Sejak pertama kali memasuki kantor ini, Aisha memang sudah memiliki firasat buruk. Apalagi saat melihat karyawan di kantor ini terlihat sibuk bahkan tidak ada yang saling menyapa. Mereka berlarian kesana kemari seakan ada gempa bumi. Aisha sedikit heran melihat keadaan kantor yang akan ditempatinya bekerja. Ditambah penerimaan karyawan secara 'mendadak' bukanlah hal yang bagus. Itu menurut Aisha.
Aisha terus mengikuti lelaki yang berjalan tergesa-gesa didepannya kini. Sementara Aisha terus memperhatikan setiap orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
"Sekarang lo masuk kedalam,"
Aisha tersentak kaget mendengar kalimat lelaki yang berhenti didepan pintu besar berwarna cokelat. Ya. Semua pintu di kantor ini sepertinya warna cokelat, seperti itulah pengamatan Aisha.
"Ah ya?" Aisha tergagap.
"Lo masuk kedalam!" Pinta lelaki itu lagi.
"I. .iya pak." Jawab Aisha sambil menunduk kemudian melangkah mendekati pintu. Tangannya mulai terangkat untuk membuka knop pintu. Namun tiba-tiba ia menurunkan kembali tangannya, "kerjaan saya apa pak?" Tanya Aisha dengan wajah polos yang ia tundukkan.
"Kerjaan utama lo adalah BERSABAR! Mau sekolah lo setinggi apapun kalau kesabaran lo cuman setinggi kuku juga gak bakalan berguna di kantor ini"
Aisha mengangguk seakan mengerti. Ia kembali mengangkat tangannya menyentuh knop pintu. "Tapi, pak. Saya kan baru disini. Saya belum belajar apapun. Lagian saya melamar kerjaan disini bukan untuk menjadi sekretaris."
"Ntar gue ajarin lo setelah lo selamat dari dalam,"
"Hah?"
"Udah masuk sana," Lelaki itu mendorong Aisha namun Aisha berusaha mengelak.
"Jangan sentuh saya, pak" kata Aisha sambil menunduk.
"Ya udah. Cepetan masuk!, lo mau dimakan hidup-hidup kalau kelamaan disini?" Ucap lelaki itu gemas.
Aisha mengangguk cepat lalu segera memutar knop pintu. Perlahan, ia menyembulkan kepalanya melihat kedalam ruangan yang didominasi warna putih gading tersebut.
"Ketuk pintu sebelum masuk!"
Suara dingin itu segera membuat Aisha menarik kembali kepalanya dengan jantung berdegup semakin keras.
"Pak.. eh?" Aisha memandang keselilingnya. Lelaki yang baru saja menemaninya itu sudah tidak ada ditempat.
"Ugh... Dasar bodoh!" Aisha memukuli kepalanya sendiri, "Kenapa gak ketuk pintu dulu sih?"
Aisha mulai mengetuk pintu kayu tersebut dengan agak keras.
"Masuk!"
Aisha memutar knop pintu dengan perlahan dan hati-hati.
"Assalamu alaikum, "
Tidak ada jawaban.
Aisha pun semakin membuka pintu dengan jantung berdebar-debar. Semoga saja bos yang terlihat dingin dan menakutkan ini tidak akan melaphapnya hidup-hidup. Aisha belum menikah!
"Kamu sekretaris saya?" Tanya lelaki dingin didepan Aisha tanpa mengalihkan pandangannya.
Aisha menunduk meremas jemarinya yang berada didepan perutnya, "Ya, pak"
"Tapi kenapa data yang saya butuhkan untuk meeting hari ini belum siap juga?" Nada bicara lelaki itu semakin meninggi membuat Aisha harus menelan ludahnya.
"Sa..saya baru disini, pak." Oh sekarang Aisha merasa sedang diinterogasi oleh kepala sekolah karena sering bolos. Aisha masih ingat rasanya.
"Memangnya kenapa kalau kamu baru?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir-Balik Dunia Aisha
SpiritualAisha tidak pernah menyangka jika memasuki sebuah perusahaan ternama bahkan termasuk perusahaan go international bisa semudah mendudukkan diri ke kursi. Tapi ternyata, dibalik kemudahan itu akan ada banyak hal yang menguras emosi dan kesabaran. Ia h...