Yuhuuuu... Mari kita lanjutkan... 😄
HAPPY READING ya 😘
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Dengan perasaan bahagia, Olivia duduk di sisi jendela dalam pesawat Cathay Pacific yang akan membawanya pulang ke Jakarta. Dari Bandara Charles de Gaulle Perancis dia melambaikan tangannya di jendela. Christo menggelengkan kepalanya melihat tingkah gila Olivia.
Tiba-tiba saja senyum bahagia Olivia pupus melihat Ben dengan santai duduk di sebelahnya. Olivia mendesah kesal. Perjalanan panjang selama hampir 20 jam akan semakin panjang rasanya. Tanpa banyak bicara, Olivia mengeluarkan sebuah buku karangan Linda Howard dan mulai membaca.
Ben melirik sesaat sambil mencibir. "Bacaannya novel romance tapi kok ya masih jomblo aja."
"Apa lo bilang?" Olivia mulai meradang. Ben hanya mengangkat bahu sambil menyumpal telinganya dengan headset dan dia menutup matanya. Olivia menyimpan kekesalannya dalam hati dan berbalik memunggungi Ben.
Mereka memang sengaja mengambil penerbangan jumat siang agar bisa tiba di Jakarta sabtu sore. Besok pagi mereka transit di Singapura selama 2 jam. Olivia hanya tidak sabar ingin segera bertemu dengan para keponakan yang disayanginya.
Mengikuti jejak Ben, Olivia segera menutup matanya dan berusaha tidur.
Ben terbangun dengan rasa pegal di lengannya. Dia berusaha menegakkan posisi duduknya tapi lengan kirinya tertahan sesuatu. Dia tidak jadi menarik tangannya ketika melihat kepala Olivia menempel di bahunya dan lengannya dipeluk erat oleh wanita itu. Ben menghela napas panjang. Dia tidak tega mengganggu tidur Olivia, jadi ditariknya selimut itu hingga menutupi leher Olivia.
Pesawat mereka mendarat di Changi Airport, Singapore pada jam 7 pagi. Waktu yang tepat untuk mencari sarapan, pikir Ben. Begitu roda pesawat menyentuh daratan, Olivia terbangun sambil memicingkan matanya melihat sekelilingnya dan menyatukan raganya.
Setelah dua kali melihat Olivia bangun tidur, Ben mengakui - dalam hati tentu saja - wanita itu tampak alami dan cantik. Seperti saat ini. Tanpa sadar mata Ben masih menatap Olivia dengan kagum.
"Good morning, Ben," sapa Olivia sambil tersenyum manis. "Apakah ada sesuatu di wajahku yang membuatmu memandangiku seperti itu?"
Ben menggeleng sambil berucap, "Good morning, Olivia. Mau turun mencari sarapan bersamaku?"
Olivia mengangguk dan berdiri bersama para penumpang lain untuk turun dari pesawat.
Olivia mengajak Karina dan Christo untuk berbelanja coklat tapi mereka menolak dan hanya ingin sarapan di salah satu cafe di bandara, sementara Ben - yang paling ingin dihindari Olivia - malah ingin mengikutinya berbelanja.
Olivia berdiri di depan toilet menunggu Ben yang sedang berada di dalamnya sambil mengintip belanjaan coklatnya. Orang-orang yang melihatnya mungkin mengira dia baru saja menjarah toko coklat tapi memang begitulah Olivia. Ke negara manapun dia pergi, dia hanya ingin membelikan oleh-oleh bagi semua orang. Tak terkecuali teman-teman di kantornya.
Tiba-tiba saja, entah angin apa yang sedang berhembus - tentu saja tidak ada angin apapun, ini hanya kiasan - pria itu berdiri tegak di hadapannya. Dari sekian banyaknya populasi manusia di bandara Changi, kenapa - sekali lagi kenapa - ya Tuhan, pria ini harus muncul? Dan waktu 12 tahun tidak mengubah senyum simpatik itu sama sekali.
"Olivia Zefanya..." sapanya sambil maju selangkah. Olivia mundur selangkah.
"Lukas Andrianto..." jawab Olivia dingin.
"Apa kabarmu? Setelah 12 tahun akhirnya kita bertemu lagi." Lukas mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Olivia.
Olivia tidak menyambut tangan itu dan hanya menjawab, "Luar biasa baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA - Sang Belahan Jiwa (TELAH TERBIT)
RomansaSUDAH KELUAR DALAM VERSI E-BOOK DAN CETAK https://play.google.com/store/books/details?id=_CWKDwAAQBAJ THE ANGELS SERIES book #1 (Beberapa part sudah dihapus) 18+++ (KHUSUS UNTUK DEWASA) Sejak orangtuanya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat, Ol...