Airin dan Juna berdiri berdua menjauh dari keramaian. Suasana masih hening dan makin mencengkam karena malam semakin larut.
"Kau belum memberi tanggapan dari pernyataanku, apakah kita akan diam seperti ini sampai matahari muncul?" keluh Juna,
"Bukankah itu terlalu cepat!"
"Terlalu cepat, ku rasa dua bulan adalah waktu yang cukup lama daripada yang pernah kita punya dulu!"
Airin menoleh dengan tanggapan pria itu. Juna membalas tatapan itu, ia tahu apa yang ada di benak Airin dan pertanyaan apa yang akan di lontarkannya.
"Kenapa kau masih tak mengenaliku?"
"Juna!" desis Airin,
"Semua kebiasaanku, semua hal yang ku sukai. Semua itu kau sadari kan? Jika kau memang masih mencintaiku lalu kenapa kau berusaha melupakan aku?"
"Apa maksudmu?"
"Ini aku Rin, ini aku!"
"Siapa yang kau maksud?"
Juna meraih tangannya dan menggenggamnya erat, lalu meletakkan tangan lentik itu di dadanya. Menekannya, "aku tahu kau masih merasakannya, kita masih merasakan hal yang sama!"
Airin masih diam.
"Selama tujuh tahun aku merindukanmu, merindukan senyumanmu, merindukan suaramu!" desis Juna.
Mata Airin mulai merah.
"Aku berharap kau bisa tahu siapa aku tanpa harus ku jelaskan. Bukankah kau masih melihat diriku yang dulu setiap kali menatapku!"
Airin menarik tangannya dari dada Juna, "Siapa kau sebenarnya?"
Juna menahan nafas, lalu ia menghela dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Arjuna, hanya nama pinjaman. Dia adalah temanku yang memang seharusnya menjadi Direktur Marketing di Santika Group. Tapi....., aku memohon padanya agar kami bertukar tempat untuk beberapa waktu!"
"Apa!"
"Airin!"
"Siapa kau sebenarnya?" teriaknya,
"Aku....., Dimas Ramandika,"
Seketika Airin tercekat, wajahnya memucat.
"Ya, aku Randi."
Airmata mulai menggelinding dan menganak sungai di pipi wanita cantik itu. Ia menggeleng pelan untuk menyangkal hal yang di ungkap oleh pria di depannya.
"Ini aku Rin, aku masih Randi yang dulu. Aku tak pernah berubah, aku tahu kaupun sama!"
"Tidak!" sangkalnya, ia menggeleng lagi. "jangan permainkan aku, katakan padaku siapa kau!"
"Aku Randi!"
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat di pipi pria itu, tanpa sadar Airin melayangkan tangan ke pipinya. Keduanya terdiam, Airin menatap telapaknya dengan gemetar. Lalu ia merangkakkan pandangannya kembali ke pria di depannya. Setelah itu iapun berbalik dan siap dengan langkah seribunya, tapi dengan sikap tangan Pria itu meraih lengannya. Menghentikan langkah kakinya.
"Aku tahu, caraku datang padamu memang salah. Tapi....., itu ku lakukan karena aku takut kau tak siap dengan kehadiranku kembali dalam hidupmu. Maafkan aku,"
Airin tak menyahut tapi nafasnya terlihat tak beraturan karena tercampur emosi.
"Aku hanya ingin kita bersama lagi, merajut bertahun masa yang hilang....aku sangat mencintaimu, Rin. Dan kau tahu itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin : Kau Dan kenanganmu
Roman d'amourAirin dan kisah masalalu yang pahit tentang kisah cintanya 7 tahun yang lalu.. Akankah ada cinta yang menyapa hidupnya lagi setelah pahit masalalu cinta yg pernah dia rasakan? Vote terus ya :)