Labyrinth •10•

78 12 2
                                    

***

Waktu belajar kini telah usai, Aku memaskukkan buku-buku laknat itu kedalam tas. Akhirnya, aku bisa menarik nafas lega.

Laki-laki itu kini berdiri, jari-jemari tangannya yang panjang meraih jemari tanganku, membuat simpul gandengan diantara kami.

Senyumku merekah tak terkira, kini kita melanjutkan perjalanan.

35 hari kemudian..

Aku mengganti pakaianku menjadi sedikit terbuka, memang tinggal pakaian ini yang tersisa diranselku. Kaos putih sedikit transparan dan celana jeans pendek dibawah pantat.

Seperti hari-hari biasanya, lelaki itu hanya fokus memandang kedepan. Tubuh jangkungnya membelakangiku, membuat rasa ingin tahuku meluap-luap.

"Kita kapan nyampe si? Dari kemarin kita jalan mulu. Nggak bosen apa?" tanyaku dengan nada sedikit tinggi dan menghentakkan kakkiku cukup keras.

Dia hanya membalikkan badan dan berekspresi datar, sangat membuatku kesal. "Sebentar lagi kita sampai," ujarnya datar.

Sudah ratusan kali Aku mendengar kalimat itu. Hingga lambungku terasa mual ingin muntah, tapi tetap Aku tahan.

Aku mendengus dan lanjut berjalan mendahuluinya sambil memainkan tali tas ransel ku.

Rasa takut yang menyelimutiku setiap malam kini sudah mulai pudar, rasa ngeri saat melihat laki-laki ini memakan orang. Ups! Bukan orang, dia menyebutnya bayangan darkness. Waktu dia menjelaskan hal itu, aku hanya ber 'oh' ria. Berpura-pura tidak takut.

Entah dorongan apa, aku mulai berani membentak dan berbicara dengan nada sedikit tinggi kepadanya. Seperti kita sudah memiliki hubungan.

Kuhapus bayangan itu jauh-jauh sambil memukul-mukul kepalaku.

"Ngapain?" tanyanya melihatku aneh.

"Nggak.. nggak papa," aku memasang muka jaim lalu berjalan lagi.

Aku hampir muak dan melontarkan kata-kata kasar khas emosiku, melewati jalan dan gang-gang kecil yang selalu sama setiap harinya. Apakah tidak ada jalan keluar disini? Tanyaku pada diri sendiri.

"Sabar aja," ucapnya dengan nada super halus yang pernah aku dengar.

Tubuh jangkung didepanku tiba-tiba berhenti mendadak, membuatku menabrak punggung bidangnya, keras.

Wajahnya menoleh sekilas, "Selamat tinggal."

Dia tersenyum..

Kepalaku pusing, entah apa yang terjadi. Aku hanya mendengar bunyi detak jantung seseorang yang dihasilkan oleh alat rumah sakit.

Tut..Tut..Tut..Tut.. Blurb!

Labyrinth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang