3

928 26 1
                                    

"Biarkan aku mengantarmu," ucap Ryo padaku. Aku tidak tahan melihat wajah Ryo yang sangat tampan dimataku. Akupun malu dan hanya memandang ke bawah.

"Seharusnya luka itu akan sembuh lebih cepat jika kau membasuhnya dengan air hangat." kata Ryo lagi.

"T-Tidak perlu, ini hanya luka ringan. Di diamkan saja akan sembuh." jawabku grogi.

Ryo hanya diam dan mengangkat bahu. Kami berjalan menyusuri trotoar. Tidak banyak yang kita bicarakan, dan aku baru sadar kalau Ryo itu orangnya pendiam. Dan aku sempat berpikir.. kenapa orang pendiam selalu keren dan tampan?

"Ikuno-san, apa yang membuatmu lama di kelas tadi? Padahal murid-murid sudah banyak yang pulang." Ryo pun mulai berbicara.

"E-Eh?" aku masih gugup. Rasanya canggung sekali mengobrol berdua dengannya. "A-Aku mencari jepitan rambutku yg hilang. Dan... "

Lalu teringat kembali dimana Fujoshi tengah melakukan seks dengan seorang pria di kamar mandi, ya.. aku melihatnya dengan jelas. Fujoshi di pompa oleh seorang laki-laki. Kekasihnya mungkin? Ya pasti kekasihnya.

______________________________________________
.

.
I Hope My Feelings Reach Him
Episode. 3
.

.
______________________________________________

"Ikuno-san?" panggil Ryo. Ia mulai heran melihatku diam tak meneruskan perkataanku. "Iku—"

"Aku rasa sampai disini saja." kataku cepat. "Aku harus lewat jalan ini. Terima kasih sudah menemaniku, Ryo-kun."

Ryo mengangguk. Aku melambaikan tangan dan berpamitan pada Ryo, aku mulai menyeberangi jalan dan berjalan pulang sendiri. Aku tak ingin menceritakan soal kejadian dimana Fujoshi tengah seks kepada orang-orang. Itu termasuk hal privasi, bukan? Lagipula sebagai murid baru, aku tidak bisa berkata banyak pada orang-orang. Aku bukan termasuk orang yang suka menggosip.

Sebelum sampai di rumah, aku mampir ke warung Takoyaki yang berada di beberapa blok dari rumahku. Aku sangat suka makanan Jepang yang satu ini, Takoyaki masuk dalam daftar makanan Favoritku.

Setelah membeli Takoyaki, beberapa menit berjalan akhirnya aku sampai di depan rumah. Aku melihat teman kecilku melambaikan tangannya dari rumahnya. Rumahnya bersebelahan dengan rumahku. Dan aku cukup dekat dengannya.

Dia memberi isyarat padaku untuk segera membuka pesan yang ia kirim ke Emailku. Aku hanya menjawabnya dengn isyarat juga. Lalu aku pun masuk ke rumah.

"Berantakan sekali... " gumamku melihat isi rumah yang begitu berantakan. Sebenarnya aku tidak benar-benar tinggal sendirian, aku tinggal dengan sepupuku, namanya Takumi.

Dari ambang pintu, aku berteriak memanggil Takumi.

"Takumiiiiiii.." panggilku cukup keras.

Takumi pun turun dari kamarnya dan melihatku dari tangga.

"Apa? Aku sedang sibuk.. " jawabnya sombong.

"Sibuk? Kau bilang ini sibuk?" balasku sambil melihat isi ruangan yang sangat berantakan oleh sampah-sampah bekas keripik kentang dan kaleng-kaleng minuman.

Takumi Arata, dia adalah sepupuku. Dia orangnya pendiam dan dingin, dan pemalas. Dia lebih tua dariku, dan dia baru saja lulus kuliah. Entah apa yang membuatnya mau tinggal di rumahku, setelah ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan 2 tahun yang lalu, pamanku menyuruh Takumi untuk tinggal di rumahku. Paman bilang 'Tidak mungkin kita menjual rumahmu, Renka. Itu adalah satu-satunya rumah milik keluarga Ikuno-san. Dan kau harus tetap tinggal disitu. Paman akan menyuruh sepupumu, Takumi untuk menjaga rumahmu.'

Alhasil, aku yang tadinya ingin tinggal di rumah Bibi dan Pamanku tidak jadi. Paman lebih menyuruhku untuk tinggal di rumahku dengan ditemani oleh sepupu yang membosankan. Sebenarnya aku ingin sekali tinggal sendiri, itu tidak masalah buatku. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah keburu terjadi.

"Aku harap kau cepat membersihkan sampah-sampah ini." ujarku sambil melewati Takumi dan pergi ke atas, ke kamarku.

Aku merogoh isi tasku dan mengambil satu buah kunci. Itu adalah kunci kamarku.

Aku pun menaruh bungkusan Takoyaki yg baru kubeli di atas meja, lalu aku menutup pintu dan segera berganti baju. Tidak ada yg aneh di kamarku selagi aku tidak ada di rumah. Aku sering sekali mencurigai Takumi, aku takut dia secara diam-diam masuk ke kamarku lewat jendela. Kau tahu, terkadang sepupu pun akan bersifat mesum jika berduaan di rumah bersama seorang perempuan. Ya, aku hanya berhati-hati saja. Meskipun aku tahu Takumi tidak akan melakukan hal itu.

"Kira-kira Kouma mengirim apa padaku ya?" tanyaku sendiri. Aku pun mengambil Handphoneku dan melihat Email yang dikirim oleh teman masa kecilku, Kouma.

'Apa malam ini kau ada acara?' itulah isi pesan Kouma padaku.

Aku pun membalasnya.

'Umm tidak ada,'

Kouma langsung merespon..

'Ada hal yang ingin kubicarakan padamu, apa kita bisa bertemu di Mall malam ini?'

Aku terdiam sejenak. Aku hanya bingung dengan Kouma, dia selalu saja merepotkan dirinya sendiri, dan juga merepotkanku. Jika dia ingin mengatakan sesuatu kepadaku, kenapa dia tidak langsung mengirimnya lewat Email saja. Kenapa harus di Mall?

'Baiklah, Kouma.' balasku kemudian.

I Hope My Feelings Reach Him [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang