[2] Dulu Teman Hidup

65 6 4
                                    

"Kukira aku tidak sanggup hidup tanpa mu, tapi inilah hidup ku sekarang. Meski aku merasa hampa, kurasa aku masih bisa bertahan."

Missing You - BTOB

Laki laki bertubuh tegap itu memasuki area kelas baru nya. Beberapa siswi histeris sekalian marah karena Kavin masuk kelas ini. Histeris karena mereka sekelas dengan idol sekolah, marah karena mereka mengetahui fakta bahwa mantan pacar si idol sekolah sekolah juga sekelas dengan mereka.

Tetapi Kavin belum menyadari hal itu, ia masih fokus hanya melihat kedepan. Bokongnya pun mendarat di kursi pojok paling belakang. Kejadian tadi membuat nya sedikit sakit, Reina sepertinya sudah bisa melupakan nya. Dan hati Kavin sedikit sakit saat Reina mengusirnya. Sepertinya ia yang harus belajar untuk melupakan Reina.

Masih terbengong melihat keluar jendela, tiba tiba pundak kiri Kavin di tepuk oleh laki laki berambut keriting yang baru saja datang.

"Anjay, sekelas lagi kita!" Seru semangat laki laki berambut keriting itu langsung duduk di samping Kavin. Namanya Andre, satu sekolah mengenal dirinya karena ia merupakan seorang multi talenta. Nyanyi bisa, main keyboard, piano, gitar, biola, harmonika, sebutkan alat musik apa yang kalian ingin dengarkan bisa. Tak heran banyak adik adik kelas kagum kepadanya.

"Ck, ah. Bosan gue." Gerutu Kavin bercanda langsung memalingkan muka nya dari wajah Andre.

"Yaela, tapi pasti gak bosen kalau sekelas sama bebeb Reina. Ups, mantan pacar maksudnya." Ucap Andre menyenggol siku Kavin pelan.

Kavin seketika menoleh kearah Andre. Raut wajah nya benar benar kaget mendengar kata 'Reina' disana.

"Jangan bilang lo gak liat Reina tadi? Bodo lah! Gangerti gue sama lo, jalan entah taruh dimana itu mata!" Kesal Andre sambil menoyor kepala Kavin.

Sombong, merupakan kalimat yang sangat pas dengan Kavin. Banyak teman lama nya berkata pada nya bahwa ia sangat sombong. Saat berjumpa teman lama di suatu tempat, Kavin hanya jalan lurus ke depan. Lalu setelah itu ia mendapat pesan bahwa teman nya berkomentar Kavin sangat lah sombong. Padahal ia tidak tau apa apa.

Dan Andre sering sekali menjadi korban itu.

Mata Kavin melirik perempuan duduk di bangku paling depan, kepala nya ia telungkupkan ke meja. Dan Reina sedang mendengar lagu, tali earphone biru terang nya terlihat dari bangku Kavin.

Suka banget sih denger lagu. Gue jadi suka dengerin lagu karena lo. Batin Kavin senantiasa menatap Reina.

Flashback On•

Dua pasang remaja itu duduk di atas mobil di tengah malam nya langit. Bintang bintang terlihat sangat terang saat semakin minim nya pencahayaan.

Kavin sedari tadi melihat Reina yang tengah mendengarkan lagu lewat earphone yang di sambungkan ke ponselnya. Beberapa kali Reina menyanyikan bagian dari sebuah lagu. Suara Reina sangat merdu, Kavin ingin sekali dinyanyikan sebuah lagu dari mulut Reina.

Rambut panjang sepunggung nya terbang pelan mengikuti angin malam kali ini. Jangan lupakan fakta bahwa Kavin sangat suka dengan rambut panjang Reina. Lurus dan wangi yang jarang ia temukan.

"Gue juga mau denger lagu kali." Ucap Kavin masih melihat kearah Reina. Namun gadis itu tidak memberi respon sama sekali.

Tangan Kavin menarik sebelah earphone dan langsung ia pasangkan di sebelah telinga kiri nya. Reina langsung menoleh ke Kavin karena kaget. "Gue mau dengar lagu juga." Ucap Kavin sekali lagi.

"Kok gak bilang dari tadi. Sini aku kasih tau ke kamu lagu yang enak." Tangan Reina mengambil ponsel di saku jaket nya dan mencari lagu yang ia ingin putar.

Kavin ingin saja memprotes bahwa ia sudah meminta sedari tadi, tapi pasti gadis itu akan mengelak dan ia tak mau kalah dari Kavin.

Ibu jari Reina memencet play pada layar ponselnya. Dan lagu Teman Hidup - Tulus terpasang di kedua telinga itu. Reina sudah hanyut menikmati suara dari penyanyi Tulus tersebut, namun Kavin ia hanyut dalam lirik lagu tersebut.

"Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku. Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju. Bersama arungi derasnya waktu." Senandung Reina di bagian inti lagu tersebut.

Jantung Kavin seketika berdetak kencang. Lirik yang Reina nanyikan seakan untuk dirinya. Terlebih saat Reina melirik nya dan tersenyum tulus kearah nya. "Enak gak lagu nya? Enak kan?" Tanya Reina.

"Iya. Ini lagu siapa?" Tanya balik Kavin. Sejujurnya, Kavin tidak suka dengan musik atau lagu, ia paling malas untuk mendengarkan musik. Namun akhir akhir ini playlist lagu di ponsel nya bertambah terus menerus seiring waktu saat ia bersama Reina.

"Penyanyi nya Tulus, judul nya Teman hidup. Nanti di download ya di hp kamu." Pinta Reina langsung dibalas anggukan oleh Kavin.

Kini dua remaja itu terdiam kembali hanyut dalam lagu. Seakan lagu tersebut bisa mewakilkan perasaan mereka saat ini. Kavin sedari tadi tidak bisa menahan senyum nya sama sekali.

"Rein..." Panggil Kavin pelan membuat jantung Reina tak karuan saat Kavin memanggilnya dengan sebutan 'Reina.'

"Seminggu lagi hari jadi 200 kita. Masih mau jadi teman hidup gue kan?" Tanya Kavin pelan namun pasti. Bola mata terang itu menatap dalam mata milik Reina,ada tatapan harapan besar di mata tersebut. Reina bisa menyadarinya.

"Kenapa tidak?" Jawab Reina. Jujur ia susah untuk berbicara saat saat seperti ini. Saat dimana Kavin berubah menjadi sosok yang sangat serius.

"Kalau gue yang enggak bisa gimana?" Tanya Kavin sekali lagi mampu membuat Reina diam seribu kata.

Reina tidak tau mengapa Kavin berkata seperti itu. Ia benar benar takut arah pembicaraan ini. Hubungan mereka emang baik baik saja, namun akhir akhir ini Kavin selalu mengangkat topik bicara mereka kearah putus. Walau tidak langsung berbicara putus, tapi Reina bisa menyimpulkan hal itu sendiri.

Reina menatap kosong kedepan. Ia terkadang juga tidak mengerti mengapa Kavin selalu membahas ini. Padahal seminggu lagi hari jadi mereka ke seratus. Tanpa di sadar, mata Reina kini mulai berkaca kaca.

"Seharusnya gue nembak lo dari kelas sepuluh yah. Biar pas anniv bukan hari jadi ke dua ratus, tapi ke satu tahun biar lebih banyak kenangan kita." Lanjut Kavin ikut memandang kosong kedepan.

"K-kenapa?" Tanya Reina berusaha mengendalikan emosi nya saat ini. Ia tidak boleh menangis, ia harus berbicara banyak dengan Kavin.

"Gak apa apa, gue cuman mau menghabiskan waktu kita dengan status 'pacaran' bukan 'teman'. Karna gue sayang banget sama lo Rein..." Tangan Kavin menggenggam tangan Reina dengan erat membuat sekujur tubuh Reina menjadi hangat.

Saat ini ia merasa sedih dan bahagia dalam waktu yang bersamaan. Perkataan Kavin membuatnya ingin menangis dan juga tersenyum. Jadi Reina hanya bisa terdiam memikirkan apa ia harus sedih atau senang.

• Flashback Off •

"Woy! Bengong muluk lo! Bangunin noh cewek lo, bentar lagi guru masuk." Tegur Andre lagi lagi memukul pundak Kavin lumayan keras.

"Lo aja." Balas Kavin singkat ikut menelungkup kan wajah nya ke atas meja sama seperti Reina lakukan. Bahkan ia memasang earphone ke telinga dan mulai memasang lagu juga.

"Mereka yang ada masalah, gue yang kesal masa." Gumam Andre menatap kedua teman nya tersebut berganti gantian.

TBC

Beberapa part kedepan bakal ada fase "flashback" sebelum ke inti cerita.

You, Clouds, RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang