9. Crystal ball!

190 20 1
                                    

Biasakan vote dulu sebelum baca
😊😊😊

.

.
.

"Kerahkan lah seluruh kekuatan kalian ke bola kristal ini. Bola ini yang akan memberi nilai seberapa kuatkah kalian."

---

"Bola ini akan memberikan nilai melalui warna. Ada tujuh warna yang mewakili kemampuan kalian."

"Warna pertama, violet. Warna ini merupakan tingkat warna yang paling rendah. Jika kalian mendapat warna ini, berarti kekuatan kalian sangat minim. Warna kedua, nila. Warna ketiga, biru dan seterusnya hijau, kuning, jingga, dan yang terakhir adalah merah. Sangat luar biasa jika kemampuan kalian bisa mencapai warna ini." jelas Profesor Rennee.

"Well, let's we begin. Buatlah sebuah barisan." lanjut nya.

Anak-anak berlomba-lomba untuk mendapat barisan depan. Mereka sangat tidak sabar ingin melihat sehebat manakah mereka.

"Trice Anguella. Okay, ayo kerahkan kemampuanmu, Miss Anguella." ucap Profesor Rennee kepada seorang gadis berkulit pucat layaknya vampire itu.

Trice mengangguk mengerti, kemudian ia merentangkan kedua tangannya ke depan sambil memejamkan kedua manik moccanya.

Kilauan cahaya tampak menyelubungi kedua telapak tangan gadis itu dan sedetik kemudian sesuatu berwarna baby blue keluar dengan cantiknya menuju bola kristal itu.

Bola kristal itu sedikit bergetar dan pada saat itu juga, warna kuning menyelimuti kristal itu.

"Well done, Miss Anguella. Kau memiliki peningkatan. Okay, next!" ucap Profesor Rennee.

"Keren! Apa kekuatannya?" bisik Casselyn.

"Gravitasi." jawab Lancy.

Kini giliran Stacie yang akan mengerahkan kekuatannya. Batu-batu kristal yang gemerlapan keluar dari telapak tangannya menusuk masuk ke dalam bola kristal.

"Jingga! Bagus sekali. " ucap Profesor Rennee.

Melihat itu, Frezoo juga tak ingin kalah. Tapi sayangnya ia berada satu tingkatan di bawah Stacie. Es-es mengkilap yang sangat indah itu menembus bola kristal hingga menciptakan sebuah warna kuning. Sama halnya dengan Lancy, sesuatu berwarna green leaf berkilauan dihiasi dengan sulur-sulur gemulai itu menari-nari beriringan ke dalam bola kristal tersebut.

"Zero, tunjukan padaku apa yang kau miliki!"

Dengan wajahnya yang luar biasa datar itu, Zero mengerahkan kemampuannya yang sangat hebat. Kemampuan mengontrol waktu sesuka hatinya itu dikumpulkan menjadi sesuatu berwarna navy yang tenang diiringi bintang-bintang kecil itu menusuk masuk bagai lorong waktu yang tak ada habisnya.

Mendadak, suara tepukan tangan dan pukauan orang memenuhi suasana saat itu. Merah. Ya, Zero mendapat warna merah.

"Luar biasa, Zero. Seperti biasa, kau tak pernah mengecewakan." ucap Profesor Rennee.

Casselyn yang berada di belakang Zero menganga luar biasa besar. Ia tidak menyangka lelaki datar itu sangat hebat. Sampai-sampai ia lupa bahwa sekarang adalah gilirannya.

"Casselyn, ayo!" kata Profesor Rennee.

"A-ah i-iya." ucap Casselyn gugup. Seketika tubuhnya bergetar hebat. Ia takut sekali jika akan mendapat warna violet. Tatapan orang yang penasaran dengannya membuatnya semakin tidak fokus dan ingin menangis rasanya.

Ia menghembuskan nafasnya kuat kemudian memejamkan matanya. Tangannya di rentangkan lurus ke depan. Muncullah sesuatu yang semakin membesar dari telapak tangannya. Hitam pekat tanpa kilauan apapun menyelimuti tangannya. Tidak hanya pada telapaknya saja melainkan hingga menaik ke lengannya. Kemudian, meluncur lurus menembus bola kristal. Bola itu bergetar hebat. Sangat hebat bahkan saat Casselyn telah menghentikan kekuatannya.

Satu detik, dua detik, tiga detik.


DUARRRRR!!!

Semua murid berteriak dan memencar ke segala arah. Bola itu hancur. Tidak. Lebih tepatnya hangus tanpa menyisakan sedikit pun tanda-tanda bahwa bola itu pernah ada.

Sunyi. Semua memandang tak percaya. Bola itu diciptakan untuk mengukur kemampuan orang yang tidak dapat dihancurkan. Ia akan meresap jenis kekuatan apapun yang mengenainya. Semakin banyak kekuatan yang diresap, semakin kokoh pula bola itu. Tapi, Casselyn baru saja menghancurkan tanpa sisa bola kristal yang sudah meresap kekuatan selama satu abad dua tahun itu.

"Ke-kelas ki-ta ber-akhir." ucap Profesor Rennee terbata-bata.

"Casselyn, ikut aku!" ucapnya tegas setelah dapat menguasai dirinya lagi.

Casselyn yang masih mematung melihat kejadian yang ia perbuat itu akhirnya tersadar saat Profesor Rennee menariknya.

***

Casselyn duduk dengan lemas sambil menunduk. Ia tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk menatap kepala sekolahnya ini setelah kejadian itu. Yap, Profesor Rennee membawanya langsung ke hadapan kepala sekolah dan menceritakan semuanya.

"Casselyn, kau bilang kau dari dunia manusia, bukan?"

"I-iya."

"Apa kau sudah memiliki kekuatan ini saat masih di dunia manusia?"

Casselyn tersontak. Ia takut untuk mengakuinya. Ia takut semua orang akan menganggapnya aneh mengingat ia sering mencelakakan orang dulu.

"Jawab Casselyn!" kata kepala sekolah itu dengan tegas namun lembut. Ia tahu bagaimana rasanya diposisi Casselyn.

"I-iya. Tapi, tidak sebesar dan menakutkan seperti ini." jawab Casselyn kecil.

"Maukah kau berbagi sedikit cerita kepada ku?" tanganya lagi dengan lembut.

Casselyn mengangguk kecil.

"Bagaimana kemampuanmu dulu saat di dunia manusia? "

Casselyn menceritakan mengenai kekuatannya yang tidak bisa ia kendalikan dulu. Bagaimana ia selalu membuat temannya tak sadarkan diri hingga sekarang yang ia sudah bisa mengendalikannya secara tiba-tiba saat masuk ke dunia ini. Ia ingat sekali ia dapat menggunakan kekuatannya dengan sangat baik saat menolong Zero dulu. Tapi, tentu saja Casselyn melewatkan cerita yang ini. Ia rasa kejadian barusan sudah cukup. Tidak mungkin ia akan menambah kejadian aneh yang dilaluinya bersama Zero.

Wanita paruh baya itu mengangguk mengerti.

"Jadi maksudmu, saat di dunia ini kau merasa lebih dapat mengendalikan kekuatan mu dan kekuatan yang biasanya hanya bisa meresap energi manusia menjadi kekuatan mengerikan yang dapat menyerap energi semua objek hingga musnah tanpa pandang bulu?"

"Ya."

"Baiklah, bisakah kau ceritakan bagaimana kau bisa sampai di sini?"

Casselyn kembali menceritakan bagaimana ia dapat masuk ke dunia ini. Wanita itu mengangguk dan akhirnya mempersilakan Casselyn untuk keluar dari ruangannya.

***

Bersambung...

------

Saya kembali heheheehh 😂

Tolong jangan jadi sider yaaa.. Plis hargai karya orang 😊😊😊

Kalo kebanyakan sider entar ku berhentiin aja ceritanya 😣😣😿

So, please don't forget to Vote and comment!!  🙇🙇

Byeee ✋✋

Axelisttaire (Slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang