ENAM

12.7K 515 25
                                    

----OOo---
Pagi hari
Aku merasa seperti ada sebuah tangan yang memelukku dengan erat. Aroma ini, aku mengenalinya. Aroma laki-laki itu. Tapi, mana mungkin dia yang sedang memelukku saat ini. Maksudku, itu terlalu mustahil.
Aku mengerjapkan mata, mencoba melihat apakah ini nyata atau hanya halusinasiku saja.
Ini nyata. Dia yang memelukku saat ini. Aku dapat melihat wajah terlelapnya. Dia sangat polos, berbeda dari biasanya. Dia tidak terganggu sedikitpun oleh gerakanku.
Aku mencoba memberanikan diri menyentuh wajahnya. Aku menelusuri wajahnya, mulai dari keningnya, pelipisnya, pipinya, hidungnya, dan bagian terakhir aku ragu untuk menyentuhnya. Ya, bibirnya. Aku menatap bibir itu, bibir yang dengan mudahnya mengambil first kiss ku.

Ku beranikan untuk menyentuhnya, namun belum sempat aku menyentuhnya dia sudah membuka matanya dan langsung menatapku dengan intens.
Aku takut, aku takut dia marah karena aku sudah mengganggu tidurnya.
Dia terus menatapku, sebelum akhirnya dia menarikku ke dekapannya, dan dia menyerukkan wajahnya diceruk leherku.
Aku menegang sesaat sebelum akhirnya rileks kembali.
Aku dapat merasakan nafas hangatnya yang menerpa kulit leherku. Dia terus seperti itu sebelum akhirnya dia menarik kepalanya dan memandangiku -lagi.
Secara tiba-tiba dia mengelus pipiku dengan lembut -sangat lembut. Lalu dia mengelus bibirku. Aku terus diam, membiarkan dia melakukan itu semua.
Aku tidak mengerti mengapa aku membiarkannya melakukan ini, harusnya aku memarahinya karena sudah melakukan hal yang kurang ajar padaku tapi ini malah sebaliknya.

Dia menciumku lagi, entah untuk keberapa kalinya. Aku diam, tidak tahu harus melakukan apa.
Dia menggigit bibir bawahku, saat aku membuka mulut dia langsung memasukkan lidahnya. Dia memainkan lidahnya disana. Menghisap, membelit, menggigit lidahku. Aku merasa seluruh tubuhku panas hanya karena dia menciumku. Ciuman ini, berbeda dari waktu pertama dia menciumku. Kali ini aku merasakan nikmat dari ciumannya. Apa yang kukatakan barusan? Nikmat? No no, aku harus menghilangkan pikiran konyol itu.
Dia melepas pagutan bibir kami saat tahu aku mulai kehabisan nafas.
Dia menyatukan kening kami, aku dapat merasakan deru nafasnya diwajahku. Jarak kami hanya tersisa satu senti saja, sedikit saja aku bergerak bisa dipastikan bibir kami langsung menyatu.
Aku terus diam, begitupun dengannya. Aku sempat berpikir sampai kapan kita terus seperti ini. Maksudku, bukannya dia juga punya pekerjaan lain.
Secara tiba-tiba dia melepaskan tangannya yang menahan pinggangku dan berdiri. Dia langsung keluar kamar tanpa mengucapkan apapun padaku.

Aku aneh dengan sikapnya. Dia mengapa? Mengapa dia seperti orang yang frustasi? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa banyak yang janggal dirumah ini? Lalu, mengapa aku peduli dengannya?
Memikirkan itu semua membuat kepalaku pusing. Aku bangun dari ranjang, dan melihat penampilan ku dicermin. Sesaat aku diam, tidak ada yang berubah dengan ku hanya saja mataku yang sembab karena menangis kemarin. Setelah itu kuputuskan untuk mandi.

Oh god aku melupakan sesuatu! Aku tidak membawa apapun kesini. Lalu, apa yang harus kugunakan sekarang? Aku terus berpikir, sebelum akhirnya kuputuskan untuk membukan lemari yang ada dikamar ini. Saat aku membuka lemari, aku langsung tercengang dengan isinya.
Ini semua untukku? Benarkah itu?
Dilemari ini ada piyama, dress, kaus, hotpans, dan juga pakaian dalam.
Lalu sekarang aku harus memakai apa? Aku tidak mungkin memakai hotpans, tapi aku juga tidak mungkin memakai piyama.
Ku putuskan untuk memakai dress selutut.

Setelah selesai, aku langsung keluar kamar. Aku baru sadar jika kamar yang kutempati berada dilantai dua. Aku langsung turun menuju meja makan. Kulihat lelaki berpakaian formal disana. Siapa dia?
Aku langsung terperangah saat dia membalikkan badannya kearah ku. Benarkah itu dia? Mengapa dia beda sekali, dia jauh lebih tampan saat ini.
"Kau, duduk." ucapnya dengan nada memerintah. Aku langsung mengangguk. Kulihat Rose menyiapkan makanan untukku. Aku diam memperhatikannya.
Kami makan dalam keadaan hening.
Tiba-tiba dia bangun, dan berjalan kearahku. Dia berdiri dihadapanku. Aku ikut berdiri. Dia terus memperhatikanku. Mengapa dia selalu menatapku seperti itu? Tidak bisakah dia sekali saja tidak mengintimidasiku dengan tatapannya? Dia menunduk, mendekatkan wajahku dengannya. Otomatis aku langsung memundurkan kepalaku namun kalah cepat, karena dia sudah lebih dulu menarikku untuk lebih dekat dengannya.
"Aku akan pergi, dan jangan coba-coba kabur dari sini. Aku akan terus mencarimu bahkan sampai keujung dunia sekalipun" katanya.
Aku hanya menangguk karena takut dia marah.
"Good girl" dia mengecup bibirku. Setelah itu dia menatapku dengan seringaian yang menghiasi wajah tampannya.
Oh god! Aku baru sadar bahwa dia baru saja menciumku entah untuk keberapa kalinya.
Setelah itu dia pergi.

Waktu sudah menunjukkan pukul duabelas siang. Aku bosan disini. Daritadi aku hanya menatap kolam renang tanpa melakukan apapun.
"Nona" ku tengok siapa yang memanggilku.
"Aaah ya Rose, ada apa?" tanyaku.
"Ini sudah saatnya makan siang, sebaiknya nona makan siang terlebih dahulu"
"Bukankah aku sudah bilang, panggil aku Clair tidak perlu pake embel-embel nona atau apapun itu" keluhku.
Dia seperti menyadari sesuatu dan merubah raut wajahnya "Maaf Clair, aku melupakan itu" ucapnya dengan rasa bersalah
"Tidak apa, sekarang aku mau kau menemaniku makan siang" aku langsung menggenggam tangannya dan mengajaknya masuk keruang makan.
"Kau tidak makan?" tanyaku.
"Tidak Clair, aku sudah makan tadi" jawabnya dengan tersenyum sambil terus memperhatikanku makan.
"Oke"
Setelah itu kita mengobrol banyak hal, dia menceritakan keluarganya dan aku cukup terhibur dengan itu. Setidaknya aku merasa punya teman disini.
Namun tiba-tiba sebuah suara merusak perbincangan kami.

TBC..

please be MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang