[5] Mencoba

34 5 0
                                    

Aku masih bisa merasakanmu. Tapi seperti terbakar api, dibakar dan dihancurkan. Semua dari cinta kita, rasanya sakit sekali. Tapi sekarang aku akan memanggilmu sebuah memori

Eyes, Nose, Lips - Taeyang

Kaki jenjang panjang itu yang kini berbalut celana kain hitam keluar dari rumah nya bersama dengan suara gemuruh petir di atas langit. Ia berdecak kesal karena hari ini tak bisa lagi membawa motor ke sekolah.

Akhirnya ia masuk kesebuah mobil Rush bewarna hitam milik nya sendiri. Tetapi tiba tiba saja di kursi penumpang terdapat seorang perempuan yang tengah duduk manis dan menatap lurus kedepan

Kavin kembali berdecak melihat siapa yang masuk kedalam mobil nya.

"Keluar lo!" Seru Kavin tegas dan menatap perempuan itu dengan dingin. Tetapi tidak ada jawaban, perempuan itu masih menatap lurus kedepan. Tatapan nya kosong.

"Lo atau gue yang–" Belum sempat Kavin berbicara, perempuan itu sudah turun dengan susah payah. Tak lupa ia meraba raba sekitar nya agar ia tidak jatuh saat turun dari mobil. Perempuan itu lupa untuk membawa tongkat nya.

Iya ia seorang tuna netra sejak tiga tahun yang lalu. Dan saat itu dunia nya semua berhenti berputar. Bukan hanya kehilangan dua bola mata, tetapi ia juga kehilangan orang yang ia sayang.

"Lihat sekarang, gara gara dia lo jadi kayak sekarang. Emang gak salah lo putus dari dia!" ujar perempuan itu membelakangi badan Kavin.

"Padahal gue cuman butuh lo," Lalu perempuan itu pergi masuk kembali kedalam rumah nya.

Kavin mengusap wajah nya dengan gusar. Mengapa semua seperti ini? Ia selalu mencoba untuk tidak peduli pada perempuan itu semenjak apa yang ia lakukan terhadap nya. Namun tidak bisa juga ia mengabaikan perempuan itu. Dan pada akhrinya Kavin hanya memilih diam sambil menatap kepergian perempuan itu kedalam rumah nya.

Setelah itu ia pun langsung melajukan mobil nya membelah hujan pagi kali ini.

Merasa bosan karena perjalanan ke sekolah menjadi lebih lambat sebab hujan membuat macet dimana mana. Terpaksa tangan kanan Kavin memencet tape di mobil. Sedari tadi ia berusaha untuk tidak memencet tape tersebut, karena akan mengingat kan nya kepada seseorang.

Saat ia tekan seketika keluar lagu Teman Hidup - Tulus. Saat itu juga ia terdiam dan pandangan nya kosong ke depan. Seakan tidak mau mengganti lagu, namun sangat sakit mendengar lagu tersebut. Itu lah yang ia rasakan sekarang. Tidak mau pergi namun sakit untuk bertahan.

"Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku. Berdua kita hadapi dunia.
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju. Bersama arungi derasnya waktu."

Potongan lagu tersebut kini sudah melantum di seluruh dalam mobil Kavin. Bukan suara penyanyi tersebut yang terngiang di telinga laki laki itu. Namun suara melodi perempuan yang pernah nyanyi lagu tersebut sambil tersenyum kepada nya.

Terlalu larut dalam kenangan nya, tak sadar di depan Kavin sudah lumayan kosong. Ia di sadarkan oleh beberapa pengguna mobil dan motor yang mengklakson berkali kali dan sangat kuat.

β

Kavin berjalan di tengah koridor yang lumayan banyak orang di sekeliling nya dan lantai koridor juga lumayan becek akibat banyak nya sepatu yang lewat lewat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You, Clouds, RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang