Hi, semua!
Karena banyak kerjaan dan mulai coba nulis cerita yang lain, aku lupa kalau sempat janji buat extra part cerita ini. Banyak banget yang sudah komentar di chapter sebelumnya, kirim pesan, sampai ngeDM di Ig aku juga buat minta extra part ini. Ini nih, mumpung inget. Mari kita kembali ke kisah Home?. Masih pada ingat atau sudah lupa? Haha.. efek kelamaan. Bisa baca ulang atau bisa langsung baca ini. Yuk, langsung saja.
Happy reading!
=======================
Selembar kertas dengan identitas Kementerian dan salah satu departemen yang bertanggung jawab memperjelas alasan Ron datang ke rumah Harry. Meminta pertanggungjawaban lebih tepatnya.
Malam. Hampir menginjak tengah malam. Pria jangkung itu datang seorang diri. Masih berpiama dengan baju hangat yang menutup sebagian badannya. Ia memakai sandal rumah sedikit berbahan beludru warna kelabu. Mudah kotor dan menyimpan debu. Entah jika Hermione tahu seberapa besar kemarahannya melihat Ron berkeliaran dengan sandal rumahan.
"Habis dia kalau sandal itu masih dipakai masuk kamarnya." Bisik Ginny di dekat telinga Harry.
"Aha," gerutu Harry, "padahal dia tahu sendiri Hermione 25% lebih rajin bersih-bersih rumah sejak punya rumah baru." Ujar Harry berusaha agar tak didengar Ron.
Ginny memandang wajah suaminya dari samping terkejut. "25%? Spesifik sekali." Katanya sembari tertawa tertahan.
"Dia sendiri yang bilang, sayang."
Suara Ron berdehem membuyarkan pasutri di hadapannya. Mereka kembali serius. Ini masih perihal surat yang ia bawa. Tentang nasib yang tertulis di sana.
"Maaf, anak-anak sudah tidur jadi.. kita harus sedikit berbisik." Tukas Harry mendapat anggukkan Ginny. Mereka mempersilakan Ron mengutarakan kedatangannya malam ini dengan suara sedikit dipelankan. Ya, setidaknya menghargai juga pemilik rumah. Ron sadar ia sudah keterlaluan bertamu tengah malam. Mengganggu pasangan suami istri yang sempat kelimpungan ketika suara kencang apparate Ron di halaman belakang rumah muncul.
Pandangan Ron melihat ke sekeliling rumah Harry. Sepi. Jam dinding di sisi kanan ruang tamu seolah menghakiminya. Waktu terus berjalan semakin larut, tapi dirinya belum juga mengutarakan apa maksud kedatangannya.
"Surat ijin?" Harry lebih dulu mengambil kesimpulan tentang kedatangan kakak iparnya. "Kamu mau ijin? Aduh, besok pagi kan bisa, Ronald."
Cepat-cepat Ron menggeleng. Ia juga tahu kalau hanya ijin kerja bisa dikirim besok pagi. Tapi ini jauh lebih penting. Tidak mungkin ia akan nekat datang tengah malam hanya mengantar surat yang bahkan bisa saja tak diperlukan. Harry adik iparnya, sekaligus bosnya. Tentu bisa melobi dengan cara kekeluargaan. Sekalipun cara itu tidak dibenarkan.
Meski tak bagus, cara licik berbau nepotisme itu tidak pernah mau Harry terima. Ia masih menjunjung tinggi profesionalitasnya sebagai pimpinan.
"Tapi ini bukan ijin.. aku mau—mengundurkan diri."
"Apa?" Teriak Harry dan Ginny bersamaan. Lantang sekali suara keduanya. Spontan arah pandang keduanya memeriksa area lantai dua. Siapa tahu salah satu atau bahkan ketiga bocah itu terbangun akibat teriakan tadi.
"Kau serius? Kami masih membutuhkan kamu, Ron."
Kali ini Harry mulai memposisikan dirinya sebagai pimpinan. Kepala satuan elit Auror Kementerian Sihir Inggris yang ikut membawahi Ron di Kementerian itu jelas menyayangkan. Seorang Ronald Weasley yang penuh dedikasi selama mengurus berbagai kasus tiba-tiba saja mengajukan pengunduran diri. Di tengah malam pula.

KAMU SEDANG MEMBACA
Home? (Romione - HP Fanfic)
FanfictionHugo melakukan sesuatu diluar dugaan. Rumah keluarganya hancur hingga tak dapat ditempati lagi. Alhasil, Ron dan Hermione harus rela mengatur segalanya demi mendapatkan rumah baru. Namun, sebelum kembali memiliki rumah baru, Harry dan Ginny siap mem...