Spesial Chapter

686 44 4
                                    

Di lobi sekolah, terlihat seorang gadis yang menunggu hujan reda. Gadis itu menatap hujan yang turun dengan kesal.

"Duh, kapan hujan ini akan berhenti ya? Padahal kan acaranya sudah mau dimulai." kata gadis itu sambil menatap jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan jam 3 lewat 15 menit.

"Hei, apa yang kamu lakukan disini?" tanya seseorang pada gadis itu. Sontak saja, gadis itu terkejut dan tidak sengaja terpeleset lantai lobi yang licin karena terkena air hujan.

"Eh, kamu gak apa-apa kan?" "Aduh, sakit. Siapa sih?" Gadis itu menoleh ke arah sumber suara itu. Dia terkejut, karena sosok anak laki-laki yang ada didepannya sekarang ini.

Dia adalah Halilintar. Murid yang paling disukai oleh semua orang di sekolah. Dia memiliki banyak fansgirl, dan sudah banyak gadis yang meminta dia untuk menjadi pacar mereka. Tapi, Halilintar menolak mereka semua. Alasannya karena dia bilang kalau dia sudah punya orang yang disukai.

"Kamu tidak apa-apa kan, Vannessa?" "Aku tidak pa pa kok. Argh... Sakit." gadis yang bernama Vannessa itu mencoba untuk berdiri, tapi tidak bisa karena kakinya terkilir.

"Ah, kakimu terkilir ya? Maafkan aku ya. Gara-gara aku, kamu jadi terpeleset dan kakimu terkilir." kata Halilintar dengan perasaan bersalah. Vannessa terkejut mendengar apa yang tadi baru dia dengar.

Pasalnya, Hali, nama pendeknya Halilintar, tidak pernah meminta maaf pada siapa pun di sekolah, walau sudah menolak tembakan seorang gadis dan sekarang dia meminta maaf pada Vannessa hanya karena membuat dia terpeleset dan kakinya terkilir. Tidak bisa dipercaya kan?

"Gak apa-apa kok, Hali. Kakiku kan cuma terkilir saja. Tidak parah kok😊" "Tapi, kamu jadi gak bisa jalan kan?" Vannessa terdiam mendengar itu. Ada benarnya juga kata si Hali. Dia tidak akan bisa pulang jika dia tidak bisa berjalan. Dia menundukkan kepalanya. Hali berjalan ke depan Vannessa, mengeluarkan payung dari dalam tasnya, dan memberikannya pada Vannessa.

"Tolong pegang payung ini sebentar." Vannessa menerima payung itu dan menganggukkan kepalanya. Hali memindahkan tasnya ke depan tubuhnya dan berjongkok di depan Vannessa.

"Ayo naik." Vannessa terkejut dengan tindakan Hali sekarang ini. "Apa yang kau lakukan, Hali?" "Tentu saja aku akan mengantarmu pulang. Ayo naik." kata Hali. "Erm... Baiklah." Vannessa mencoba untuk naik ke punggung Hali, dan berhasil. Sepertinya wajah Vannessa memerah.

"Buka payungnya dan pegangan yang kuat."  Vannessa mengikuti perintah Hali, dan berpegangan dengan erat. Hali pun mulai berjalan dengan perlahan. Tidak ada yang bicara selama perjalanan. Hanya ada suara air hujan yang jatuh ke jalan.

Tiba-tiba, petir menyambar dengan suara yang sangat kuat. Cukup untuk membuat Vannessa ketakutan dan mempererat pegangannya. Tentu saja, yang dipeluk malah blushing. Jantung Hali berdegup kencang dan wajahnya memerah. Beruntung Vannessa tidak melihatnya.

"Apa kau takut dengan petir?" Vannessa hanya mengangguk kecil.

"Tidak usah takut. Aku akan melindungimu." Kata-kata itu cukup untuk membuat Vannessa merasa nyaman dan tentu saja, blushing.

"Erm.... Vannessa, boleh aku tanya sesuatu padamu?" kata Hali. "Erm.... Boleh. Pertanyaan apa?" Hali terdiam sesaat. Dia sedang memikirkan cara agar maksudnya bisa tersampaikan.

"Erm..... Kamu punya orang yang kamu suka?" Vannessa terkejut dengan pertanyaan itu, tapi dia mencoba untuk tenang dan bersikap seperti biasa.

"Ada. Memangnya kenapa?" "Aku hanya penasaran saja. Bisa kau beritahu aku siapa orang yang kau sukai?" Vannessa terdiam sesaat. Dia menarik nafas panjang.

"Dia itu baik dan juga perhatian. Sikapnya itu tsundere, tapi dia peduli dengan keselamatan semua orang. Dia akan melindungi dengan sepenuh hati orang yang dicintai. Dia adalah segalanya bagiku, dan aku sangat mencintainya walau dia sama sekali tidak menyadari hal itu." kata Vannessa sambil menjelaskan dengan nada kagum.

Hali hanya bisa diam saat Vannessa menjelaskan sifat orang yang dia sukai dengan nada kagum. Entah kenapa hatinya terasa sakit dan dia merasa sangat marah. Tapi, dia tidak ingin menunjukkan hal itu kepada Vannessa.

"Dia pasti beruntung sekali, karena di sukai oleh kamu." kata Hali pada Vannessa. Tentu saja Vannessa kebingungan dengan apa yang baru dikatakan oleh Hali. "Hm?.... Apa yang kau maksud Hali? Aku sama sekali tidak paham." Hali hanya bisa tersenyum kecil.

"Maksudku, orang yang kau sukai itu, sangat beruntung karena di sukai oleh gadis sepertimu." Kenapa begitu."  "Kamu itu kan, baik hati, murah senyum, dan juga menarik. Selain itu, kamu juga cantik dan lucu." Kata Hali sambil tersenyum. Yang dipuji malah blushing.

Suasana kembali hening. Tidak ada yang berbicara, lagi. Tetesan hujan yang turun menciptakan sebuah melodi yang merdu. Tiba-tiba, kilat kembali menyambar, membuat suara yang lebih keras dari sebelumnya. Tapi, kali ini, Vannessa tidak lagi takut.

"Erm, Hali. Boleh aku tahu siapa orang yang kau sukai itu? Aku penasaran sekali." Hali berhenti berjalan saat Vannessa menanyakan hal itu. Dia terlihat seperti sedang berpikir.

"Sebenarnya, aku sudah lama ingin mengatakan perasaanku kepadanya, tapi aku tidak cukup berani. Aku takut ditolak olehnya."  "Bagaimana mungkin kau akan ditolak olehnya? Kau adalah Halilintar, murid paling pintar di sekolah. Selain itu, kau juga adalah pahlawan Pulau Rintis. Aku yakin dia tidak akan menolak pria seperti mu." kata Vannessa sambil  memberi semangat kepada Hali.

"Terima kasih karena sudah menyemangatiku." kata Hali. "Sama-sama. Jadi, kapan kau akan menembaknya?" tanya Vannessa. "Erm, aku akan menembaknya setelah aku mengantarmu pulang." "Benarkah? Baguslah. Kuharap kau berhasil ya, Hali." kata Vannessa sambil tersenyum. Mereka pun melanjutkan perjalanan.Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah Vannessa.

"Terima kasih ya, sudah mau mengantarku pulang, Hali." kata Vannessa sambil tersenyum. Tapi, siapa yang tahu, bahwa dibalik senyuman itu, tersimpan rasa sedih yang teramat sangat. "Ah, iya. Sama-sama." "Baiklah, aku masuk ke dalam rumah dulu ya, dah Hali." Vannessa berbalik dan berjalan ke arah rumahnya, namun seseorang memegang tangannya. Siapa lagi kalau itu bukan Hali. Vannessa berbalik dan meminta agar Hali melepaskan tangannya.

"Hali, apa yang kau lakukan? Kenapa kau memegang tanganku?" tanya Vannessa. Hali langsung berlutut di hadapan Vannessa dan bertanya, "Vannessa, maukah kamu menjadi pacarku?" Vannessa terkejut. Bagaimana tidak, Halilintar, murid paling pintar dan seorang pahlawan Pulau Rintis, menyukai gadis biasa sepertinya.

"Tapi, kenapa? Kenapa harus aku?" tanya Vannessa. "Karena, kau sudah menyelamatkan nyawaku dulu." "Menyelamatkanmu? Kapan aku melakukan itu?" Hali hanya tersenyum. "Apa kau tahu anak laki-laki yang bernama Petir?" "Ya, aku tahu. Memangnya kenapa?" "Aku adalah anak laki-laki itu. Aku adalah Petir." "Jadi, kau petir? Astaga, aku sama sekali tidak menyadarinya." "Jadi, apakah kau menerimaku, Vannessa?" Dia baru menyadari kalau Hali masih berlutut di hadapannya.

"Ya, aku mau." Jawab Vannessa. Hali yang mendengar jawaban itu, langsung berdiri dan secara refleks memeluk Vannessa. Yang dipeluk malah blushing dan balas memeluk.

"I love you, my princess." "I love you too, my prince" Di tengah derai hujan yang sering kita katakan membawa kesedihan, ternyata juga bisa membawa kebahagiaan, terutama untuk Halilintar. Sekarang dia tidak lagi bersifat dingin melainkan dia menjadi ceria dan suka tersenyum.

Bagi Halilintar, Vannessa adalah pelangi yang muncul setelah badai. Vannessa lah yang telah membuat hidupnya lebih berwarna sekarang.

The end

Hai semua! Author is back. Maaf kalau author sudah lama tidak publish. Selain itu, author juga minta maaf kepada @vannessa36 kalau spesial chapter kali ini tidak memuaskan. Author tidak terlalu pandai membuat adegan romanceT^T.

Untuk seterusnya, author akan membuat dulu chapter 05, baru membuat spesial chapter untuk kak @Ela_Elfita . Semoga kalian semua gak keberatan. Author juga akan sering terlambat publish karena author sedang sibuk. Sampai jumpa di Chapter 05👋

AUTHOR SESE ROGER AND OUT.

MY SWEET BROTHER (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang