuk ke arena untuk mendampingi anak dan keponakannya bermain. Terlihat Lily lebih banyak aktif ketika bermain. Dari satu mesin permainan ke permainan yang lain, Hugo tidak begitu menguasai permainan Muggle itu. Sebagian besar permainan di dominasi dengan alat dan teknologi. Lily sering menjelaskan ini-itu sebelum akhirnya Hugo mau mencoba bermain. Melihatnya kasihan, Harry mulai mendekat.
"Begini," Harry berbisik pelan di telinga Hugo, "kalau kau tak bisa memasukkan bolanya ke dalam ring seperti Lily, coba kau lempar bolanya menyentuh besi ringnya saja, Hugo. Itu sudah bisa menambah hitungan poinmu." Kata Harry saat mencoba melempar satu bola di permainan basket Hugo.
Harry tersenyum puas karena bola lemparannya masuk. Ia sejenak memperhatikan Lily. Hanya sedikit bola lemparannya yang luput masuk dalam ring. Di dalam hatinya ia semakin yakin, jika Lily benar-benar memiliki bakat yang diturunan oleh Ginny, banyak dari diri Ginny dapat ditemukan pada Lily. "Suatu saat Lily akan jadi chaser hebat seperti ibunya." Harry tersenyum.
Hugo mengangguk paham lantas mencoba cara Harry. Jika Lily begitu tepat menembak bola pada sasarannya, Hugo tidak begitu ahli. Alhasil, ia hanya melempar bola tepat pada lingkaran besi keranjang saja. Getaran yang tercipta karena hantaman bola itu membuat score ikut bertambah.
Poin Hugo terus bertambah berkat trik bermain Harry. Lily terkesima mendengar suara tanda pertambahan point pada sepupunya itu. Heran, mengapa Hugo mampu menyusulnya padahal setahu dirinya beberapa menit lalu Hugo masih tertinggal banyak poin darinya.
"Haha, aku mengalahkan Lily lima belas poin, Uncle," seru Hugo setelah waktu permainan berakhir. Harry membantunya mengambil tiket hadiah yang keluar dari mesin permainan itu.
Lily mendelik tak percaya. Tiket hadiah yang ia dapat lebih sedikit dibandingkan milik Hugo "Kau hanya melempar pada besinya saja, kenapa bisa—"
"Karena," Harry meraih pundak Lily untuk lebih mendekat. Hugo sudah memeluk Harry dari samping, "permainan itu bukan hanya main fisik, sayang. Tapi harus punya strategi. Pakai ini," kata Harry menunjuk pelipisnya dengan jari telunjuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Home? (Romione - HP Fanfic)
FanfictionHugo melakukan sesuatu diluar dugaan. Rumah keluarganya hancur hingga tak dapat ditempati lagi. Alhasil, Ron dan Hermione harus rela mengatur segalanya demi mendapatkan rumah baru. Namun, sebelum kembali memiliki rumah baru, Harry dan Ginny siap mem...