MBB | 04

6.5K 496 63
                                    

Ada satu hal yang paling Aisha hindari namun tetap saja selalu terjadi padanya. Seolah ia selalu di takdirkan untuk melakukan kesalahan hingga Diftan bisa marah.

Misalnya hari ini, Aisha terlambat ke kantor. Untungnya ada Nadia yang membantunya ke kantor yang kebetulan Nadia juga ingin melamar pekerjaan di kantor yang sama dengan Aisha.

"Gue penasaran banget sama bos beruang kutub lo itu, Ai" jawab Nadia saat Aisha tanya apa alasannya mau bekerja di perusahaan tersebut.

Aisha tidak terlalu peduli. Keduanya berpisah saat berada di lantai dua. Nadia harus interview terlebih dahulu. Sementara Aisha harus segera menuju lantai 5 karena ada rapat pagi ini.

Aisha berlari-lari kecil menuju ruang rapat. Setiap 10 detik sekali, ia memperhatikan jam yang melingkar pas di tangannya.

Dengan nafas terengah, Aisha memutar knop pintu dengan keringat mengucur di dahinya.

"Permisi, pak." Sapanya.

Eh tunggu...

Kok nggak ada orang? Batin Aisha dalam hati. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan berukuran 10×8 meter itu.

Apa ia salah hari?

Tidak. Ini hari yang dimaksud Diftan di pesan yang Diftan kirim tadi pagi.

Apa ia sudah terlambat?

Aisha melirik jam tangannya. Ia hanya terlambat 8 menit. Tidak mungkin kan meeting-nya selesai dalam waktu 8 menit.

Aisha melirik jam yang tergantung di dinding ruangan berwarna putih gading itu. Jam dinding pun menunjukkan pukul 7 lewat 8 menit. Itu artinya jam tangan Aisha tidak salah. Lalu ada apa ini?

Apa Aisha sedang bermimpi?

Aisha menampar wajahnya sendiri.

Tidak.

Di tengah kebingungan itu, sebuah bisikan menghentikan fikirannya.

"Tidak usah memperlihatkan pada orang lain kalau kamu itu orang bodoh,"

Aisha berbalik. Matanya membulat sempurna saat wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah bosnya. Secara refleks, Aisha mendorong wajah Diftan hingga menjauh.

Aisha merasakan detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Efek lari mungkin, batinnya.

Aisha memperhatikan sekitar. Astaga, ternyata banyak orang di belakang Diftan dan mereka melihat Aisha memukul wajah Diftan. Bukan memukul sebenarnya, Aisha hanya ingin menjauhkan wajah Diftan dari wajahnya.

Mereka semua karyawan Diftan. Ada 3 perempuan dan 2 laki-laki, termasuk Sean. Dan mereka berbisik-bisik setelah Aisha menjauhkan wajah Diftan dari wajahnya dengan cara agak kasar. Aisha dapat mendengar samar-samar pembicaraan mereka. Mereka memandang sinis ke arah Aisha yang terlalu berani kepada Diftan. Kecuali Sean yang tersenyum geli melihat ekspresi Aisha.

Aisha melirik ke arah Diftan. Astaga, wajah Diftan terlihat marah dan kesal. Aisha menunduk malu sambil meremas tali tas pundak yang ia gunakan sekarang.

"Kamu!" Desis Diftan.

"Maaf, pak." Gumam Aisha yang lebih mirip bisikan pelan. Aisha menggigit bibir bawahnya, ia berdoa dalam hati semoga Diftan tidak terlalu marah.

"Kamu ngapain disini? Ini masih jam 7. Saya suruh kamu ke ruangan saya dulu sebelum ke sini."

Aisha menghembuskan nafas lega setelah mendengar nada suara Diftan yang kembali datar.

Udah normal, batinnya lega.

"Kan ada meeting jam 7," bela Aisha.

Aisha mengangkat wajahnya takut-takut, sekedar memperhatikan ekspresi Diftan. Aisha merasa semakin lega karena ekspresi datar Diftan kembali terpampang disana. Artinya bos-nya sudah normal lagi.

Jungkir-Balik Dunia AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang