Psikopat bagian 8 : Secarik Kertas misterius

304 12 0
                                    


Terasa sudah hari menjelang pagi saja, sepertinya baru semalam, empu matahari nya sudah keluar dan mengeluarkan sinarnya menuju kamar Elina, ia pun tak peduli dengan hp nya yang entah letak nya dimana?, ia berpikir semoga saja tidak hilang. Tapi alarm di samping ranjang Elina sukses membuat telinga Elina seakan meledak.

Tertera sudah jam 06.15 dan mungkin ia masih punya waktu beberapa menit lagi untuk ke sekolah.

Rasanya sangat lelah apalagi sialnya semalem ngak ada kendaraan yang lewat, jadi pasrah aja jalan kaki, malem kan serem, mending kalau siang.

Elina beranjak malas dari kasur tercintanya dan menuju ke kamar mandi, dan ia baru sadar kalau anggota keluarganya pada belum pulang. Elina menepuk jidatnya ketika ia melihat kecoa mati di kamar mandinya. Jijik. Mungkin itu ungkapan yang pertama kali ia keluarkan.

Tidak peduli ada kecoa mati di kamar mandinya, yang terpenting ia harus cepat-cepat pergi ke sekolah sebelum Bu Endang menyidangnya begitupun dengan Chaca yang terkena imbasnya.

Elina sudah rapih untuk siap-siap pergi ke sekolah, tapi ada yang menarik perhatiannya sebuah kertas kecil di luar teras rumahnya. Elina berjalan dan terdapat tulisan...

Hati-hati

Apa maksudnya 'hati-hati' apakah ini teror untuknya? apa hanya orang iseng saja yang menganggunya?. Pikiran Elina kemana-mana hingga memunculkan firasat baru lagi!

"Ah siapa sih yang ngirim ginian, bikin sewot aja" gerutu Elina takut.

Mata biru Elina menyapu pandang ke arah luar rumahnya, tapi tidak ada siapapun.

Merasa tidak terlalu penting, Elina membuang secarik kertas itu ke sembarang tempat, yang pasti itu  sangat menakutkan baginya.

Elina melirik lagi sekilas dan nihil. Akhirnya Elina segera pergi ke sekolah dengan perasaan bingung, heran, penasaran, marah, dan takut campur aduk.

***

Elina melempar tasnya asal ke bangkunya dan menimbulkan suara gebrakan meja yang cukup kencang.

Sontak semua mata menatap ke arah Elina dengan tatapan 'aneh'.

Elina tidak peduli dengan tatapan seperti itu, ia hanya risih dan tidak nyaman.

Chaca yang  duduk sebangku dengan Elina, menyadari sikapnya itu sudah tahu betul, jika Elina bersikap seperti itu yang pasti ada masalah yang mengganggunya.

Devi, Ririn, dan Lili juga belum datang mungkin mereka akan datang sedikit siang.

Chaca memutar tempat duduknya sejajar untuk menghadap Elina. Chaca menepuk bahu Elina agar menatapnya dan menceritakan apa yang sedang terjadi padanya?

Elina merasakan tepukan di bahunya, yang tadinya Elina menangkupkan wajahnya ke arah meja kini mendongak Chaca sepenuhnya.

"Lin" tanya Chaca penasaran

"Ya" jawab Elina malas.

Tak biasanya Elina bersikap seperti itu. Sikap Elina semakin menambah ketertarikan Chaca.

"Kamu sepertinya ada masalah" ucap Chaca.

Apa yang di ucapkan Chaca memang benar, ia sedang terdapat masalah dan ia juga harus memecahkan teka-teki siapa pengirim surat tersebut?

Hanya itu yang ia pikirkan.

Elina menatap Chaca dan berkata. "Ya lo benar".

"Masalah apa Lin?, cerita ke aku mungkin aku bisa membantunya" ucap Chaca antusian.

Elina terdiam. Haruskah ia mengatakan apa yang sebenarnya sedang terjadi? Tapi ya sudahlah ia pasrah dan mulai menceritakannya.

"Emh ok gue harap ini jadi rahasia lo dan gue, ngerti" ucap Elina memperingatkan.

DIA PSiKOPATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang