🌞 E I G H T

300 36 18
                                    

Setelah membelu beberapa ice cream aku dan Flo langsung bergegas menuju villa. Kebetulan saat melewati resepsionis, kami bertemu dengan Peter dan Dylan. Peter yang pertama kali menyadari kehadiran kami ketimbang Dylan.

"Dari mana?" tanya Flo. Dylan pun menunjukkan kotak yang sedang dibawanya. Kotak transparan itu berisi perlengkapan obat-obatan.

"Siapa yang terluka?" tanyaku, perasaanku mulai tidak enak. Aku mulai terbayang-bayang bercak noda merah yang ada di jalan tadi.

"Allen."

"Apa? Dia kenapa?" tanya Flo, kami mulai berjalan sedikit lebih cepat.

"Ayo, kata Ryan darahnya belum bisa berhenti." ujar Peter setelah dia mengecek HP miliknya.

Aku mempercepat langkahku, begitupun yang lain. Sesampainya di villa Allen aku melihat ketiga temanku juga sedang ada di sana.

"Allen, lengannya terluka. Ryan baru saja meminta tolong ke kami untuk kemari, aku sudah membersihkan lukanya dan sekarang karena obatnya sudah ada cepat obati dia." interupsi Alice. Aku tergelak mendengar perkataan Alice, Dylan langsung bergerak cepat memberikan refanol pada luka itu lalu meneteskan obat merah di atasnya, aku pun juga membantu memasangkan perban di lengannya.

"Terima kasih." ucap Allen sambil menatap kami semua. Beberapa dari kami ada yang mengangguk atau mengatakan iya.

"Ada apa dengan lenganmu?" tanyaku.

"Oh, hahaha. Aku tadi jatuh saat-"

"Ya, itu semua salahku. Aku bercanda tapi tidak tahu tempat, sehingga lengan Al bisa seperti itu. Maafkan aku ya." Peter menyela perkataan Allen.

"Hahaha, sudahlah Peter. Jangan lemas seperti itu, aku tak apa."

"Hei, kalian bawa apa itu?" tanya Dylan sambil menunjuk kantung kresek yang dibawa Flo.

"Oh, itu ice cream pesanan kami tadi? Cepat dimakan sebelum meleleh." ujar Alice.

Teman-temanku pun mulai mengambil ice cream miliknya dan duduk secara random. Ada yang di depan ataupun di sofa seperti aku dan Flo.

"Apa? Kau mau?" tanya Flo pada Dylan yang duduk di sampingnya. Dylan pun terkekeh lalu menggeleng.

"Buat kau saja." jawab Dylan lalu beranjak dari duduknya. "Kau mau softdrink Al?"

"Ya, boleh."

Aku memasukkan sendok demi sendok ice cream ke mulutku, rasanya sangat enak jika dimakan malam-malam sunyi seperti ini. Aku menoleh ke arah Allen yang sedang sibuk memainkan HP miliknya.

"Lenganmu masih sakit?" tanyaku.

"Oh, rasanya cuma kaku dan berdenyut-denyut saja." ujarnya.

Aku lalu mengambil sendok yang tersisa di dalam kresek plastik saat kami membeli ice cream tadi dan membukanya.

"Mau coba ini? Kurasa jika kau memakan ice cream, kau akan sedikit merasa baikan." ujarku sambil menyendokkan sendok baru itu kepada ice cream milikku.

Tanganku masih melayang membawa sendok itu, menunggu Allen membuka mulutnya dan akhirnya dia mau.

"Bagaimana? Enak?" tanyaku. Allen terkekeh lalu mengangguk.

"Thanks Elsa."

🌞

Sekarang tibalah waktu dimana kita harus pulang dan meninggalkan Pulau Bali ini. Memang rasanya sedikit berat, apa lagi setelah ini sekolah juga akan libur jadi kita tidak akan bertemu untuk sementara waktu.

Mine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang