Disclaimer : Hidekaz Himaruya
Rating : Insya Allah masih T. Bisa berubah sewaktu - waktu tergantung mood Author.
Warning : Author newbie, jadi banyak TYPO dan aneh. Abal2 dan tidak masuk di akal. Ini percobaan nekad dari author yang baru ngeh dikit tentang hetalia. *ditimpuk pake beton se-truk*
Cerita Sebelumnya:
"Honhonhon... kau benar - benar penasaran rupanya. Aku sendiri belum memastikannya, tapi aku yakin dialah sang intel itu." Kata Francis penuh percaya diri.
"Jadi kau hanya menduganya saja?! Agh, membuang waktu percuma, bloody hell!" Kata Arthur kesal dan langsung menutup teleponnya.
Arthur pun kembali melirik ke jendela kamar Nesia yang lampunya masih menyala terang sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu dengan perasaan dongkol. Arthur tak habis pikir dengan makhluk yang satu itu. Ada saja ide bodohnya untuk membuat Arthur kesal. Dan yang lebih bodoh lagi, sering kali ide itu berhasil seperti saat ini.
Dan beruntunglah malam itu tidak ada lagi serangan seperti tadi sore. Malam itu pun berlangsung dengan damai tanpa ada kejadian mengejutkan lagi. Tapi, Nesia dan Arthur tak menyangka jika kedamaian itu tak akan berlangsung lama karena sebuah kejutan menanti mereka di hari berikutnya.
—OOOoooOOO—
NORMAL POV
Arthur akhirnya menyeret Nesia kedalam ruang OSIS pagi ini ketika jam pelajaran pertama berlangsung. Arthur ingin Nesia menandatangani perjanjian untuk menutup mulutnya atas kasus ini. Memang sih, awalnya Arthur enggan memasukkan Nesia ke daftar orang yang menyelesaikan masalah yang menyangkut kepercayaan siswa terhadap organisasi tertinggi di sekolah ini. Tapi, setelah dipikir lagi dan mendengar saran Nesia untuk mencari pintu tersembunyi itu dan juga Arthur melihat kekuatan sihir Nesia yang tidak biasa, Arthur harus melibatkan Nesia ke dalam kasus ini.
Nesia memberontak sepanjang jalan. Untunglah jam pelajaran telah berlangsung, jadi tak ada yang menatap Arthur dan Nesia yang sedang tarik - menarik ini. Karena tak tahan dengan perlawanan Nesia yang kecil - kecil cabe rawit ini, Arthur membopong Nesia menuju ruang OSIS. Nesia jadi terdiam dan wajahnya memerah karena malu. Jarak antara wajahnya dan Arthur jadi dekat sekali.
Keduanya terdiam tak bicara, bahkan setelah Arthur mendudukkan Nesia di sofa empuk yang terdapat di ruang OSIS. Arthur segera mengambil kertas perjanjian yang sama yang ia paksa untuk Kiku, Alfred, Willem, dan Ludwig menandatanganinya. Untung saja Arthur masih menyimpan salinannya di laci meja pribadinya itu. Bahkan Elizabeta Héderváry sang sekretaris OSIS tak mengetahui mengenai kasus dan perjanjian ini. Dia sibuk mengurusi acara pekan olahraga.
"Tanda tangani surat ini dan aku akan menceritakan semuanya dari awal." Kata Arthur sambil menyerahkan surat perjanjian dan pulpen untuk Nesia.
"Apa - apaan ini?! Kenapa aku harus menandatanganinya???" Tanya Nesia kesal begitu dia dihadapkan dengan surat perjanjian lagi.
"Hanya untuk berjaga - jaga." Kata Arthur santai sambil mengambil cangkir untuk minum teh.
"Kalau aku tidak mau?"
"Yah, sayangnya tidak ada pilihan lain selain menandatanganinya. Kau mau minum apa?" Kata Arthur santai sekali sambil menyeduh Earl Grey kesukaannya.
"Tidak perlu, terima kasih. Hhh... aku muak dengan semua surat perjanjian seperti ini." Gumam Nesia masih kesal.
"Memangnya ada apa dengan surat perjanjian? Toh, surat ini hanya menjamin kau tetap tutup mulut mengenai kasus yang sedang aku tangani ini untuk menjaga nama baik OSIS dan Dewan Keamanan. Ah, ini teh untukmu, maaf tak ada pendampingnya." Kata Arthur sambil membawa dua cangkir berisi teh ke hadapan Nesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows
Misteri / ThrillerHetalia Axis Power Disclaimer : Hidekaz Himaruya Picture Disclaimer: Akira Sakayuki Story Disclaimer: Rizu Asami Rating : T Genre: Mystery ; Romance Language: Bahasa Indonesia Cast: Arthur Kirkland (England) ; Kirana Kusnapharani Annesia/Nesia/OC (I...