3.Chruxolisk wizardry school

317 31 7
                                    


***
"Sampai jumpa." ucap Casselyn kepada kedua paruh baya tersebut.

"Ya, belajarlah dengan baik di sana." balas sang ibu kemudian dijawab dengan anggukan Casselyn.

Casselyn segera berjalan menuju Zero yang menunggu di depan rumah.

"Hey, kau tidak berpamitan dengan kedua orang tuamu?" tanya Casselyn.

"Untuk apa? Nanti juga bertemu lagi." jawabnya dengan santai tanpa menoleh sedikit pun. Casselyn hanya menatapnya tidak suka.

"Bersiaplah!" lanjut Zero.

"Apa?" tanya Casselyn heran.

Tanpa basa-basi, Zero sudah memeluk pinggang mungil milik gadis itu.

"Hei, apa yang kau- AAKKKKKK!"

Zero membawa gadis itu terbang menuju sekolah. Gadis yang dibawanya itu terus berteriak tanpa henti. Sedangkan yang membawa hanya menatap lurus ke depan dengan wajah datar seperti biasa.

"APA KAU GILA? Hei, mengapa kita tidak jalan kaki saja?"

"Apa kau mau menghabiskan waktumu selama satu minggu hanya untuk berjalan ke sekolah?"

"Satu minggu? Sejauh itu kah?" tanya Casselyn lagi.

"Hm. Di pulau yang berbeda."

"Ya itu salahmu. Mengapa kau memilih sekolah yang sangat jauh?"

"Hanya ada satu sekolah di dunia ini." jawabnya datar.

"What?!"

Zero tak lagi menghiraukan ocehan gadis itu yang herannya tidak terlihat lelah sedikit pun. Hingga mereka mendarat di salah satu pulau terbang itu. Di tepi pulau ini terdapat dua buah benda seperti akar pohon yang menjulang tinggi kemudian kedua ujung akar tersebut saling bertemu dan saling melilit hingga membentuk sebuah simbol aneh. Jika dilihat, kedua akar ini merupakan pintu gerbang untuk memasuki pulau ini.

"Sudah sampai." ucap Zero.

"Sampai?" tanya Casselyn heran karena ia sama sekali tidak melihat adanya bangunan sekolah di sini. Hanya pintu gerbang akar ini dan tumbuhan-tumbuhan aneh di sekitarnya.

"Apa kita belajar di alam terbuka?" tanya Casselyn lagi dengan bodohnya.

Zero sama sekali tidak menghiraukan Casselyn dan segera melangkahkan kakinya menuju ke salah satu akar yang menjadi pintu gerbang tadi kemudian ia menggambar sebuah pola dengan jari telunjuknya pada permukaan akar tersebut. Setelah itu, ia melakukan hal yang sama dengan akar lainnya.

Dua detik kemudian, akar yang tadi hanyalah sebuah pintu gerbang biasa berubah menjadi sebuah portal. Terlihat seperti air tetapi bukan air. Zero langsung saja melangkahkan kakinya menuju portal itu tanpa sepatah kata pun. Melihat itu, Casselyn mengikutinya masuk ke dalam portal. Rasanya seperti di siram se ton air es tapi lucunya tidak basah sedikit pun.

Sebuah bangunan bak kastil di dunia dongeng menyambut penglihatan Casselyn setelah warna putih menyilaukan yang tadi memenuhi manik violetnya saat melewati portal tadi. Saat ia melihat ke belakang, portal tadi sudah tidak ada hanya dua buah akar yang berdiri kokoh di sana. Casselyn tersenyum, ia sangat menyukai dunia ini. Ketika ia kembali menghadap depan, Zero sudah tidak ada lagi bersamanya. Casselyn melihat ke sekeliling namun hasilnya nihil. Sosok datar itu sudah tidak ada. Alangkah cepatnya ia berjalan, pikir Casselyn.

Casselyn mencoba menggerakkan kakinya agar lebih dekat dengan sekolah itu. Ia benar-benar tidak tahu harus kemana dengan sebuah sekolah bak kastil ini. Casselyn terus menerus mengutuk Zero dalam hatinya. Tega sekali ia meninggalkan Casselyn dengan kastil sebesar ini tanpa tahu apapun. Sangat besar, mungkin butuh seharian penuh untuk mengelilingi sekolah ini.

Axelisttaire (Slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang