Chapter Ten

4.2K 475 6
                                    

Sekarang. Aku harus bagaimana?

"Jangan lambat." Alka memerintah tanpa mempedulikan Leana dibelakangnya yang kesulitan menyusul. Mereka berdua sedang jogging pagi di hari minggu yang belum ramai kendaraan.

Menurutnya, Alka berlari sangat cepat, berbeda dengannya yang tak memiliki stamina kuat dan kaki panjang seperti wanita itu. Berulangkali Leana dibuat geram, namun tetap menikmatinya karena ia sedang menghabiskan waktu bersama Alka, dan tak boleh di sia-siakan dengan mengeluh atau pun tidak mematuhi perintahnya.

Dia seperti mendapatkan anugerah saat Alka tanpa protes mulai mengajarinya kembali teknik-teknik dasar dalam olahraga. Setidaknya supaya ia terbiasa dengan yang namanya berolahraga.

Tapi yang dilakukan mereka pertama kali malah jogging, Leana sangat tak suka berlari.

Alka menoleh ke belakang sekilas dan kakinya mendadak langsung terhenti saat melihat sosok gadis itu bermeter-meter jauhnya di belakang sana. Ia berdecak, merasa frustrasi jika harus terus menunggunya.

"Lambat! Kalo kayak gini terus kamu tertinggal. Kalo ada gempa di gedung sekolah terus rubuh, kamu yang pertama ketimpa, yang pertama celaka!"

Jahat sekali omongannya.

Leana yang sedikit lagi sudah dekat menghampiri Alka hanya mengangguk dengan napas tak beraturan, walau dalam hati merutuki omelannya. Keringat kini membasahi seluruh tubuhnya seolah baru saja diguyur seember air. Bahkan rambut panjangnya yang diikat poni kini berantakan. Keadaan Leana sungguh mengkhawatirkan.

"Ini baru 1 kilometer,"

"Kak Alkaaaa!" Kali ini Leana mulai membuka suara, "Aku haus ... Minum dulu ya, sebentar aja, semenit." Katanya sambil memasang raut wajah memelas dengan kedua telapak tangan ditempelkan, membuat isyarat memohon.

"Oke. Lari ke minimarket sebrang sana, aku hitung 50 detik."

Mata Leana terbelalak, tanpa pikir panjang ia kembali berlari tak mau membuang waktu dengan mengeluarkan protes.

Dasar gak punya hati! Rutuk Leana sambil terus berlari diiringi suara Alka tengah berhitung.

Tanpa gadis itu ketahui, bahwa senyum lebar tengah terukir di bibir Alka dengan pandangan mata yang tak henti-hentinya memperhatikan Leana.

***

Sedari tadi Leana memijat kedua kakinya yang sedang ia rentangkan di rerumputan. Sebotol air mineral kosong tak bersisa tergeletak di sampingnya, sementara itu Alka tanpa dosa memberi Leana waktu 5 menit untuk duduk beristirahat.

Alka berjongkok di hadapan gadis itu, dia yang semula acuh tak acuh kini seolah diberi kesadaran untuk mengasihani Leana. Dia mengangkat pergelangan kaki gadis itu dan sempat membuat Leana tersentak, "Biar nggak pegel-pegel. Untuk sekarang wajar, belum terbiasa, makanya harus dibiasain sering olahraga."

"Siapgrak!" Leana menjawab sambil memberi hormat dengan semangat yang membara.

Tanpa diniatkan, Alka tersenyum geli melihat tingkah gadis itu.

"Aku juga bakal buat kak Alka terbiasa senyum, jangan pelit senyum ya biar nggak cepet tua."

Perkataan Leana barusan justru memudarkan senyuman di bibir Alka.

"Tuh apa-apaan ih! Kesinggung ya? Udah tua jangan mudah kesinggung, nggak baik buat kesehatan."

"Kesehatan apanya? Jangan mulai sok tau," ucap Alka ketus.

"Ya emang nggak baik buat kesehatan hati dan pikiran lah kak, jangan terlalu diambil hati, nanti hatinya sakit." Setelah berucap demikian, Leana membaringkan tubuhnya dan membiarkan Alka tetap mengangkat pergelangan kakinya.

Alkalea [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang