Aku

322 26 5
                                    

***

Orang memanggilku Yerin Putri Andita. Singkatnya, nama panggilanku Yerin. Kesibukan yang menggeluti keseharianku adalah belajar. Sejak Aku divonis akan ujian dua bulan mendatang, orangtuaku selalu menyuruhku untuk membaca benda dengan lembaran yang sangat menyebalkan. Berisi banyak kata dan huruf yang sebagian besar telah kutemui di akhir-akhir hidupku belakangan.

Selesai menumpahkan perasaanku di dalam buku harian, aku segera keluar kamar. Karena ibuku sudah memanggilku untuk sarapan. Aku menutup bukuku dan memasukannya ke laci meja belajarku.

Di meja makan aku menyapa ibu dan ayahku yang selalu saja sibuk membaca koran, entah apa yang ada dipikirannya saat membaca berita yang isinya hanya itu-itu saja, kriminal, bencana, dan hal-hal yang tidak asing lagi.

Aku menghabiskan nasi dan meminum susu. Mencium tangan orangtuaku dan segera menuju mobil ayahku untuk pergi ke rumah keduaku, sekolah. Aku membuka pintu mobil, menyalakan radio dan duduk dengan santai sembari menunggu ayahku bersiap mengambil laptopnya.

Telingaku agak sedikit terganggu saat mendengar lagu yang diputar oleh penyiar radio itu. Apakah dia tidak mempunyai playlist yang bisa membuat orang menjadi bersemangat di pagi hari? Malah memutar lagu galau yang hanya didengar oleh orang-orang lebay untuk bergalau-ria.

Karena kesal, aku matikan radio dengan memencet tombol off dan melipat kedua tanganku didepan dada. Aku bersenandung kecil berusaha merubah mood-ku yang sudah rusak ini. Hingga mataku melihat ayahku keluar dari pintu dan masuk kedalam mobil, menghidupkannya dan bergegas menuju sekolah.

***

Memasuki kelasku 12-IPS 3, kelas yang sangat berisik dan dianggap sebagai sarang pembolos juga most wanted sekolah. Namun bagiku, kelas ini sama seperti kelas-kelas yang pernah aku diami sebelumnya. Kegiatannya hanya belajar, sangat membosankan. Aku melakukanya hampir separuh hidupku yang diusiaku 18 tahun.

Aku meletakan tasku di mejaku. Jessica, teman sebangkuku sedang sibuk menyalin tugas dari salah teman kelasku. Aku menatapnya malas, dan tidak tertarik untuk ikut menyontek. Karena aku sudah mengerjakan ya semalam. Aku tidak peduli jawabannya benar atau salah, yang penting mengerjakan.

Aku membuka buku komik yang aku beli dua hari yang lalu di toko buku bersama Jessica. Membaca komik menurutku lebih menarik daripada membaca buku pelajaran. Gambar-gambar yang membantuku lebih mudah berimajinasi, memiliki daya tarik tersendiri bagiku.

Jam yang selalu membuatku mengantuk tiba. Guru, yang sekaligus wali kelas kami memasuki kawasan kelasku. Dengan membawa buku tebalnya, yang biasa ia panggil dengan nama kamus.

"Pagi anak-anak," sapanya.

Anak kelas kami menjawabnya dengan nada tak bersemangat. Mengapa harus bersemangat? Jika gurunya saja tidak mempunyai harapan positif mengenai kelas kami. Menurut guru-guru di SMA Elang kelas 12-IPS 3 adalah kelas paling berisik, nakal, dan juga usil. Tidak mempunyai kelebihan apapun.

Aku mengeluarkan buku pelajaran hanya untuk beralibi sedang mengikuti pelajaran. Aku sudah muak dengan ini semua, dimana pun aku berada selalu saja aku disuguhkan dengan kegiatan yang sangat aku benci, belajar.

Aku ingin pergi ke suatu tempat yang tidak ada orang yang menyuruhku untuk belajar dan membaca buku pelajaran. Aku hanya ingin membaca komik dengan tenang. Andai saja Tuhan mengabulkan keinginanku yang satu ini, walau banyak keinginanku yang ingin dikabulkan. Namun, untuk sekarang aku hanya ingin permintaan ku yang satu ini dikabulkan.

***

Labyrinth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang