Kerja di perusahaan besar.
Keuntungannya:
-gaji besar
-dapat pengalaman kerja
-cepet kaya
-bisa mandiri
-Belajar profesionalKenyataannya:
-Ngeselin
-Darah cepat naik
-Bos nyebelin
-Bos arogan
-Harus ekstra sabarAisha menulis kalimat tersebut disembarang kertas putih diatas meja tempatnya duduk. Ia baru bisa istirahat beberapa menit yang lalu setelah sibuk mengurus meeting dengan klien Diftan. Aisha mengisi waktunya dengan melamun sambil mencoret-coret kertas.
Aisha merasa tidak nyaman bekerja diperusahaan ini. Namun, ia tetap harus bertahan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ia tidak bisa mengandalkan terus uang pemberian orang tua angkatnya. Ia harus bisa mandiri.
Aisha meletakkan pulpen diatas meja. Tangannya beralih ke foto di atas meja.
Aisha tersenyum lebar memperhatikan tiap foto yang menampilkan dirinya dengan anak-anak panti yang ia temui beberapa hari yang lalu. Yang paling membuatnya tersenyum adalah Fadil, anak panti yang giginya ompong bagian depan. Ia tidak bisa menyebut S dengan baik. Hal itu membuat Aisha tersenyum setiap kali mengingatnya.
Kring.....
Aisha terperanjat kaget dan langsung fokus kearah telpon yang berdering. Aisha segera mengangkat telpon tersebut, "Hal..."
"Datang ke ruangan saya. Cepat!"
"Baik, pak." Jawab Aisha cepat dan langsung menutup telponnya. Ia kembali memasukkan ponselnya didalam tasnya dan beranjak menuju ruangan Diftan yang berada tak jauh jauh darinya.
Tok Tok Tok
"Masuk!"
Aisha melangkah masuk setelah mendengar suara dingin dari dalam ruangan yang mempersilahkannya masuk.
"Ada apa, pak?"
"Kamu salin semua data di berkas ini di laptop, lalu kirim nanti malam di e-mail saya,"
"Hah?" Aisha kaget. Tentu saja kaget. Siapa yang tidak akan kaget jika di beri 3 buku yang tebalnya sama seperti kamu bahasa Inggris-Indonesia yang isinya 900 milyar. "Tapi, pak..."
"Tidak ada tapi-tapian! Kerjakan sekarang!"
Aisha mendengus dalam hati. Cowok didepannya ini bisa mengubah moodnya menjadi semakin buruk hanya karena setiap tugas yang diberikan berikan padanya.
Aisha berjalan mendekati meja Diftan untuk mengambil berkas-berkas yang diberikan padanya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Diftan saat Aisha berbalik meninggalkannya.
"Ke ruangan saya, pak."
"Siapa yang suruh?"
Lagi-lagi Aisha menggeram kesal dalam hati. Apa ia bisa mencakar wajah tampan didepannya ini?
"Kerjakan disini, saya akan keluar sebentar untuk meeting." Ucap Diftan sembari menutup laptopnya dan berdiri. Ia memperbaiki jas silver miliknya sejenak sebelum akhirnya membawa tas kantor dan laptopnya keluar ruangan.
"Jangan menyentuh barang-barang yang tidak seharusnya kamu buka disini," kata Diftan saat berada diambang pintu.
"Iya, pak"
Aisha berjalan ke kursi Diftan dan menghempaskan tubuhnya di kursi Diftan. Nyaman juga ternyata, batinnya.
Bukannya mengerjakan pekerjaan pemberian Diftan. Ia malah menutup matanya dengan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, membayangkan jika ia yang memberikan Diftan berbagai pekerjaan berat yang membuat Diftan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir-Balik Dunia Aisha
SpiritualAisha tidak pernah menyangka jika memasuki sebuah perusahaan ternama bahkan termasuk perusahaan go international bisa semudah mendudukkan diri ke kursi. Tapi ternyata, dibalik kemudahan itu akan ada banyak hal yang menguras emosi dan kesabaran. Ia h...