Aku ingin mempersembahkan karya ini kepada hanaamj yang telah memberikan ide segar ini. Kebetulan aku juga pengguna commuter line, sedikit banyak aku memahami keadaan di dalam kereta.
***
Rencana Hinata Hyuuga berantakan karena neneknya sakit sehingga pagi ini Hinata harus berangkat ke kantor dari Bogor. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai management trainee, istilah untuk karyawan baru di sebuah perusahaan. Hinata adalah seorang lulusan baru dari universitas terkemuka yang sudah kebelet jadi budak korporat.
Kantor dan rumahnya terletak di jantung kota Jakarta, mengharuskan gadis berambut panjang indigo itu mengikuti arus bersama penglaju-penglaju lain yang berasal dari kota-kota satelit di sekitar ibukota. Naik mobil bukanlah pilihan yang baik karena macetnya akan berkali-kali lipat. Lebih baik menjadi ikan pepes di dalam kereta daripada menua di jalan.
Kesempatan Hinata untuk duduk di dalam kereta akan menjadi besar jikalau ia naik kereta dari Stasiun Bogor. Namun, Stasiun Citayam lebih dekat dengan rumah neneknya. Stasiun Citayam adalah stasiun transit tempat bersatunya jalur Cibinong-Nambo dengan jalur Bojonggede-Cilebut-Bogor.
Terbayang, 'kan, ramainya seperti apa?
Dari Stasiun Citayam, Hinata harus naik kereta jurusan Jakarta Kota. Jika apes, ia harus transit terlebih dahulu di Stasiun Manggarai. Hal tersebut dapat disebabkan dua hal:
1. Ketinggalan kereta jurusan Jakarta Kota
2. Kereta jurusan Jakarta Kota penuhnya naudzubillah
3. Tiba-tiba negara api menyerang.Saat kereta sedang penuh-penuhnya saat jam kantor, di situlah kekompakan commuter warrior diuji. Apalagi di gerbong ibu-ibu. Dengan sukarela, ibu-ibu yang sama tangguhnya dengan ibu-ibu motor matic akan sukarela membentuk pagar betis demi menghalangi penumpang lain untuk masuk memenuhi gerbong. Maka dari itu, Hinata memilih untuk masuk ke gerbong umum agar tidak mendapat perlakuan anarkis dari ibu-ibu yang mengutamakan bed cover satu kodi dagangannya daripada kenyamanan penumpang lain.
Jadilah pada saat kereta jurusan Jakarta Kota tiba di Stasiun Citayam, Hinata bersama sejuta umat memasuki gerbong-gerbong kereta. Hinata harus melancarkan aksi gasak sana-senggol sini agar mendapatkan tempat di dalam kereta.
Saat Hinata akhirnya berada dalam kereta, serombongan bapak-bapak masih nekat memasuki gerbong, membuat Hinata terhimpit antara tumpukan bra dagangan ibu-ibu dengan punggung salah satu bapak berkaus olahraga.
Agak bau kecut. Ya.
Seperti menyadari 'wangi' yang menguar dari tubuhnya, si bapak seperti menyemprotkan spray cologne ke sekeliling tubuhnya.
Kok baunya aneh? Batin Hinata.
Hinata menajamkan indera penciumannya pada bagian tubuhnya yang terkena spray cologne.
Oh, tidak, batin Hinata lagi, ini minyak nyongnyong.
Persetan dengan opini orang lain, namun Hinata tidak menyukai baunya. Tidak saat berada di tempat sempit dan paduan bau keringat masyarakat menggelitik hidungnya. Percuma saja untuk keluar dan pindah ke kereta lain, karena jika ia melakukan itu, ia akan terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peron Satu [COMPLETED]
FanfictionKamu mengambil ciuman pertamaku, lalu kau mengambil hatiku, melalui rangkaian pertemuan di Peron Satu. Spesial untuk memeriahkan #NHFD9 [DISCLAIMER] Naruto dan segala karakternya milik Masashi Kishimoto.