2. Andai saja Dia Milikku

521 72 9
                                    

Nasya berangkat ke sekolah nya pagi-pagi. Sesampainya di kelas, tak ada siapapun di dalam nya. Nasya menghela nafas, dia manaruh tas nya di atas meja, menjadikan nya sebagai bantalan kepala.

Ya itu kegiatan Nasya setiap pagi. Berangkat ke sekolah pagi dan tidur di dalam kelas. Menurutnya lebih baik seperti ini dari pada dia bangun siang dan malah membuat nya telat.

Perlahan mata nya mulai menutup dan terlelap. Dia menutup kepala mya dengan sweter yang ia kenakan tadi.

Abyan berjalan dengan santai. Pagi ini dia berangkat pagi, itupun dia tak tau kenapa ingin berangkat pagi. Dia melihat pintu kelas nya terbuka dan ketika masuk dia mengernyitkan dahi.

"Nasya? Tidur? Beneran?" tanya nya sendiri.

Abyan mendekati nya. Duduk di kursi yang ada di hadapan Nasya.

Tiba-tiba ada ide muncul di otak nya. Dia mengambil ponsel nya dan membuka kamera. Dengan jahil dia memfoto Nasya yang tengah tidur, sedikit menyibak sweter dan wajah polos gadis itu terlihat. Hati Abyan luluh melihat bagaimana bidadari yang selalu ia pikirkan kini tengah tidur di hadapannya.

Cekrek

Abyan berhasil mengambil dua foto Nasya pagi ini. Dia menatap geli ponsel nya, baru kali ini dia jahil memfoto gadis yang tengah tertidur. Biasanya dia sangat cuek.

Abyan kembali meletakkan sweter nya ke tempat semula. Dia beranjak dan keluar dari kelas tersebut. Berjalan ke arah atap gedung yang tengah di bangun, tempat favorit nya di sekolah ini.

Abyan duduk di atas meja yang sudah tak di pakai. Dia menatap foto Nasya, bulu matanya yang lentik, bibir segar yang sedikit menganga, hidung yang mancung, kulit wajah yang halus juga bersinar itu adalah ciptaan tuhan yang selalu menjadi dambaan Abyan. Namun sayang, Abyan terlalu takut jatuh cinta, dia hanya menganggap semua nya adalah kasih sayang, bukan cinta.

Dia melirik ke atas dan tersenyum kecil. Memikirkan bagaimana nanti respon Nasya ketika dia menunjukan foto itu. Pasti akan sangat menggemaskan.

"Tumben pagi" ucap seseorang membuat Abyan langsung tersadar dan memasukan ponsel nya ke dalam saku.

"hayo lo lagi ngapain? Senyum-senyum gitu, sendirian lagi" sambung teman satunya lagi.

"nggak kok, gue kagak senyum, cuma nih bibir tiba-tiba gini sendiri" kata Abyan sambil nyengir-nyengir depan kawannya, Dimas dan Roy.

"jorok" Dimas menutup mulut Abyan dengan geli.

Abyan menyingkirkan tangan Dimas dari wajahnya, menatap tajam pria berbadan agak gemuk itu.

"lo yang jorok" desis Abyan.

Dimas mencium bau tangannya, memonyongkan mulut nya karna bau.

"bau lo" kata Dimas jijik.

"apaan si lo pada, masih pagi juga.. Diem ngapa" Roy melerai keduanya.

Mereka hanya memutar bola matanya malas. Roy ikut duduk di sebelah Abyan dan menyalakan sebatang rokok, lalu mengisap nya.

Dimas duduk di atas kursi yang tak ada sandaran nya. Dia juga ikut merokok.

"lo gak ngerokok?" tanya Roy melihat Abyan hanya diam saja.

Andai saja Dia Milikku  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang