"Halo, aku Toneri. Salam kenal!" Ujar seorang pemuda yang dengan riangnya menyapa Naruto di kantor cabang Bekasi.
"Aku Naruto," ujar Naruto sambil menjabat tangan Toneri.
"Toneri... Toneri Ootsutsuki?" Tanya Hinata dengan heran.
"Eh, kamu Hinata 'kan? Yang suka main engklek di komplek kalau sore?" Ujar Toneri dengan mata berbinar.
"Toneri yang suka ngupil pas main bola,'kan?"
"Hinata! Long time no see!"
"Kyaa! Toneri!"
Bersamaan dengan adegan berpelukan antara Hinata dengan si lelaki staff kantor cabang, Naruto merasa bahwa selama di kantor itu, ia akan menjadi nyamuk bagi mereka berdua.
Dan rasanya seperti terbakar.
***
Naruto ditugaskan di departemen yang berbeda dengan Hinata di kantor cabang. Hinata, tentu saja, dipasangkan dengan Toneri, sedangkan Naruto dipasangkan dengan Nona Konan. Sial bagi Naruto, ternyata Nona Konan tidak asyik untuk diajak kerja sama. Dia kebanyakan diam, dan jawabannya singkat-singkat apabila Naruto menanyakan sesuatu.
"Maaf, kertas buat printer disimpan di mana ya?" Tanya Naruto suatu saat.
"Noh," ujar Nona Konan singkat sambil menunjuk sebuah lemari.
Naruto enggan untuk bertanya lebih lanjut di laci nomor berapakah terletak kertas satu rim yang ia maksud, dan ternyata ia menemukan di laci terakhir.
"Makasih, Mbak."
"Y."
"Perlu saya keluarkan semua atau bagaimana, Mbak?"
"G."
Naruto bingung. Kantor macam apa yang mau menerima Nona Konan bekerja. Naruto sering mendengar bahwa softskill, termasuk kemampuan komunikasi, sangat berguna di dunia kerja. Makanya para mahasiswa disarankan untuk mengikuti organisasi semasa kuliah.
Mungkin Nona Konan memang aktif berorganisasi semasa kuliah sehingga kantor ini menerimanya. Mungkin ia aktif di Palang Merah Remaja, menjadi orang pingsan. Atau aktif di Pramuka, menjadi bendera semaphore.
Siapa yang tahu.
Naruto makin yakin bahwa Nona Konan adalah seorang Pramuka sejati karena perempuan itu seperti satu pikiran dengan supervisor kantor cabang.
"Konan, tolong ambilkan...."
"Ini Pak, laporan bulan lalu."
"Terima kasih. Lalu, bagaimana dengan...."
"Sudah diserahkan ke direksi, Pak."
"Lalu, saya-"
"Baik Pak, saya ambilkan salep panu buat Bapak."
"Jangan-"
"Maaf, Pak, saya akan menjaga rahasia Bapak rapat-rapat."
Nona Konan ternyata lebih mirip intel CIA ketimbang anggota Pramuka.
Sedongkol-dongkolnya Naruto dengan Nona Konan, masih lebih dongkol saat melihat Toneri bersenda gurau dengan Hinata di sela-sela pekerjaan.
Dongkol. Hati Naruto sudah sepanas neraka.
Ingin rasanya Naruto menarik Hinata kembali, ia peluk dan takkan lepas lagi. Namun Naruto baru ingat bahwa sebenarnya ia bukan siapa-siapa bagi Hinata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peron Satu [COMPLETED]
FanfictionKamu mengambil ciuman pertamaku, lalu kau mengambil hatiku, melalui rangkaian pertemuan di Peron Satu. Spesial untuk memeriahkan #NHFD9 [DISCLAIMER] Naruto dan segala karakternya milik Masashi Kishimoto.