Chapter Two

11.8K 885 18
                                    

Aneh. Gadis itu sudah termasuk kategori aneh dalam kesanku.

Tapi senyuman mempesonanya membuat Alka sempat terbuai akan sosok gadis yang sudah diberi cap aneh oleh dirinya.

Ia lebih tidak terlalu mempedulikan kecupan yang diberikan gadis manja dan tak punya sopan santun itu. Meskipun tak dapat dipungkiri, perlakuan tidak terduga dari Leana memang sempat membuat Alka keheranan. Tidak pernah ia menemukan seseorang yang tidak dikenal dengan lancangnya memberikan kecupan.

"Kak Alka! Aku boleh nggak izin nemenin Leana di UKS?" Dara bertanya saat melihat guru olahraga itu kembali ke tengah lapang.

"Nggak perlu. Ayo, kita lanjutkan pemanasannya!" Namun sayangnya Dara harus menelan kekecewaan karena tanggapan dingin yang diberikan Alka.

Sementara itu, gadis pemilik dagu runcing, bulu mata lentik, serta rambut panjang kecokelatan, sedang berbaring tak berdaya di ranjang UKS. Meskipun hanya kakinya yang sakit, tetapi justru hal itu membuatnya tidak bisa bergerak bahkan untuk berdiri sekalipun. Leana harap cedera di lututnya tidak parah.

Berulangkali Leana memejamkan mata sambil menggeleng-gelengkan kepala, bersikeras menolak pemikiran dalam benaknya.

Jangan bodoh, Lea! Mana mungkin kamu suka guru sendiri. Itu nggak bener.

Tapi sayangnya hati bersikeras melawan, membuat Leana akhirnya menggeram sambil meremas rambutnya sendiri seperti orang yang kesetanan.

"Gila kamu, Lea! Kamu emang gila!!!" Tak henti-hentinya pula ia merutuki diri sendiri. Tapi tak lama kemudian tersungging senyuman di bibirnya kala mengingat kejadian beberapa menit lalu. Hatinya seakan berbunga-bunga.

Perjumpaannya dengan Alka sungguh mengusik dirinya dan memunculkan pergolakan batin dalam diri Leana. Perempuan itu telah memberikan dampak yang hebat padanya walau baru beberapa jam bertemu.

***

Beruntunglah, cedera yang didapat Leana tidak berkepanjangan karena saat tadi Dara menemuinya setelah jam pelajaran olahraga berakhir, Leana mampu berjalan meski sedikit tertatih namun ia harus memaksakan diri menuju kelas untuk mengikuti pelajaran lain.

"Kamu beneran bisa jalan? Awas ya kalau nanti jatoh! Kan aku yang repot." celetuk Dara sesaat setelah mereka berdua keluar dari ruang kelas karena bel tanda pulang sekolah baru saja berbunyi.

Leana langsung melepaskan diri dari rangkulan Dara yang tengah membantunya berjalan. "Kamu sebenernya ikhlas gak sih bantu aku?! Lagian semisalnya aku jatoh juga kamu nggak akan repot-repot amat. Emangnya aku bocah yang akan langsung nangis teriak-teriak?"

Dara cengengesan. Sebelah tangannya yang bebas mengacak-ngacak gemas rambut Leana. "Santai aja kali, Lea. Kalau marah kamu makin imut ya. Eh tapi aku pengen banget liat kamu nangis karena seumur-umur aku kenal kamu, kamu nggak pernah nangis tau. Ah udahlah ayo kita pulang keburu hujan, udah mendung nih."

"Oh iya?! Bentar lagi aku harus ke rumah Bang Ergi, buat jaga Khansa. Gimana dong?"

"Iya, Lea. Aku tau kamu mau nyuruh aku buat gantiin jaga Khansa ya 'kan?" Dan rupanya sang teman bisa mengerti maksud ucapan Leana membuat gadis itu tersenyum sumringah. "Tenang, nanti abis nganter kamu ke asrama. Aku bakal ke rumah Bang Ergi. Tapi jangan marah kalau aku minta bayaran sama dia,"

"Dara?! Kalau bantu itu yang ikhlas."

Kali ini tangannya main cubit pipi Leana. "Nih ya Lea, denger, Bang Ergi kasih kerjaan sama kamu buat ngurusin adeknya itu ya untuk dibayar. Kamu jadi orang jangan terlalu baik deh, sekali-sekali pikirin diri sendiri! Toh uang itu juga buat simpanan kamu, buat masa depan kamu nanti."

Alkalea [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang