Part 1 [teman baru]

4.4K 154 2
                                    

Disinilah aku, di depan sebuah gedung bercat putih tulang yang berdiri tegap di depanku.  

Sekolah baruku. 

Ku langkahkan kaki ini memasuki sbeuah gerbang yang menjulang tinggi itu. beberapa siswa berlarian memasuki gerbang karena sebentar lagi waktu menunjukan pukul tujuh. Sedangkan aku, aku anak baru. Santai sedikit tidak apa, kan? 

Tujuan pertamaku adalah ruang guru, tentunya untuk menemui wali kelasku. Ini kedua kalinya aku kesini, kemarin aku baru mendaftarkan diri dan sekedar melihat keadaan sekolah juga mengenal wali kelasku, itu saja. Dan hari ini, saatnya kembali menuntut ilmu. 

"Arina Putri Zurivea, kan?" aku mengehntikan niatku untuk membuka pintu ruang gruu saat terdengar suara wanita menyebut namaku. 

Ku tengokan kepalaku ke samping. 

"Benar, Bu. Anda wali kelas saya?" 

Wanita itu mengangguk. Lalu membawaku untuk ikut bersamanya. 

"Jangan kaget yah, hanya sekedar memberitahu. Kelas 11 Ipa 3 itu anaknya bandel-bandel." Ujar Ibu yang ku ketahui namanya adalah Ibu Ratna. Dia masih muda. 

Aku hanya mengiyakan dengan sebuah anggukan. 

Aku siap. disini, fokus utamaku adalah belajar, jika ada yang mengganggu tujuanku itu, tak segan aku akan membalasnya. 

"selamat pagi semuanya." Sapa Bu Ratna pada penghuni kelas.  

SWING 

Aku terkejut saat ada sesuatu yang hampir mengenai wajahku. Sebuah gulungan kertas.  

"Ups, sorry." 

Mataku mengarah pada suara meminta maaf itu. seorang lelaki berambut gondrong itu menggaruk kepalanya yang ku rasa tidak gatal. 

"Zidan! Kebiasaan burukmu itu dikurangi! Lebih baik mengerjakan PR mu yang belum kau selesaikan di rumah daripada melempar-lempar kertas seperti itu." bentak Bu Ratna yang langsung mengheningkan suasana kelas. 

Hufftt... 

"Baiklah, ibu akan memperkenalkan seorang siswi baru di kelas ini. ibu harap kalian bisa berteman baik dengan Arina yah. Baik, Arina, perkenalkan dirimu!" 

Aku berjalan ke tengah kelas. Menghirup nafasku panjang, lalu membuangnya. Jangan gugup okey! 

"Aku, Arina Putri Zurivea. Senang berkenalan dengan kalian semua, ku harap kalian disini bisa membimbingku. Terimakasih." 

((oOo)) 

Jam pelajaran kedua berakhir. Saatnya istirahat.  

Rasanya malas untuk keluar kelas. Keadaan luar begitu ramai, dan aku tak menyukai keramaian. Ku urungkan niatku untuk berjalan-jalan melihat lingkungan sekolah. 

Padahal, aku ingin sekali mengelilingi sekolah ini. cantik, nyaman, bersih, itu pendeskripsianku untuk sekolah baruku ini. sayangnya tak bisa ku lakukan itu sekarang. 

Hingga akhirnya aku hanya berdiam diri di kursiku sembari menggambar manga. Yups, salah satu kebiasaanku dikala bosan, yaitu menggambar manga. 

"Hei. Kau tidak ke kantin?" aku mendongakkan kepalaku. Menatap seseorang yang kini duduk di depanku. 

"Aku bawa bekal." Singkatku. 

"Hahahahahahahahaa. Bawa bekal? Ya ampun." Gelak tawa menggelegar di ruangan kelasku yang ternyata hanya ada kita berdua. Aku dan entah siapa lelaki di depanku ini. 

"Masalah?" tanyaku sambil meneruskan aktivitasku tak memperdulikannya. Seketika ia menghentikan tawanya. 

"Santai dong. Gak usah ngambek gitu." 

"Biasa aja." Balasku lagi. 

"Astaga, kau ketus sekali ya." Celetuknya. 

Aku mendelik ke arahnya. Hoh, baru tahu dia. 

Menatapnya sebentar lalu tanpa membalas perkataanya aku kembali sibuk dengan kegiatanku. 

"Kenapa tidak aku makan bekalmu? Takut aku minta?" 

Argh, siapa dia? Dia siapa sih? Cowok tapi bawelnya minta ampun. 

"Kalau iya emang kenapa? Sudah sana pergi, jangan menggangguku!" usirku. 

"Galaknya. Aku gak akan minta bekalmu kok. Tapi, aku minta pertemanan darimu, boleh kan?" 

Aku diam, lalu menatapnya. Baru kali ini aku bertemu dengan makhluk to the point seperti dirinya. Dulu, saat aku dalam posisi tak mengenal seorang pun seperti sekarang, selalu aku yang mendahului untuk berbicara, tapi selanjutnya digaringin.  

"Richo Devia Putra. Panggil aja Richo." 

Hah? Devia?  

"Hmppphhttt." Aku mencoba menahan tawaku mendengar namanya. 

"Ya ya, cukup tahu mengapa kau bisa mengetawaiku. Lupakan! Panggil Richo." Tekannya. 

"Ok." Aku mengangguk masih dengan menahan tawaku. Sepertinya tidak buruk untuk dijadikan seorang teman. Tapi tetap harus waspada. 

((oOo)) 

Segini dulu, moga suka ya,, 

Berikan votement kalian sebanyak-banyaknya ya..makasih :D

IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang