8. Andai saja Dia Milikku

322 46 2
                                    

"Hay papa! Kenapa belum tidur?" Nasya menyapa papa nya sembari menutup pintu rumah.

Dia pulang dengan membawa banyak barang, sebenarnya dia tak berniat untuk berbelanja namun, karna untuk mengalihkan Anne dia mau tak mau harus belanja.

Papa Nasya mendongak dari laptop nya, dia tersenyum menyambut putri nya pulang.

"papa nunggu kamu, kenapa pulang malam" Papa Nasya menutup laptop nya lalu membawa nya menghampiri Nasya.

"aku belanja sama Anne, aku udah bilang kalo kita akan ke London.. Dia sedih tapi ya aku alihin aja dengan ngajak dia belanja" Nasya berucap dengan tampang polosnya.

"kamu ini.." papa Nasya mengacak rambut Nasya, membuat Nasya memanyunkan bibir nya.

"ya udah kita ke atas, kamu pasti cape dan ngantuk"

"iyah.. Aku cape bangett"

Sama kaya hati aku juga cape banget pah sambung Nasya dalam hati.

Lalu keduanya berjalan bersama menaiki tangga. Ini untuk pertama kalinya papa Nasya menunggu Nasya pulang hingga larut malam.

Nasya memasuki kamar nya dengan lelah, dia menjatuhkan semua barang nya di lantai. Tubuhnya ambruk di atas tempat tidur. Lelah, itu yang kini Nasya rasakan. Hingga tanpa sadar dia pun langsung terlelap tanpa membersihkan dulu tubuhnya.

Dengan terburu-buru dan langkah yang lebar, dia berlari-lari menghampiri kelas nya. Pagi-pagi seperti ini Nasya sudah basah dengan keringat, dia terlambat dan harus menanggung malu karna masuk ke kelas telat.

Nasya memasuki kelas nya dengan nafas terengah-engah, dia menatap guru yang tengah menulis di papan tulis itu dengan takut

"Permisi bu.." Nasya mengigit bibir bawahnya.

Semua anak yang ada di kelas menatap Nasya dengan tatapan tanpa ekspresi. Mereka hanya menunggu bagaimana nanti bu guru akan memarahi Nasya. Abyan melihat nya dengan menggelengkan kepala, Anne hanya bisa memberi semangat dari jauh.

Guru itu mengalihkan tatapan nya, dia menatap Nasya dari atas hingha bawah, lalu menatap nya tajam.

"telat?" tanya guru itu dengan nada tang membuat Nasya harus menelan salivanya sendiri.

"I..iya bu" jawab Nasya hati-hati.

"kenapa?" guru bernama Susi itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"saya bangun nya kesiangan bu.." Nasya menunduk.

Bu Susi tampak berfikir, dia menghela nafas.

"ya sudah cepat duduk dan ikuti pelajaran Ibu dengan baik!"

Reaksi Bu Susi membuat murid yang ada di kelas menganga. Biasanya Bu Susi tak menerima alasan apapun jika telat, dan langsung menghukum tanpa ampun. Tapi kenapa sekarang Nasya langsung di suruh duduk dan tak di marahi atau di beri peringatan sedikit pun.

Mata Nasya berbinar, senyum nya merekah. Dia langsung mencium tangan bu Susi dan berucap terimakasih.

"Makasih ya bu, muach makasih banyak.." ucap nya sambil mencium tangan bu Susi.

Andai saja Dia Milikku  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang