Abyan segera mengambil kembali taps dan sweter Nasya. Dia berlari ke luar sambil, dengan wajah khawatir. Sampai di lapangan dia melihat ada guru dan kepala sekolah sedang ada di gerbang. Jika dia memaksa untuk keluar dari gerbang depan pasti dia tak akan di ijinkan meski banyak alasan nya.
Dia pun memutar otak nya, berfikir dan terus berfikir. Abyan menggenggam erat sweter Nasya, melirik nya.
"gue tau harus kemana" Abyan kembali berlari, dia menuju kantin sekolah, memasuki salah satu warung di sana.
"pak joko!" panggil Abyan.
Pak joko pedagang bakso itu mendongak, dan menatap Abyan.
"mau pesen? Kan udah masuk" ucap pak Joko sambil membereskan mangkuk-mangkuk.
"bukan pak, ini darurat.. Please bantuin saya.." Abyan menatap pak Joko dengan tatapan memohon.
"bantu apa?" tanya pak Joko bingung.
"di warung bapak ada pintu buat keluar kan? Please pak, bolehin saya keluar lewat situ ya.." Abyan menohon-mohon.
"tapi kan gak boleh den Abyan.." pak Joko tampak berfikir.
"tapi pak, ini menyangkut Nasya, kata Anne dia pulang sambil nangis-nangis dan saya mau nyusulin dia.. Dan ngasih ini pak.." jelas Abyan, dia sudah tak sabar dan kesal. Kenapa sangat susah untuk keluar dari sekolah jika sedang darurat.
"tapi.."
"demi Nastyaa.. Pak.." Abyan menatap pak Joko sedih.
"ya sudah, tapi jangan bilang ke siapa-siapa dan jangan di ulangi lagi" tegas pak Joko.
"oke pak, makasih.."
Abyan dan pak Joko masuk ke warung bakso nya. pak Joko membuka pintu nya dengan kunci yang selalu ia bawa kemana-kemana. Abyan kembali berterima kasih, lalu pergi dari situ.
Pak Joko menggelengkan kepalanya, dia memang peduli pada Nasya makannya dia memperbolehkan Abyan keluar lewat pintu yang ada di warung bakso nya.
Abyan berlari ke mini market, dia meminjam motor temannya yang bekerja di mini market tersebut. Dengan terus meyakinkan pemilik nya, akhirnya Abyan pun bisa pergi ke rumah Nasya.
Abyan terus manaikan kecepatan nya, dia sampai di rumah Nasya kurang dari lima belas menit. Abyan memarkirkan motor nya di pinggir jalan, dia menatap rumah Nasya, kenapa gerbang nya di buka lebar dan banyak sekali yang datang.
"bendera kuning?" Abyan bingung kenapa ada bendera kuning yang berkibar di depan rumah Nasya.
"siapa yang meninggal?" tanya Abyan pada dirinya sendiri, kenapa perasaan nya tiba-tiba tak enak.
Dia berjalan masuk, namun sepi hanya ada beberapa orang yang tengah beres-beres.
"permisi?" sapa Abyan pada salah satu orang.
Orang itu berbalik.
"ya?"
"siapa yang meninggal?" tanya Abyan ragu.
"Bu Laras, ibunya neng Nastya. Sekarang lagi di pemakaman, mau memakamkan jenazah nya" jawaban orang tersebut membuat Abyan diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai saja Dia Milikku
Teen FictionSemuanya akan indah pada waktunya, lo hanya harus berusaha agar apa yang lo mau bisa di capai dan lo gak berlarut dalam penyesalan yang gak akan ada hentinya.. . . . 01/07/18 Follow IG : @Revvia ©2018