13

11.2K 1.1K 368
                                    

Taehyung menumpukan kepala nya pada jendela dapur. Menatap kebun bunga yang tengah di guyur hujan lebat. Matanya menatap kosong ke arah sana. Banyak sekali yang di pikir kan nya termasuk kehidupan rumah tangga, kedepannya nanti.

Jungkook dan Jimin tengah pergi meriksa kandungan sejak dua jam yang lalu, itu yang mereka katakan tadi.

Sudah hampir 3 bulan usia kandungannya, dan jungkook masih belum tahu kehamilan nya. Bukan ia tidak memberi tahu Jungkook, ia sudah berusaha memberitahukan nya tapi ada saja halangan. Entah itu waktu yang tidak tepat atau hal lainnya, yang membuat taehyung gagal memberi tahu Jungkook.

Lagipula Taehyung tak tampak seperti orang hamil, perutnya hanya menggembung sedikit, badan nya pun masih tetap kurus berbeda dengan Jimin yang terlihat semakin gemuk. Padahal usia kandungan mereka sama. Tapi Untung saja kehamilannya kali ini tidak memberatkan nya. Ia tidak ingin hal aneh-aneh seperti yang biasa nya terjadi pada ibu hamil. Hanya beberapa kali ia ingin sesuatu dan itupun ia masih dapat menahan nya, atau mungkin belum.

Taehyung menghela nafas, mulutnya mendekat pada jendela dan menghembuskan nafasnya pada kaca. Saat kaca berembun taehyung menuliskan sesuatu disana.

Jungkook❤Taehyung.

Bibi Jung yang sedari tadi mengamati majikannya, merasa kasihan. Ia tidak tahu kehidupan majikan nya dulu seperti apa, ia hanya tahu kehidupan taehyung dan Jungkook satu tahun lalu sejak kedatangan nya kesini untuk bekerja. Tidak seperti majikan pada umumnya Taehyung adalah orang yang sangat baik, itulah kesan pertama saat ia awal bekerja di rumah ini.

"Nyonya mau saya buatkan coklat hangat."
Tawar bibi Jung pada taehyung yang kini masih saja diam.

"Boleh bi,"
Taehyung mengalihkan fokus nya sejenak pada wanita tua di depannya ini, sebelum kembali menatap hujan yang tak kunjung berhenti sejak petang.

Bibi Jung meletakkan coklat panas di hadapan Taehyung. Lantas ikut duduk di samping majikannya itu.

"Tidak baik ibu hamil terlalu banyak pikiran."
Taehyung menoleh dengan terkejut.

"Bagaimana bibi tahu kalau...."

"Nyonya tidak bisa membohongi wanita yang sudah memiliki 3 anak."
Taehyung terdiam, benar ia tidak  bisa membohongi wanita yang bahkan sudah berpengalaman. Sedikit menyeruput coklat hangat dalam genggamannya, merasakan manisnya lelehan coklat dalam lidah nya.

"Tuhan tidak pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan umat nya."

Taehyung mengalihkan antensi nya, tertarik dengan apa yang baru saja dikatakan wanita berumur setengah abad ini.

"Tuhan memberikan kita cobaan bukan karena membenci kita. Tuhan hanya ingin menguji kita, ingin tahu seberapa kuat kemampuan kita dalam melalui ujian Nya, seberapa sabar kita menghadapi nya. "

Taehyung menggigit bibirnya, meremas mug dalam genggamannya saat merasakan air matanya jatuh perlahan. Memahami kata perkata yang keluar dari mulut bibi Jung, hingga satu isakan lolos begitu saja. Benar, ini hanya sebagian ujian kecil dari Tuhan. Mengapa ia seolah menjadi satu-satunya orang yang paling memiliki masalah besar? Di luar sana masih banyak orang yang mungkin saja di uji lebih berat dari nya. Harusnya ia bersyukur, setidaknya ia masih memiliki Jungkook.

"Butuh sebuah pelukan?"

Taehyung mengangguk, lantas tanpa berkata apapun ia menghambur dalam pelukan wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya.

"Terimakasih bibi Jung,"
Lirih taehyung membuat setetes air mata bibi Jung jatuh.

Mereka menangis bersama, saling berpelukan. Taehyung seperti merasakan kembali pelukan sayang seorang ibu yang tidak pernah dirasakannya selama sepuluh tahun. Hangat dan nyaman. Ia menumpahkan semua beban yang selama ini bergelayut di pundaknya.

Dua istri kookvminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang