Aku bermimpi, terbangun dengan rasa nyaman seperti rumah.
Kamu seperti rumah, sampai aku mengira kamu adalah tempatku kembali pulang. Tidak ada prasangka dan rasa sakit, aku hanya terlalu nyaman seperti rumah.
Aku hanya merengek ingin cepat pergi menuju kota indah, tapi kamu hanya diam tersenyum seperti ragu. Tak lama aku akhirnya memanggilmu kembali dengan sebutan yang biasa aku panggil dulu. Rasanya seperti menggelitik, aku langsung malu dan menutup wajahku dengan kedua tangan. Beberapa teman sudah mendukung—ayo berangkat sekarang saja. Tapi tetap tak ada balasan darimu. Yang kupikir saat itu adalah, mungkin kamu ragu untuk membawaku—kami terlalu jauh pergi. Tanpa izin, dan tentu saja dengan modal berbohong pada orang tua. Akhirnya sore itu, kami kembali ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, aku terbangun dari nyenyaknya tidur dan melihat banyak pesan darimu, karena aku terbangun terlampau siang. Tersirat rasa khawatir kalau-kalau aku marah karena kemarin, pada tiap kata dipesanmu. Aku tersenyum, aku benar ada di rumah, aku nyaman.
Dan anehnya.. aku tetap terbangun dengan dada berdebar dan nafas memburu. Terasa sakit saat memastikan bahwa tidak ada pesan darinya pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WORDS FAIL ME
RandomKatakan saja coretan ini sebuah cerita angan dan realita, atau bahkan sebuah curahan kegundahan hati. Karena sesungguhnya kini luka telah mengalahkan kata-kata. Biar saja.. biar saja coretan ini menari.