Disclaimer : Hidekaz Himaruya
Rating : Masih T kayaknya (?) Bisa berubah sewaktu-waktu tergantung mood Author.
Warning : Author newbie, jadi banyak TYPO dan aneh. Abal2 dan tidak masuk di akal. Ini percobaan nekad dari author yang baru ngeh dikit tentang hetalia. *ditimbun pake semen se-truk*
Cerita Sebelumnya:
"Kiku, laporkan situasi disana! Apa ada kegiatan mencurigakan dari Tua Bangka itu?" Kataku segera menghubungi Kiku.
"Dia tidak melakukan hal yang aneh. Sekarang kepala sekolah sedang mengecek beberapa dokumen dan meminum secangkir kopi." Kata Kiku melaporkan kegiatan Tua Bangka itu.
"Kau yakin dia tidak melakukan hal seperti mengendalikan sesuatu?" Aku masih tak percaya dengan kenyataan yang Kiku ungkapkan.
"Yakin. Tak ada apapun aktifitas yang menghubungkannya dengan perangkat elektronik saat ini." Jelas Kiku.
Aneh. Jika memang Pak Tua itu pelaku utamanya, mengapa penyerangan kali ini dia tak memegang kendali apapun? Apa aku sudah salah mengira bahwa Pak Tua itu pelakunya? Atau mungkinkah ada pelaku lain dalam permainan keji ini? Ah, bloody hell!
—OOOoooOOO—
NORMAL POV
Arthur segera membawa Nesia menuju ruang kesehatan dan menghubungi Vladimir yang tengah bersama Elizabeta. Sementara itu, Kiku masih mengamati tindak-tanduk sang kepala sekolah yang kini semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Tak ada yang menyangka jika kejadian yang melukai Nesia ini hanya pengalih sebelum target yang sebenarnya tak lagi dapat meloloskan diri. Tapi, kita kesampingkan dulu kasus selanjutnya dan lihat bagaimana keadaan personifikasi negeri zamrud ini.
Wajah Nesia semakin kesakitan ketika dirinya dibaringkan di atas ranjang di ruang kesehatan oleh Arthur. Perawat Flor sedang tidak ada di tempat karena memang sekarang jadwal pengambilan persediaan obat keluar pulau. Well, karena ini pulau terpencil, tak semua kebutuhan dapat tersedia disini. Ada beberapa kebutuhan yang perlu disetok dari pulau-pulau besar seperti obat-obatan, pembersih, detergent, dan barang-barang yang tidak dapat mudah dibuat secara alami lainnya.
Sebenarnya para guru dan perawat Flor sudah mengembangkan obat herbal, namun karena khasiatnya lama diproses tubuh, mereka tetap mengutus perawat Flor untuk membeli obat kimia. Cairan infus seperti Ringer Laktat dan Saline tidak mudah dibuat sendiri bukan?
Keringat dingin mulai membanjiri pelipis gadis Asia manis itu. Napasnya memburu karena menahan sakit. Tak lama, suara gaduh telapak kaki yang bergesekan dengan lantai terdengar bersahutan mendekat ke arah ruang kesehatan. Vladimir Popescu membuka pintu ruang kesehatan dengan terburu-buru. Elizabeta Hèdervàry menyusul di belakangnya.
"Kalian lama sekali sih?" Semprot Arthur.
"Maaf, Kaicho. Kami sedang mengecek lantai 3 gedung kelas XII ketika Kaicho memanggil Vlad. Ada apa dengan Nesia?" Kata Elizabeta terengah-engah karena lelah setelah berlari sejauh itu.
"Dia terkena serangan sihir saat melindungiku. Tenaganya terkuras untuk membuat kekai di atap." Jelas Arthur singkat.
Vladimir yang mengetahui apa maksud Arthur segera menggunakan sihirnya untuk memulihkan tangan Nesia yang semakin memerah seolah seluruh darahnya berkumpul disana. Perlahan, warna kulit Nesia mulai kembali normal. Napasnya pun berangsur-angsur mulai teratur. Elizabeta nampak lega melihat sahabat barunya yang membaik.
Setelah tak ada lagi efek dari serangan itu, Arthur mengajak Vladimir keluar dan meminta Elizabeta menjaga Nesia. Sepertinya personifikasi gentlemen itu hendak menggantikan tugas Elizabeta untuk mengkoordinasikan pengamanan sekolah bersama Magic Club.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows
Mistero / ThrillerHetalia Axis Power Disclaimer : Hidekaz Himaruya Picture Disclaimer: Akira Sakayuki Story Disclaimer: Rizu Asami Rating : T Genre: Mystery ; Romance Language: Bahasa Indonesia Cast: Arthur Kirkland (England) ; Kirana Kusnapharani Annesia/Nesia/OC (I...