Chapter 7

508 47 28
                                    

Disclaimer : Hidekaz Himaruya

Rating : Masih T kayaknya (?) Bisa berubah sewaktu-waktu tergantung mood Author.

Warning : Author newbie, jadi banyak TYPO dan aneh. Abal2 dan tidak masuk di akal. Ini percobaan nekad dari author yang baru ngeh dikit tentang hetalia. *disiram pake cat sepuluh gallon*

Cerita Sebelumnya:

"Vlad, aku titip dia untuk sementara, sampai aku bisa bergerak bebas. Pelaku penyerangan ini mengincar personifikasi Asia. Dia sudah mengambil Kiku, tapi tidak ada jaminan Nesia tidak terancam. Dalam surat tantangan ini, dia tidak menyebutkan berapa personifikasi yang diincarnya. Aku pikir dia mengincar tidak secara acak. Dia mengincar orang-orang yang mengetahui masalah ini." Kataku memaparkan analisisku.

"Lalu, apa artinya aku juga terancam?"

"Sepertinya, ya. Semua yang mengetahui masalah ini terancam. Dewan Keamanan, Para pemegang platina, Magic Club, dan Francis. Peringatkan Ludwig dan Lukas tentang hal ini. Aku akan mencoba menggunakan sihir milik nenek moyangku untuk memulihkan diriku seharian besok. Aku harap ini akan berjalan baik karena aku belum menguasainya dengan baik." Kataku lalu beranjak tidur.

Aku harap tak akan ada masalah seharian besok. Semoga semua ini hanya mimpi buruk yang akan berakhir saat aku membuka mata besok. Maafkan aku Kiku, aku seharusnya bisa memprediksi ini lebih cepat. Aku harap mereka tidak membuat nyawamu terancam. Dan jika sampai dia membahayakan mereka semua, aku bersumpah akan membunuhnya saat itu juga. Aku akan mengorbankan segalanya termasuk nyawaku untuk melindungi seluruh personifikasi disini.

—OOOoooOOO—

NESIA POV

Pembohong. Itu satu kata yang tepat untuk menggambarkan seorang personifikasi dari Britania Raya. Dia bilang akan melindungi Kiku, tapi nyatanya sekarang sahabatku itu tertangkap oleh musuh kami. Dan aku yakin sekali si Kakek Laknat itu pasti sekarang sedang tertawa senang melihat hal ini. Aku berani menjamin, setelah kejadian di ruangannya kemarin, dia pasti tahu aku curiga padanya dan sekarang sedang tertawa gembira karena melihat kegagalanku melindungi Kiku.

Aku masih tak dapat menghubungi Ayah. Aku sudah coba menghubungi adik bungsuku, Singapura, tapi dia bilang Ayah tidak ada. Aku telepon Ibu, sama saja tidak nyambung. Maya juga aku suruh menghubungi, tidak ada yang mengangkatnya. Aku bingung kalau begini ceritanya.

Berat rasanya harus tinggal di asrama sendirian seperti pagi ini. Keadaanku yang masih belum pulih sejak serangan kemarin, membuat Eliza mengamuk setiap aku hendak turun dari tempat tidur. Ayolah, aku bosan. Bahkan kini dia memasang kamera pengintai untuk memastikan aku tidak turun dari tempat tidur, kecuali ke toilet. Si Malay alay itu juga sama ganasnya dengan Eliza.

Aku benci tidak berdaya begini. Aku harus melakukan sesuatu untuk menemukan sahabat terbaikku itu. Aku tidak bisa begini. Bagaimanapun ini semua salahku juga yang tidak bisa melindunginya. Harusnya aku sadar lebih awal kalau Kiku diincar saat melihat emosinya dipermainkan begitu.

Namun aku mengakui kehebatan musuh kali ini. Dia bisa membuat Kiku yang emotionless begitu menjadi meledak-ledak. Sebenarnya aku sendiri hampir kehilangan kendali lagi seperti waktu itu. Tapi entah kenapa saat itu ada perasaan tenang saat menyadari ada Arthur disekitarku.

Astaga! Kenapa aku malah merasa tenang? Kan aku lagi marah sama bule menyebalkan beralis tebal itu. Lebih baik aku mengalihkan pikiranku dari pada mengingat makhluk itu lagi. Aku sebaiknya kembali tidur.

Aku merasa aku sudah menutup mataku dengan rapat dan mulai menjelajah dunia yang bernama mimpi. Sejauh yang dapat kulihat kali ini hanya warna putih. Ini seperti dunia yang kosong. Entah mengapa aku seperti jatuh kedalam jurang tanpa ujung. Semua benar-benar membuatku merasakan kesendirian yang begitu nyata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang