NEVER ENOUGH

2.6K 48 8
                                    

Masumi sedang duduk dengan wajah dingin tanpa ekspresi seperti biasanya di dalam ruang kerjanya yang menghadap ke laut, dihadapannya berserakan surat dan dokumen yang harus ia periksa dan analisa satu persatu. Sebagai seorang Direktur muda Daito dan pewaris dari kerajaan bisnis Hayami, sudah menjadi tanggung jawab Masumi untuk memeriksa dan menganalisa setiap bidang usaha yang ada dalam kerajaan bisnisnya. Dijarinya terselip sebatang rokok yang menjadi ciri khasnya jika ia sedang serius bekerja. Sesekali ia harus menjawab telepon yang masuk dan memberikan instruksi melalui asistennya. Saat itu terdengar suara ketukan pintu...

*tok..tok..tok*

"Ya masuk"

Ternyata Hijiri orang kepercayaannya yang datang. Masumi tidak pernah mengijinkan atau mengundang siapapun datang ke villanya di Izu. Bahkan Shiori tidak pernah ia undang untuk datang kesitu. Shiori saja yang nekat untuk datang ke situ tanpa sepengetahuan Masumi. Satu-satunya orang yang pernah ia undang untuk datang ke villanya cuma Maya Kitajima. Hijiri dan sopir kepercayaanya saja yang bisa bulak balik ke villa ini dengan leluasa.

"Tuan Masumi ini dokumen yang tuan minta untuk saya bawa"

Hijiri menyerahkan amplop yang berisi dokumen tersebut ketangan Masumi. Mata Masumi menangkap ekspresi ragu-ragu di wajah Hijiri yang biasanya sama kakunya dengan raut wajahnya sendiri.

"Ada apa Hijiri? Ada yang ingin kau sampaikan kedapaku?"

"Begini tuan Masumi...kemarin dulu Maya menelpon saya dan memaksa ingin bertemu dengan saya. Dan....ia mengungkapkan kerinduanya untuk bertemu dengan si mawar ungu..."

"Hijiri aku sudah menyatakan perasaanku yang sebenarnya, sudah aku jelaskan bahwa aku tak mau menemui gadis itu lagi sebagai mawar ungu. Untuk seterusnya begitu...."

" Tidak akan ada lagi mawar ungu yang akan aku kirimkan kepada gadis itu, cerita tentang mawar ungu sudah tamat riwayatnya. Dan tentang surat terakhir yang dia terima dari mawar ungu bersama dengan robekan foto-fotonya, anggap saja itu terakhir kalinya mawar ungu menghubungi dia. Jadi tidak ada lagi yang harus dijelaskan kepada gadis itu"

Masumi kembali menekuri pekerjaannya membuka-buka surat dan dokumen yang ada di hadapannya. Ia berusaha fokus dengan apa yang sedang dilakukanya agar Hijiri tidak melihat perasaan yang sesungguhnya saat ia mengucapkan kata-kata tadi. Ia ingin terlihat tidak perduli lagi kepada Maya dan segala sesuatu yang menyangkut tentang gadis itu dihadapan Hijiri.

"Hmmmm....jadi anda ingin agar Maya menganggap bahwa surat itu benar dari si mawar ungu..."

"Ya. Dia tidak perlu tau siapa sebenarnya si mawar ungu, itu akan lebih baik baginya"

"Jadi tuan akan meneruskan niat tuan untuk menikahi nona Shiori?"

"Itu sudah menjadi keputusan final ku Hijiri. Aku akan menikahi Shiori dan hidup bersamanya"

"Jadi tuan benar benar sudah tidak memiliki perasaan apa-apa kepada maya?" (Hijiri tersenyum)

"Ya"

Hmmmmmmm hijiri menarik nafas lega dan tersenyum senang dan itu menarik perhatian Masumi sehingga membuatnya mengangkat pandangannya dari surat dan dokumen yang ada ditangannya. Melihat Hijiri tersenyum demikian, Masumi nampak heran dan bengong.

"Aku menjadi lega karena ternyata tuan tidak memiliki perasaan apa-apa lagi kepada Maya, aku pikir tuan mencintai Maya dengan sepenuh hati".

Masumi agak terkejut dengan perkataan Hijiri. Ada apa dengan Hijiri? batin Masumi

"Tuan Masumi, anda tau dari dulu keluarga saya banyak ditolong oleh keluarga tuan. Ayah saya ditolong oleh tuan Hayami kemudian saya juga disekolahkan. Saya jadi sangat mengidolakan tuan Masumi. Apa yang tuan lakukan saya pun akan lakukan, tuan ingat dulu tuan memberikan baju-baju bekas milik tuan kepada saya? . Saya sangat senang sekali tuan Masumi. Karena saya jadi merasa semakin mirip seperti tuan. Apa yang tuan sukai saya sukai juga....hobby tuan pun menjadi hobby saya.....dan waktu tuan menyukai nona Maya Kitajima.....tuan bisa menebak apa yang terjadi pada saya. Saya sangat terkesan dengan Maya, semangat dan tekadnya membuat saya kagum. Ia selalu berani melakukan apa yang telah menjadi pilihan hidupnya. Maya juga sangat polos dan begitu hidup, dan ia selalu membuat saya merasa ingin selalu ada didekatnya setiap kali bertemu dengan dia."

Hijiri berjalan perlahan menuju jendela yang menghadap ke laut kemudian melanjutkan perkataanya.

"Tuan...terus terang saat bertemu dengan Maya saya merasa hidup di dunia nyata dan merasakan kenyamanan bersama dengan gadis itu. Saya paham mengapa dulu tuan sangat menyukai Maya. Sebelumnya saya tidak berani mengatakan hal ini kepada tuan, tapi karena tuan sendiri telah mengatakan bahwa tuan tidak memiliki perasaan apa-apa lagi kepada gadis itu, makanya saya berani mengatakan hal ini kepada tuan Masumi".

Masumi nampak sangat terkejut mendengar pengakuan Hijiri, ia tidak dapat berpikir dan berkata apa-apa saat ini. Masumi terus memperhatikan Hijiri dengan sorot mata terkejut dan marah sampai akhirnya ia sanggup mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk dapat mengontrol emosi dan intonasi suaranya.

"Hijiri apa yang kau katakan? apa maksudmu? Kau tau Maya tidak akan mungkin jatuh cinta padamu. Ia hanya jatuh cinta kepada si mawar ungu."

Masumi berkata dengan suara yang tegas dan dingin , wajahnya nampak semakin kaku. Otot lengannya terlihat mengeras karena menahan ledakan emosi di dalam hatinya.

"Mudah saja tuan.....saya akan datang menemui Maya dan saya akan mengaku sebagai si mawar ungu yang selama ini mengagumi dia. Selama ini juga saya tahu apa saja yang dilakukan mawar ungu untuk Maya, setiap pementasan yang ia lakukan dan momen-momen ketika mawar ungu mengirimkan bunga kepada Maya. Jadi akan mudah bagi saya untuk membuat Maya jatuh cinta kepada saya. Toh kita berdua tahu Maya sangat mengagumi mawar ungu bahkan ia jatuh cinta kepada mawar ungu. Maya akan menjadi milikku dan saya akan mencintai dia dengan sepenuh hati".

Hijiri mengakhiri ucapannya dengan senyum manis dan ia pun berbalik serta mengambil tas nya dari atas meja dan berjalan santai ke arah pintu keluar. Masumi masih nampak shock dengan pengakuan Hijiri barusan, tangannya terkepal dengan keras dan gemetaran, raut wajahnya terlihat keras dan sorot matanya penuh dengan kemarahan. Tanpa ia sadari ia mengambil pisau yang digunakan untuk membuka amplop tadi dan melemparkannya dengan keras kearah Hijiri sampai pisau itu menancap di bingkai pintu yang berada di hadapan Hijiri.

Hijiri terkejut, namun ia sudah sangat terlatih dalam mengontrol emosi. Dilihatnya ada seuntai rambutnya yg tergeletak dilantai. Kemudian ia merasakan sesuatu yg perih di lehernya. Ketika ia merabanya, ia sadari bahwa kulit dilehernya tergores pisau yang dilemparkan oleh tuan Masumi. Aku nyaris saja membahayakan diriku sendiri pikir Hijiri.

Masumi pun nampak sama terkejutnya dengan apa yang ia lakukan barusan. Secara spontan ia berkata kepada Hijiri dengan nada suara yang sangat mengancam

"Maafkan aku, tapi jangan pernah kau berani melakukan hal itu Hijiri. Kalau tidak......kalau tidak......aku tak akan segan untuk membunuhmu"

"Jangan pernah kau berani mendekati Maya dengan maksud memilikinya ingat itu"

Hijiri hanya berdiri dengan posisi tetap membelakangi Masumi, ia memutuskan untuk tidak berkata apa-apa kepada Masumi dan ia berjalan dengan tenang menuju mobil yang ada di tempat parkiran. Ah...tuan akhirnya engkau menunjukan perasaanmu yang sebenarnya, tapi kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi nanti. Bisa saja aku yang akan mendapatkan kesempatan untuk bersama Maya jika tuan tidak segera menunjukan siapa sebenarnya mawar ungu. Hijiri pun memacu mobilnya dengan cepat dan pergi meninggalkan villa tuannya.

Sepeninggal Hijiri, tubuh Masumi masih terlihat gemetaran. Tangannya masih terkepal keras, tiba-tiba dihantamnya kaca yang mengalasi meja kerjanya dengan keras sampai pecah. Namun ia tidak merasakan sakit walaupun tangannya berlumuran darah. Karena hati dan pikiranya sedang dipenuhi oleh rasa marah, khawatir dan takut kehilangan orang yang dia cintai. Sekali lagi dilemparkannya semua yang ada diatas meja kerjanya sehingga surat dan dokumen yang ada dimeja berserakan dilantai dan gelas minumnya pun ikut pecah karena jatuh terbanting. Masumi meninju dinding beton yg ada dihadapannya. Hatinya benar-benar kacau setelah mendengar pengakuan Hijiri. Ia merasa tidak rela jika harus kehilangan Maya, apa lagi jika ia harus melihat Maya dirangkul atau dipeluk oleh pria lain. Pikiran ini menyadarkan Masumi ia pun bergerak dengan cepat untuk mengambil jaket dan rokoknya. Ia keluar secepat mungkin menuju mobil yang diparkir diambilnya kunci mobil dari sopir kepercayaanya kemudian segera memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Tujuannya adalah menemui Hijiri secepat mungkin.

~END PART 1~

MAN!! YOU HAVE TO CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang