Disarankan memutar mulmed saat membaca (promise by exo)
Bahkan jika itu sulit dan melelahkan,
Bahkan jika hatiku terluka,
Aku akan tetap berada di panggung,
Meneguhkan kekuatanku sekali lagi,
Untukmu, yang telah menanti untukku.
.
.
.
"Pulanglah. Jangan paksakan dirimu terlalu keras."Penuturan Suho berhasil membuat Sehun menapakkan kakinya keluar dari ruang latihan. Langkah yang ia ayunkan terlalu gontai. Kakinya menapak pada bumi, namun pikirannya melayang pada hal lain. Salah satunya adalah Baekhyun yang sekuat hati menahan air matanya saat semua anggota EXO baru menemukan titik hilangnya Sehun selama dua hari. Ruang latihan.
Hari sudah sangat gelap. Sehun taksir, bus terakhir akan berangkat sekitar satu jam lagi. Waktu yang cukup untuknya mencapai halte. Ia membiarkan tubuh tegapnya memecah malam dengan bermodalkan hoodie dan masker. Berjalan kaki malam hari terasa sedikit meringankan pikiran yang berkecamuk.
Bukan hanya Sehun yang sendiri di bilik kecil halte yang ia sambangi. Di sebelahnya, seorang gadis dengan tatapan kosong pun duduk dalam sunyi. Cukup sekali lihat, orang akan tahu sejatinya kedua insan ini sedang dalam pergolakan batin yang besar.
Menit demi menit berlalu. Bus masih urung menampakkan dirinya. Dan kedua orang ini masih setia menunggu.
Sampai pada titik, hembusan napas keras melayang pada udara. Sehun tergelitik untuk sedikit memberi pandang pada sang pelaku yang ternyata juga sedang menatapnya meski dengan tatapan tanpa arti.
Tanpa diminta, gadis itu menyerahkan selembar kertas. Kertas yang sejak tadi ia genggam hinga nyaris tak berbentuk. Kertas yang mencurahkan beberapa buah pikiran yang ia olah dalam kata-kata sederhana.
"Aku tak mengenalmu, tapi aku tahu masalahmu." Bagitu ucapnya saat tangan Sehun terulur menerima kertas tersebut. Gadis itu menatap langsung pada sepasang manik Sehun. "Jangan menutup mata dari sejuta kebahagiaan hanya karena segelintir luka yang tertuju padamu."
Hanya itu, kemudian punggung sang gadis menghilang ditelan gelap malam. Ia enggan menunggu bus lagi. Rasanya lebih lelah menunggu dibandingkan ia mengambil usahanya sendiri untuk pulang.
Sehun membuka kertas kusut itu perlahan. Bekas lipatan-lipatan membentuk beberapa pola abstrak pada permukaannya, namun tak menutupi estetika goresan pena di sana.
Dua sudut bibir Sehun tertarik perlahan, membentuk sebuah lengkungan yang indah. Kata-kata yang terlampau sederhana, namun sesutu menggelitik hatinya untuk memainkan tiap frasa yang terukir di sana.
🌟🌟🌟🌟
Aku akan memelukmu, menggenggam tanganmu,
Agar hatimu dapat beristirahat
Akan kuberikan segala yang kupunya
Aku berjanji padamu.
.
.
.
Ada saatnya kau berada pada ujung titik diammu. Hatimu sudah tak kuasa menahan sakit. Ia meronta untuk melakukan perlawanan. Tapi, perlawanan apa yang mampu membungkam musuhmu?"Ini usahaku." Sehun berucap penuh penekanan.
Sementara itu, seorang pria berusia awal tiga puluhan mengamati baik-baik kertas kusam yang disodorkan Sehun beberapa saat yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of The Maknae [Private]
FanfictionFor our beloved Maknae The journey turns on 1994