Chapter One

24.1K 1.1K 64
                                    

Mimpi. Lagi-lagi aku terbuai dengan bunga tidur.

Tapi mimpi Leana harus berakhir karena suara nyaring alarm. Padahal tadi ia sedang bermimpi indah.

"Lea?!" Dan alarm itu adalah suara nyaring kepala pengasuh panti. "Kebiasaan. Yang lain sudah pada bangun, sudah mandi, seger, nggak bau kayak kamu."

Setiap pagi, Leana selalu kenyang dengan mendengar gerutuan itu. "Ibun... cepet minum gih, Lea takut tenggorokan Ibun sakit."

Dengan sebal namun tetap memancarkan perhatian, kepala pengasuh menjewer kuping anak asuhnya yang sudah ia rawat semenjak usia empat tahun. "Sekali-sekali kamu memang harus dikasih pelajaran!"

"A-ahhh, lepasin Ibun. Lagian aku udah sering belajar di sekolah."

"Nah nah, pintar ngelawan kamu ya."

"Ih aku kan emang pinter Ibun."

Dan karena kalah berdebat dengan Leana yang kini tak terasa sudah menginjak usia remaja, ia terkekeh saja, sambil melepaskan tangannya dari telinga gadis itu.

"Sudah sana cepet mandi. Liat tempat tidurnya Dara sudah rapi."

Leana seketika mengangkat tangan, menunjukkan sikap seperti sedang hormat. "Siap! Laksanakan." Dan setelah itu ia segera beranjak keluar meninggalkan kepala pengasuh serta seprei kasur yang berantakan.

Leana Paradista, gadis cantik pemilik dagu runcing, bulu mata lentik serta bibir mungil adalah gadis yang selalu memberikan keceriaan pada anak-anak panti lain, bahkan ia tak sekalipun terlihat menitikkan air mata, sehingga para pengasuh hampir semuanya menyukai Leana.

Hanya saja semakin beranjak dewasa sifat susah diaturnya mulai menjadi, dari susah bangun pagi, susah diatur, dan sangat susah jika disuruh makan tepat waktu.

Tetapi di lain sisi, Leana gadis yang baik hati. Karena dirinya termasuk paling tua di antara anak panti lain sehingga tak jarang dirinya membantu mengurusi adik-adik angkatnya.

"Woy Lea! Udah telat ini, kok kamu masih belum mandi juga. Aku berangkat sendiri aja ah." Dara, anak panti yang seumuran dengan Leana baru saja mengeluarkan kekesalannya karena melihat teman sekamar sekaligus teman sekelasnya masih mengenakan pakaian tidur.

"Kita nggak akan kesiangan jadi tenang aja." Leana menjawab acuh tak acuh sebelum meneguk air putih.

Ditinggal lagi. Leana berdecak kesal saat dirinya keluar dari kamar sudah siap-siap berangkat, namun tak mendapati Dara di mana-mana, temannya itu sudah berangkat lebih dulu.

Dengan langkah cepat, Leana pergi ke sekolah sendirian.

Tit titt!

Sampai suara nyaring klakson menghentak dirinya ketika ia baru saja menyeberang. Beruntunglah seseorang menarik lengannya untuk mundur sebelum mobil itu menghantam Leana.

Saking eratnya genggaman orang itu, membuat Leana meringis. "Ah sakit!"

Dan terjadilah adegan saling tatap.

Leana tertegun sejenak, tapi tak berapa lama keningnya berkerut bingung menatap seorang perempuan berambut sebahu yang diikat seadanya ke belakang, berusia berkisar dua puluh ke atas.

Lalu kini mata Leana memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah yang sama sekali tak menunjukkan kesan feminim. Dengan hanya memakai jogger pants, bomber jacket, sepatu trainers, serta ransel.

"Cari mati." Suara berat nan enak didengar baru saja terlontar dari mulut perempuan itu.

Lantas ia berjalan pergi melewati Leana yang masih tertegun di trotoar sambil mendengus tak suka dengan perkataannya.

Alkalea [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang