Chapter Fifteen

4.4K 465 8
                                    

Aku. Jatuh cinta(?)

"Kamu kemana aja Lea?" Ergian yang sudah rapi bersiap pergi kerja, untuk sesaat menyambut hangat kedatangan Leana.

"Aku ... Kemaren sakit bang, maaf banget gak ngasih tau," jawab Leana penuh penyesalan.

"Sekarang gimana? Kalau masih sakit istirahat aja, biar abang bawa Khansa ke Daycare dekat kantor—"

"Lea udah sembuh bang Ergi, lagian kasihan Khansa kalo terus dititipin di sana, gak bisa ke awasi tiap saat." Leana tau betul karena ia sering mengalaminya jika dihadapkan dengan adik-adik asuh di panti, terkadang ia tidak bisa mengontrol mereka satu persatu.

Ergian tersenyum lalu mengusap kepala Leana sesaat. "Abang pulang malam, kamu mau nitip dibeliin apa? Martabak?"

Seketika Leana memasang muka cemberut. "Bang Ergi mau Leana gendut ya? Gak mau ah. Gak usah bang, lagian jangan terlalu boros simpen aja uangnya,"

"Buat nanti liburan bareng kan?" tambah Ergian dan hanya ditanggapi dengan senyuman lebar oleh Leana. "Oke kalo gitu sekarang abang kerja dulu ya. Khansa udah pulang sekolah, dia lagi tidur jadi ada waktu buat kamu ikut istirahat, apalagi kamu juga habis pulang sekolah kan."

"Iya-iya, hati-hati di jalannya bang."

"Pasti."

***

"Alka," Aina memanggil dengan turut melempar senyuman yang dibalas lebih lebar oleh Alka.

Mereka berdua kini berjalan berdampingan menuju tempat parkir, membawa motor Aina, untuk setelah itu pergi ke salah satu warteg tempat janji menghabiskan waktu makan bersama.

"Kamu kenapa malah nyusul ke kantor, aku kan bisa jemput kamu ke sekolah."

"Wartegnya kan lebih deket dari kantor kamu, lagian sekolahku udah bubar cepet."

"Lain kali ganti tempat makan aja, yang deket ke sekolahmu juga."

Alka menggeleng. "Jangan diubah, warteg rekomendasi kamu kan gak pernah gagal, aku udah laper, ayo." katanya sambil mengulurkan tangan, menyuruh secara tidak langsung agar Aina memberikannya kunci motor untuk ia kendarai.

Alka memesan lauk pauk seperti pesanan Aina. Mereka berdua mempunyai selera yang sama, mereka selalu punya kecocokan hampir dalam hal apapun sehingga Alka berpikir bahwa Aina adalah bagian dari dirinya.

"Nasinya banyak banget Alka, awas aja kalau gak habis." Aina mengancam dengan wajah berseri sehingga tak memperlihatkan keseriusan dalam perkataannya.

Alka mulai menyantap makanannya. "Kamu gak pernah liat aku sisain nasi kan? Kata kamu mubazir, nasinya bisa nangis." Dan Alka pun selama ini selalu menerapkan apapun ucapan Aina yang bersifat menasehati yang mana membuat Aina terkadang dibuat bertanya-tanya dengan sikap Alka terhadapnya.

"Alka," Ia berseru setelah selesai mengunyah. "Apa Leana sudah tau?"

Mengerti dengan maksud perkataanya, Alka lantas menggeleng pelan.

Aina tertunduk, bimbang untuk kembali berujar. "Leana—"

"Kami pacaran." Alka memotong tanpa menoleh pada sang lawan bicara di hadapannya. Merasa tak mampu menerima ekspresi apapun dari Aina. Sejujurnya Alka tidak mau memberitahu Aina, ia tidak ingin wanita yang selama ini mencuri hatinya mengetahui hal ini.

Alkalea [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang